Oleh : Rahmad
Fitriyanto
Seorang ahli embriologi dari Amerika,
kagum bahwa Al Quran memuat masalah pertumbuhan janin jauh sebelum ilmu
pengetahuan menemukannya. Itulah yang membuatnya kemudian memilih menjadi
seorang muslim. Ketika Dr. Keith L. Moore, ahli embriologi terkenal dari
Amerika membaca suatu tulisan bahwa dalam Al Quran, memuat ihwal pertumbuhan
janin dari masa pembuahan hingga lahir, ia memang sulit percaya. Sebab,
menurutnya, pengetahuan embriologi baru dikenal belakangan, terutama sejak
diketemukannya mikroskop dan piranti-piranti canggih ilmu kedokteran modern
lainnya. Tapi ketika doktor dari Toronto, Kanada, itu kemudian membaca dan
mempelajarinya apa yang ia herankan dari Al Quran, ia berbalik terkagum-kagum.
Benar, dalam Al Quran, diakuinya memuat ayat-ayat yang berbicara tentang
embriologi secara lengkap dan tuntas.
"Apa yang tercantum dalam Al Quran
itu sungguh tidak mungkin terjangkau oleh pengetahuan medis pada abad ketujuh
Masehi. Ini suatu mukjizat," katanya. Berdasarkan itulah, antara lain,
membuat Dr. Keith L. Moore kemudian memutuskan untuk menganut agama Islam,
menjadi seorang muslim.
Kini Dr. Keith L. Moore ikut aktif
menangani publikasi Perhimpunan Medika Islam Amerika Utara, Downers Grove,
Illinois, USA. Ia adalah seorang ahli embriologi dari Toronto, Kanada. Pada
ulang tahun ke-18 Perhimpunan Medika Islam di Niagara Falls, New York, muallaf
yang relatif belum lama menjadi muslim itu mengatakan bahwa referensi tentang
perkembangan dan reproduksi manusia tersebar di berbagai ayat Al Quran. Sejalan
dengan perjalanan ilmu pengetahuan yang merayap terlalu lambat, arti ayat-ayat
tersebut baru bisa ditafsirkan semestinya pada masa-masa belakangan.
Dimulai dari surah ke-39 ayat 6, keyakinan
Dr. Keith L. Moore itu berdasarkan tempat pijaknya dengan kokoh. Ayat itu
berbunyi : "Dia menciptakan kamu dari satu makhluk lalu dijadikan-Nya dari
makhluk itu pasangannya. (Dan Dia menurunkan untukmu delapan pasang binatang
ternak). Dia membentuk kamu dalam perut ibu-ibumu melalui tahap-tahap
penciptaan dalam tiga lipat kegelapan (kegelapan dalam perut, dalam rahim, dan
dalam selaput yang menutupi janin). Itulah Allah, Tuhanmu, yang memiliki
kekuasaan, tiada tuhan selain Dia. Jadi mengapakah kamu berpaling?"
Diteruskan dengan menelusuri surah ke-23
ayat 13 dan 14, "Kemudian Kami tempatkan dia sebagai 'nutfah' (setitik
bibit dari mani) dalam 'makin' (tempat penyimpanan yang kuat). Lalu 'nutfah'
itu Kami bentuk menjadi 'alaqah' (sebentuk lintah yang melekat), lalu 'alaqah'
itu Kami bentuk menjadi 'mudlghah' (daging yang digulung-gulung), dan
'mudlghah' itu Kami bentuk menjadi 'idham' (tulang belulang), lalu 'idham' itu
Kami bungkus dengan 'lahm' (daging yang utuh). Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang berbentuk lain. Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik."
Berikutnya, Dr. Keith L. Moore membacakan
surah ke-22 ayat 5. Di sana Allah berfirman, "Wahai manusia, jika kamu
ragu-ragu mengenai Hari Kebangkitan (dari kubur), ingatlah bahwasanya Kami
telah membentuk kamu dari Thurab (tanah), kemudian dari Nutfah (setitik
sperma), kemudian dari alaqah (sebentuk lintah yang melekat), kemudian dari
mudlghah (daging yang digulung-gulung) yang mukhallaq (seimbang proporsinya)
dan ghairi mukhallaq (yang kurang seimbang proporsinya), agar Kami jelaskan
kepada kamu. Lantas Kami mukimkan di dalam rahim sesuai kehendak Kami hingga
waktu yang telah ditentukan. Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, yang
berangsur-angsur mencapai kedewasaan. Ada yang mati muda di antara kamu, ada
pula yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, sehingga ia tidak tahu apa-apa
lagi terhadap semua yang pernah diketahuinya. Bukankah kamu lihat bumi ini
kering, tetapi bila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi ini
dengan subur, serta menumbuhkan berbagai tanaman yang indah-indah dari tiap
pasangannya."
Menurut Dr. Moore, illustrasi tentang
fetus (embrio yang telah berkembang) di dalam uterus (peranakan), baru muncul
pertama kali pada abad 15 M, oleh Leonardo da Vinci. Memang pada abad kedua,
Galen pernah menggambarkan tentang plasenta dan selaput-selaput janin dalam
buku, "On the Formation of the Foetus", namun jauh berbeda dengan
yang diuraikan pada abad ketujuh Masehi. Dan kala itu, para ahli kedokteran
telah mengetahui bahwa embrio manusia berkembang di dalam uterus. Tetapi tidak
seorangpun mengetahui bahwa perkembangan tersebut berlangsung secara bertahap.
Malah pada abad kelima belas pun belum didiskusikan, apalagi digambarkan.
Setelah mikroskop ditemukan oleh Leeuwenhook pada abad keenam belas, barulah
uraian tentang tahap-tahap permulaan embrio ayam mulai diselidiki para ahli.
Pengetahuan mengenai pentahapan embrio
manusia tidak terbayangkan hingga abad 20 ketika Streeter (1941) dan O'Rahilly
(1972) mengembangkan sistem pentahapan yang pertama kali. Lebih-lebih, tentang
tiga lipat kegelapan, yang ternyata dimaksudkan kepada tiga pelapisan. Yaitu
dalam lapisan dinding perut, dinding rahim, dan selaput janin (zat-zat
placenta, membrane, dan cairan aminotik).
Dari pengertian etimologis, sebenarnya
"alaqah" yang biasanya diterjemahkan dengan segumpal darah lebih
memberat kepada pengisap darah, yaitu lintah. Padahal tidak ada pengumpamaan
yang lebih tepat ketika embrio berada pada tahap ini (7-24 hari) selain seperti
lintah menggelantung di kulit, baik keadaannya yang seolah menggelantung di
dinding uterus, maupun sumber hidupnya. Sebagaimana sumber makanan lintah dari
darah manusia yang ditempelinya. Begitu pula janin. Sumber makanannya adalah
dari darah sang ibu. Ajaibnya, jika janin dalam tahap ini diperbesar menggunakan
mikroskop, bentuknya memang betul-betul menyerupai lintah.
Mengingat pada abad ke-7 itu belum ada
mikroskop ataupun lensa pembesar, maka pengetahuan tentang embrio manusia yang
mirip lintah itu tidak mungkin berasal dari manusia. Dan siapa lagi, kalau
bukan dari Allah?
--------------------------------------------------------------------------------
Adalah tidak mudah untuk mendapatkan ide
reproduksi dalam Quran. Kesulitan pertama adalah ayat-ayat yang mengenai soal
ini tersebar di seluruh Quran seperti yang kita lihat dalam soal-soal lain.
Tetapi soal ini tidak merupakan kesulitan besar. Yang dapat menyesatkan seorang
penyelidik adalah soal arti kata (vocabulary).
Pada waktu sekarang terdapat
terjemahan-terjemahan dan tafsiran tentang beberapa ayat yang memberi gambaran
salah tentang wahyu Quran mengenai hal-hal ilmiah. Kebanyakan terjemahan Quran
menyebutkan pembentukan manusia mulai dengan "segumpal darah" dan
adherence (rangkaian). Penjelasan semacam itu sangat tak dapat diterima oleh
seorang spesialis. Manusia bukan begitu asal mulanya. Dalam ayat-ayat yang
membicarakan menetapnya telur dalam uterus (rahim) wanita, kita akan melihat
kesalahan ahli-ahli keislaman yang tidak mengetahui soal-soal ilmiah.
Keadaan semacam itu meyakinkan kita akan
pentingnya perpaduan antara pengetahuan bahasa dan pengetahuan ilmiah agar
dapat mengerti makna ayat Quran yang membicarakan reproduksi.
Quran menandaskan transformasi
terus-menerus yang dialami oleh embrio dalam uterus (rahim) si ibu.
QS. 82 ayat 6-7 :
"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah membentuk kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang."
"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah membentuk kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang."
QS. 71 ayat 13-14 :
"Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah membentuk kamu dalam beberapa tingkatan kejadian."
"Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia sesungguhnya telah membentuk kamu dalam beberapa tingkatan kejadian."
Di samping pernyataan yang sangat umum,
teks Quran menarik perhatian kita mengenai soal-soal teks reproduksi, yang
dapat kita kelompokkan sebagai berikut :
Setitik cairan yang menyebabkan terjadinya
pembuahan (fecondation).
Kompleksitas cairan pembuah.
Penanaman (nidasi) telur yang dibuahi
dalam rahim.
Perkembangan (evolusi) embrio.
Setitik Cairan Yang Menyebabkan Terjadinya
Pembuahan (fecondation)
QS. 16 ayat 4 :
"Dia telah membentuk manusia dari nuthfah (sejumlah kecil bagian sesuatu)."
QS. 16 ayat 4 :
"Dia telah membentuk manusia dari nuthfah (sejumlah kecil bagian sesuatu)."
Kata (bahasa Arab) "nuthfah"
ditemukan sebelas kali dalam Quran. Kata nuthfah diterjemahkan di sini sebagai
"sejumlah amat kecil" bahagian dari total volume suatu zat.
Barangkali hal ini bukanlah penerjemahan yang paling ideal. Tetapi tampaknya
tak ada satu kata dalam bahasa Indonesia pun yang bisa sepenuhnya menangkap
makna penuhnya dari kata tersebut. Kata tersebut berasal dari kata kerja bahasa
Arab yang berarti "jatuh bertitik atau menetes", yang berasal dari
akar kata yang berarti : mengalir. Arti utamanya merujuk kepada jejak cairan
yang tertinggal di dasar suatu ember setelah ember tersebut dikosongkan. Jadi
kata itu menunjukkan setetes kecil, dan disini berarti setitik cairan sperma,
karena dalam ayat lain diterangkan bahwa setitik itu adalah setitik sperma.
Kata bahasa Arab 'Maniy' berarti sperma.
QS. 75 ayat 37 :
"Bukankah manusia dahulu merupakan nuthfah (sejumlah kecil bagian) dari maniy (sperma) yang ditumpahkan."
"Bukankah manusia dahulu merupakan nuthfah (sejumlah kecil bagian) dari maniy (sperma) yang ditumpahkan."
Dengan kata lain penunjukan nuthfah
berarti hanya sebahagian kecil (setitik) saja dari total volume cairan mani
(sperma) tersebut yang dibutuhkan dalam proses pembentukan manusia. Jadi Quran
telah menyampaikan gagasan bahwa kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung
pada besarnya volume cairan yang disemburkan. Dan gagasan tersebut terbukti
benar dengan ditemukannya kemaujudan spermatozoa di awal abad ke-17, yang mana
identitas unsur pembuah ini diukur hanya dalam satuan-satuan perseribu
milimeter.
Proses reproduksi manusia berlangsung
dalam suatu rangkaian yang dimulai dengan pembuahan di dalam tabung Falopia
(pembuluh lembut yang menghubungkan rahim dengan daerah indung telur). Suatu
sel telur yang telah memisahkan dirinya dari indungnya di tengah perjalanan (melalui
siklus menstrual), dibuahi oleh suatu sel yang berasal dari pria, yaitu
spermatozoa. Dari berpuluh-puluh juta spermatozoa yang terkandung dalam satu
sentimeter kubik sperma, hanya dibutuhkan satu spermatozoa saja untuk menjamin
terjadinya pembuahan. Dengan kata lain proses ini sesuai dengan gagasan Quran
bahwa hanya sejumlah sangat kecil dari cairan sperma yang berperan dalam proses
pembuahan.
Suatu ayat lain menunjukkan bahwa setitik
sperma itu ditaruh di tempat yang tetap (Qarar) yang berarti alat kelamin.
QS. 23 ayat 13 :
"Kemudian Kami jadikan nutfah (setitik sperma) itu (disimpan) dalam 'makin' (tempat yang kokoh/ rahim)."
"Kemudian Kami jadikan nutfah (setitik sperma) itu (disimpan) dalam 'makin' (tempat yang kokoh/ rahim)."
Perlu ditambahkan di sini bahwa kata sifat
"makin" tak dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut
menunjukkan tempat yang terhormat, tinggi, dan kokoh. Bagaimanapun maksudnya
adalah tempat membesarnya manusia dalam organisme ibu.
Spermatozoa mengandung pita DNA, hal ini
pada gilirannya membentuk kendaraan bagi gen-gen dari sang ayah untuk bersatu
dengan gen-gen dari sang ibu untuk membentuk warisan genetik bagi calon
manusia. Gen-gen yang terkandung di dalam sel reproduksi pria, akan bergabung
dengan gen-gen sel reproduksi wanita, membentuk faktor-faktor yang akan
menentukan berbagai kekhasan calon manusia itu.
Saat penyusutan kromatik berlangsung,
spermatozoa itu membawa gen-gen yang mengandung faktor-faktor yang menentukan
apakah calon manusia itu akan berjenis kelamin laki-laki (hemicromosom Y), atau
wanita (hemicromosom X). Jika satu spermatozoa yang benar-benar berhasil
membuahinya, mengandung hemicromosom Y, maka calon anak tersebut akan menjadi
anak laki-laki. Jika spermatozoa yang menembus sel telur mengandung
hemicromosom X, maka calon anak tersebut akan menjadi anak perempuan.
Oleh karena itu jenis kelamin seseorang,
secara genetik, ditentukan pada saat terjadi pembuahan. Al Quran mengandung
pernyataan mengenai masalah tersebut sebagaimana berikut :
QS. 80 ayat 19 :
"Dari nutfah (setitik bagian), (Tuhan) khalaqa (membentuknya dalam proporsi yang tepat), lalu faqoddaroh (menentukannya)."
"Dari nutfah (setitik bagian), (Tuhan) khalaqa (membentuknya dalam proporsi yang tepat), lalu faqoddaroh (menentukannya)."
Kata "khalaqa" yang biasanya
diterjemahkan dengan kata kerja "menciptakan", lebih tepat kalau
diterjemahkan (sesuai arti aslinya) yaitu "membentuk dengan proporsi yang
sesuai." Kita tentu mesti mengakui bahwa dalam hal ini ditemukan
kesesuaian yang mencengangkan antara pernyataan-pernyataan dalam Quran dengan
fakta-fakta ilmiah di atas, juga fakta bahwa warisan genetik yang diterima dari
ayahlah yang menentukan jenis kelamin seseorang.
Kompleksitas Cairan Pembuah
QS. 76 ayat 2 :
"Sungguh Kami telah membentuk manusia dari nuthfah (setitik sperma) amsyaj (cairan yang bercampur)."
QS. 76 ayat 2 :
"Sungguh Kami telah membentuk manusia dari nuthfah (setitik sperma) amsyaj (cairan yang bercampur)."
Istilah 'cairan-cairan yang bercampur'
berkaitan dengan kata Arab "Amsyaj". 'Cairan-cairan yang bercampur'
yang dirujuk oleh Al Quran hanya khas bagi cairan sperma yang kompleks. Seperti
kita ketahui, cairan ini terdiri atas keluaran-keluaran getah dari
kelenjar-kelenjar berikut ini :
Testis (buah pelir); pengeluaran kelenjar
kelamin lelaki yang mengandung spermatozoa yakni sel panjang yang berekor dan
berenang dalam cairan serolite.
Kantong-kantong benih (besicules
seminates); organ ini merupakan tempat menyimpan spermatozoa, tempatnya dekat
prostrat; organ ini juga mengeluarkan cairan tetapi sifatnya tidak membuahi.
Prostrat, mengeluarkan cairan yang memberi sifat krem serta bau khusus kepada
sperma.
Kelenjar-kelenjar yang melekat pada
saluran kencing. Kelenjar Cooper atau Mery mengeluarkan cairan yang melekat,
dan kelenjar Lettre mengeluarkan semacam lendir.
Itulah unsur-unsur campuran yang disebut
dalam Quran.
Cairan benih dan spermatozoa diproduksi
oleh buah pelir dan untuk waktu tertentu disimpan di dalam suatu sistem saluran
dan tandon. Ketika terjadi kontak seksual, spermatozoa itu berpindah dari
tempat penyimpanannya ke saluran kencing, dan di tengah jalan, cairan tersebut
diperkaya dengan keluaran-keluaran getah lebih lanjut. Keluaran-keluaran getah
ini yang meskipun tidak mengandung unsur-unsur pembuah, akan memberikan suatu
pengaruh besar atas pembuahan tersebut dengan membantu sperma untuk sampai ke
tempat sel telur wanita yang akan dibuahi. Dengan demikian, cairan sperma itu
merupakan suatu campuran : ia mengandung cairan benih dan berbagai keluaran
getah tambahan.
Al Quran masih menyebut hal-hal lain. Ia
juga menjelaskan kepada kita bahwa unsur pembuah pria berasal dari cairan
sperma yang bersifat hina.
QS. 32 ayat 8 :
"(Tuhan) menjadikan keturunannya (manusia) dari sulalat (saripati) maa' (cairan) yang mahin (hina)"
"(Tuhan) menjadikan keturunannya (manusia) dari sulalat (saripati) maa' (cairan) yang mahin (hina)"
Kata sifat 'yang hina' (mahin di dalam
bahasa Arab) mesti diterapkan tidak saja pada sifat cairan itu sendiri
melainkan juga pada fakta bahwa ia disemprotkan melalui saluran kencing.
Mengenai kata 'saripati' atau suatu
komponen bagian dari komponen yang lain, kita sekali lagi bertemu dengan kata
Arab "sulalat", yang pernah dibahas dalam tulisan saya terdahulu
"Teori Evolusi dalam Quran". Hal ini menunjuk pada 'sesuatu bahan
yang diambil dari bahan lain', dan merupakan 'bagian terbaik dari bahan itu.
Bagaimanapun cara menterjemahkannya, maksudnya adalah satu bagian daripada suatu
keseluruhan bahan tersebut. Konsep yang diungkapkan disini, tidak bisa tidak,
membuat kita berpikir tentang spermatozoa.
Yang menyebabkan pembuahan telor atau
memungkinkan reproduksi adalah sebuah sel panjang yang besarnya 1/10.000
(sepersepuluh ribu) milimeter. Satu daripada beberapa juta sel yang dikeluarkan
oleh manusia dalam keadaan normal dapat masuk dalam telor wanita (ovule).
Sebagian besar sisa lainnya tetap dijalan dan tidak sampai ke trayek yang
menuntun dari kelamin wanita sampai ke telor (ovule) di dalam rongga rahim
(uterus dan trompe). Dengan begitu maka hanya bagian sangat kecil daripada
cairan yang menunjukkan aktivitas sangat kompleks.
Bagaimana kita tidak terpukau oleh
persesuaian antara teks Quran dengan pengetahuan ilmiah yang kita miliki sekarang.
Penanaman (nidasi) Telur Yang Dibuahi
dalam Rahim
Telor yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di dalam rongga rahim (cavum uteri). Inilah yang dinamakan "bersarangnya Telur". Quran menamakan uterus tempat telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
Telor yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di dalam rongga rahim (cavum uteri). Inilah yang dinamakan "bersarangnya Telur". Quran menamakan uterus tempat telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
QS. 22 ayat 5 :
"Dan Kami tetapkan dalam 'arham' (rahim) apa yang kamu kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan."
"Dan Kami tetapkan dalam 'arham' (rahim) apa yang kamu kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan."
Begitu sel telur dibuahi, ia turun ke
rahim melalui tabung Falopia; bahkan pada saat ia turun itulah, ia telah mulai
terpecah. Kemudian 'menanamkan' dirinya dengan menyusup ke dalam ketebalan atau
kekentalan lendir dan otot-otot, begitu tembuni terbentuk. Menetapnya telur
dalam rahim terjadi karena tumbuhnya jonjot (villi) yakni perpanjangan telor
yang akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi membesarnya telor,
sebagaimana akar tumbuhan masuk ke dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini
mengokohkan telor dalam rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh
manusia pada zaman modern.
Penanaman sel telur yang telah dibuahi di
dalam rahim disebutkan dalam banyak ayat Al Quran. Kata Arab yang digunakan
dalam konteks ini adalah 'alaq', yang arti tepatnya adalah 'sebentuk lintah
yang menggantung / melekat' sebagaimana dalam ayat berikut ini :
QS. 75 ayat 37-38 :
"Bukankah (manusia) dahulu merupakan nuthfah (setitik bagian) dari mani (sperma) yang ditumpahkan? Kemudian ia menjadi alaqah (sebentuk lintah yang menggantung); lalu Allah membentuknya (dalam ukuran yang tepat dan selaras) dan menyempurnakannya."
"Bukankah (manusia) dahulu merupakan nuthfah (setitik bagian) dari mani (sperma) yang ditumpahkan? Kemudian ia menjadi alaqah (sebentuk lintah yang menggantung); lalu Allah membentuknya (dalam ukuran yang tepat dan selaras) dan menyempurnakannya."
Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa sel
telur yang dibuahi tertanam dalam lendir rahim kira-kira pada hari keenam
setelah pembuahan mengikutinya dan secara anatomis sungguh telur tersebut
bentuknya benar-benar menyerupai lintah yang menggantung / melekat.
Gagasan tentang 'kebergantungan'
mengungkapkan arti asli kata dalam bahasa Arab 'alaq. Salah satu turunan dari
kata tersebut adalah 'segumpal darah', suatu penafsiran yang masih kita temukan
sekarang dalam terjemahan-terjemahan Al Quran. Hal ini sepenuhnya merupakan terjemahan
yang tidak tepat dari pengulas-pengulas zaman dahulu yang melakukan penafsiran
menurut arti turunan kata tersebut. Karena kurangnya pengetahuan pada waktu
itu, maka mereka tak pernah menyadari bahwa arti asli kata tersebut yang
berarti 'sebentuk lintah yang menggantung / melekat' sudah sepenuhnya memadai.
Di samping itu, dalam ayat-ayat yang mengandung pengetahuan modern, ada satu
kaidah umum yang terbukti tak pernah salah, yaitu bahwa makna paling tua dari
suatu kata selalu merupakan arti yang dengan jelas menunjukkan kesetaraannya
dengan penemuan-penemuan ilmiah, sedang arti turunan-turunannya secara
berubah-ubah membawa kepada pernyataan-pernyataan yang tidak tepat atau malah
sama sekali tak punya arti.
Evolusi Embrio Di Dalam Rahim
Segera setelah berevolusi melampaui tahap yang dicirikan di dalam Al Quran oleh kata sederhana alaqah, embrio menurut Al Quran, melewati satu tahap selanjutnya yang di dalamnya secara harfiah tampak seperti daging yang digulung-gulung (mirip daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging (yang segar).
Segera setelah berevolusi melampaui tahap yang dicirikan di dalam Al Quran oleh kata sederhana alaqah, embrio menurut Al Quran, melewati satu tahap selanjutnya yang di dalamnya secara harfiah tampak seperti daging yang digulung-gulung (mirip daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging (yang segar).
Sebagaimana kita ketahui ia terus tampak
demikian sampai kira-kira hari kedua puluh ketika ia mulai secara bertahap
mengambil bentuk manusia. Jaringan-jaringan tulang dan tulang-belulang mulai
tampak dalam embrio itu yang secara berturutan diliputi oleh otot-otot. Gagasan
ini diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut :
QS. 23 ayat 14 :
"Kemudian 'nutfah' (setitik bahan dari mani) itu Kami bentuk menjadi 'alaqah' (sebentuk lintah yang menggantung), lalu 'alaqah' itu Kami bentuk menjadi 'mudlghah' (daging yang digulung-gulung), dan 'mudlghah' itu Kami bentuk menjadi 'idham' (tulang belulang), lalu 'idham' itu Kami bungkus dengan 'lahm' (daging yang utuh). Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik."
"Kemudian 'nutfah' (setitik bahan dari mani) itu Kami bentuk menjadi 'alaqah' (sebentuk lintah yang menggantung), lalu 'alaqah' itu Kami bentuk menjadi 'mudlghah' (daging yang digulung-gulung), dan 'mudlghah' itu Kami bentuk menjadi 'idham' (tulang belulang), lalu 'idham' itu Kami bungkus dengan 'lahm' (daging yang utuh). Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik."
Dua tipe daging yang diberi dua nama yang
berbeda di dalam Al Quran, yang pertama 'daging yang digulung-gulung /
dikunyah' disebut sebagai 'mudlghah', sedang yang kedua 'daging yang sudah utuh
/ segar' ditunjukkan oleh kata 'lahm' yang memang menguraikan secara amat tepat
bagaimana rupa otot itu. Jadi dari bentuk "mudlghah", lalu
berkembanglah sistem tulang (mesenhyme). Tulang yang sudah terbentuk dibungkus
dengan otot-otot, inilah yang dimaksudkan dengan "lahm".
QS. 22 ayat 5 :
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur) maka (ketahuilah) bahwasanya Kami telah membentuk kamu dari Thurab (tanah), kemudian dari Nutfah (setitik sperma), kemudian dari alaqah (sebentuk lintah yang melekat), kemudian dari mudlghah (daging yang digulung-gulung) yang mukhallaq (seimbang proporsinya) dan ghairi mukhallaq (yang kurang seimbang proporsinya), agar Kami jelaskan kepada kamu."
"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur) maka (ketahuilah) bahwasanya Kami telah membentuk kamu dari Thurab (tanah), kemudian dari Nutfah (setitik sperma), kemudian dari alaqah (sebentuk lintah yang melekat), kemudian dari mudlghah (daging yang digulung-gulung) yang mukhallaq (seimbang proporsinya) dan ghairi mukhallaq (yang kurang seimbang proporsinya), agar Kami jelaskan kepada kamu."
Arti kata bahasa Arab
"mukhallaq" berarti "dibentuk dengan proporsi seimbang",
sedang lawan katanya adalah "ghairi mukhallaq". Dalam perkembangan
embrio, yang sebelumnya tampak telanjang sebagai suatu kelemit daging yang
tidak memiliki bagian-bagaian yang bisa dibedakan, kemudian berkembang secara
bertahap hingga mencapai satu bentuk manusia. Dan selama tahap-tahap ini ada
bagian-bagian yang seimbang, namun ada pula bagian-bagian tertentu lainnya yang
muncul tidak seimbang proporsinya : seperti kepala agak lebih besar volumenya
dibanding bagian-bagian tubuh lainnya. Namun akhirnya hal ini akan menyusut,
sedang struktur penopang hidup dasar membentuk kerangka yang dikelilingi
otot-otot, sistem syaraf, sistem peredar, isi perut (bagian dalam tubuh) dan
sebagainya.
Al Quran juga menyebutkan munculnya
indra-indra dan bagian-bagian dalam tubuh.
QS. 32 ayat 9 :
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi sedikit sekali kamu bersyukur."
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi sedikit sekali kamu bersyukur."
Quran juga menyebutkan terbentuknya seks
(ciri kelamin) :
QS. 53 ayat 45-46 :
"Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari nutfah (setitik mani) yang dipancarkan / ditumpahkan."
"Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari nutfah (setitik mani) yang dipancarkan / ditumpahkan."
Penutup
Dalam konteks ini teks Al Quran dan data embriologi modern secara sangat mencengangkan ternyata sama. Semua pernyataan ini sesuai dengan fakta-fakta kuat masa kini. Tetapi bagaimana orang-orang yang hidup pada masa Muhammad dapat mengetahui berbagai rinci embriologi ? Karena data ini belum ditemukan sampai 1400 tahun setelah wahyu Al Quran diturunkan, maka jelas membuktikan Quran benar-benar wahyu otentik dari Allah Swt.
Dalam konteks ini teks Al Quran dan data embriologi modern secara sangat mencengangkan ternyata sama. Semua pernyataan ini sesuai dengan fakta-fakta kuat masa kini. Tetapi bagaimana orang-orang yang hidup pada masa Muhammad dapat mengetahui berbagai rinci embriologi ? Karena data ini belum ditemukan sampai 1400 tahun setelah wahyu Al Quran diturunkan, maka jelas membuktikan Quran benar-benar wahyu otentik dari Allah Swt.
Setelah apa yang saya (RABA) sampaikan
dalam tulisan ini, silakan tuan-tuan yang pro atheis atau agnostik berpikir
ulang kembali tentang posisi anda yang selalu anda bangga-banggakan itu.
Bukankah keterangan dalam tulisan ini sudah jelas menunjukkan sebahagian
tanda-tanda kebenaran dari kitab suci Al Quran yang sering anda cemoohkan itu.
Saya hanya bisa mendoakan agar anda segera diberi hidayah oleh Allah Swt.
QS. 16 ayat 4 :
"(Tuhan) telah membentuk manusia dari nuthfah, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata?"
"(Tuhan) telah membentuk manusia dari nuthfah, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata?"
Wassalam,
RABA
RABA
No comments:
Post a Comment