Friday, April 15, 2016

MUHAMMAD IQBAL (1873-1938 M)




DINAMISME ISLAM
Muhammad Iqbal lahir di Sialkot, Pakistan tahun 1877. Berangkat ke Inggris dan masuk di Universitas Cambridge menekuni filsafat tahun 1905. Tahun 1907 meneruskan studinya ke Jerman di Universitas Heidelberg dan Munich. Tahun 1908 kembali ke Lahore, Pakistan. Bekerja sebagai pengacara di samping menjdi dosen filsafat. Bukunya The Reconstraction of Religious Thought in Islam adalah hasil ceramah-ceramah yang diberikan di beberapa Universitas di India. Tahun 1930 ia dipilih sebagai Presiden Liga Muslim. Dalam pidatonya sebagai ketua sidang Liga Muslimin di Allahabad pada tanggal 29 Desember, ia meng-ungkapkan rencananya untuk mendirikan “Negara Islam di Barat Laut”.
Muhammad Iqbal, seorang penyair, filosof, dan ahli politik, merupa-kan salah satu tokoh gerakan pembaharuan di India di mana pada tahun 1930 M pernah menjadi ketua Liga Muslim yang didirikan pada tahun 1906 M oleh segolongan intelektual Islam India untuk menampung aspirasi na-sionalisme Islam, sebagai reaksi terhadap ide nasionalisme Hindu di Partai Kongres India.

Pada mulanya, Liga Muslim, sesuai dengan ajaran Ahmad Khan ber-sikap loyal terhadap pemerintah Inggris di India, tetapi tahun 1912 M dalam programnya dimasukan tuntutan pemerintah sendiri bagi India.
Pemikiran Muhammad Iqbal
Di tahun 1930 M, Muhammad Iqbal menjadi ketua Liga Muslim di mana pada waktu itu ia melahirkan pendapat bahwa orang Islam dan orang Hindu di India merupakan dua bangsa. Karena itu, dalam rapat tahunan Liga Muslim tahun 1930 M ia mencetuskan ide membentuk Negara untuk golongan Islam India di daerah yang mencakup Punjab, daerah perbatasan di barat laut India, Sind dan Balukhistan. Hal ini dapat dilihat dalam pidatonya pada siding tahunan Liga Muslim, di berkata: “Saya ingin melihat Punjab, Propinsi Perbatasan Barat Laut, Sind, dan Baluchistan, digabung menjadi sebuah Negara. Pemerintahan sendiri dengan atau tanpa bantuan Kerajaan Inggris, pembentukan negara muslim India Barat Laut yang terkonsolidasi tampaknya bagi saya sebagai tujuan akhir umat Islam, seti-daknya di India Barat Laut.” Ide beliau ini kemudian menjadi aspirasi nasional umat Islam India, dan di masa kepemimpinan Muhammad Ali Jinnah, Liga Muslim menjadi gerakan popular umat Islam India dan mulai memajukan ide Negara sendiri bagi umat Islam di India. Dan pada tahun 1940 M, Liga Muslim menerima pembentukan Pakistan sebagai tujuan perjuangan dan tercapai pada tahun 1947 M.
Tentang penyataan Muhammad Iqbal dalam pidatonya di atas, Edward Mortimer menulis: “Pernyataan Iqbal ini dianggap sebagai ke-inginan untuk membentuk suatu negara Islam yang terpisah dari India (seperti Pakistan dewasa ini). Namun demikian, penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa Iqbal pada tahun 1930 M sebenarnya tidak mengu-sulkan adanya sebuah negara muslim yang sama sekali terpisah dari India. Dia menyatakan tentang “muslim India di dalam India” dan membuat per-nyataan sebagai tanggapan atas tuntutan nasionalis Hindu akan sebuah pemerintahan persautan, bahwa “kehidupan Islam sebagai kekuatan kul-tural sangat bergantung kepada pemusatannya di wilayah tertentu.”
Dalam paham keagamaan, Muhammad Iqbal sangat menganjurkan supaya umat Islam meninggalkan faham fatalisme dan mengambil faham qadariah. Kafir yang dinamis, menurutnya, lebih baik daripada muslim yang pasif. Pintu ijtihad tidak tertutup dan dinamika Islam harus juga memasuki lapangan fikih. Bagi Iqbal, Islam pada hakekatnya mengajarkan dinamisme. Al-Qur’an senantiasa menganjurkan pemakaian akal terhadap ayat atau tanda-tanda yang terdapat dalam alam, seperti matahari, bulan, bintang, pergantian siang dan malam dan sebagainya. Paham dinamisme Islam yang ditonjolkan inilah membuat Iqbal mempunyai kedudukan penting dalam pembaharuan di India. Dalam syair-syairnya ia mendorong umat Islam supaya bergerak, jangan tinggal diam. Intisari hidup adalah gerak, sedang-kan hukum hidup adalah menciptakan, maka Iqbal berseru kepada umat Islam supaya bangun dan menciptakan dunia baru.
Dalam pembaharuannya Iqbal tidak berpendapat bahwa Baratlah yang harus dijadikan model. Kapitalisme dan imperialisme Barat tidak dapat diterimannya. Barat menurut penilaiannya, banyak dipengarhi oleh materialisme dan telah mulai meninggalkan agama. Yang harus diambil umat Islam dari Barat hanyalah ilmu pengetahuan. Ia melihat bahwa antara sosialisme dan Islam ada persamaan, dan oleh karena itu ia tidak menolak sosialisme.
Kesimpulan
Di antara hal yang melatarbelakangi pemikiran politik Islam adalah: Pertama, kemunduran dan kerapuhan dunia Islam yang disebabkan oleh faktor internal dan yang berakibat munculnya gerakan-gerakan pembaha-ruan dan pemurnian. Kedua, rongrongan Barat terhadap keutuhan ke-kuasaan politik dan wilayah dunia Islam yang berakhir dengan dominasi atau penjajahan oleh negara-negara Barat tersebut. Ketiga, keunggulan Barat dalam bidang ilmu, teknologi, dan organisasi.
Ketiga hal tersebut ini juga memberi pengaruh pada pemikiran politik Islam yakni banyak di antara para pemikir politik Islam tidak mengetengahkan konsepsi tentang system politik Islam, tetapi lebih ke-pada konsepsi perjuangan politik umat Islam terhadap kezaliman penguasa, lebih-lebih terhadap imperialis dan kolonialis Barat. Perhatian mereka lebih banyak dipusatkan pada perjuangan pembebasan dunia Islam dari cengkraman atau dominasi Barat.
Kalau gerakan pembaharuan umat Islam di Turki pada akhirnya me-nimbulkan Negara Turki yang bersifat sekuler, gerakan pembaharuan umat Islam di India melahirkan Pakistan yang mempunyai agama sebagai dasar.
Gerakan yang diusung oleh tiga tokoh pembaharu, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Muhammad Rasyid Ridha, dikenal dengan gerakan Salafiyah yaitu suatu aliran keagamaan yang berpendirian bahwa untuk dapat memulihkan kejayaannya, umat Islam harus kembali kepada ajaran Islam yang masih murni seperti yang dahulu diamalkan oleh gene-rasi pertama Islam.
Pemerintahan yang ideal menurut Muhammad Abduh kurang lebih seperti yang diangankan oleh ahli-ahli hukum pada abad pertengahan, penguasa yang adil, yang memerintah sesuai dengan hukum dan bermu-syawarah dengan para pemimpin

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِ...