Oleh : Rahmad
Fitriyanto
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Islam atau
agama merupakan rangkaian system kepercayaan manusia yang berlandaskan kitab
suci, yang melahirkan seperangkat aturan hidup, baik di dalam berhubungan
dengan tuhan dalam bentuk ritual maupun aturan hidup bersama alam semesta,
dengan berbagai sarana dan prasarana yang mereka upayakan.
Islam menitik
beratkan system kepercayaan sebagai pokok ajaran. Iman menjadi fondasi agama bagi umat islam.
Keyakinan tentang adanya tuhan merupakan fitrah yang dianugrahkan oleh allah
kepada setiap manusia sejak dilahirkan di dunia. Keyakinan terhadap pembawa
risalah adalah menjadi seseorang percaya pula terhadap kebenaran risalah atau
ajaran yang dibawanya.
Sedangkan yang
dimaksud dengan pandangan hidup adalah bagaimana manusia memandang kehidupan atau
bagaimana manusia memiliki konsepsi tantang kehidupan. Akibat dari pandangan
hidup yang berbeda-beda, maka timbulah pandangan hidup yang dapat
dikelompok-kelompokan yang disebut aliran atau faham.
B.
Rumusan Masalah
1.
Islam dan pandangan hidup
2.
Cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup
3.
Sumber Pandanga Hidup
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Islam dan Pandangan hidup
Telah
dijelaskan di awal bahwa agama merupakan rangkaian system kepercayaan manusia
yang berlandaskan kitab suci, yang melahirkan seperangkat aturan hidup, baik di
dalam berhubungan dengan tuhan dalam bentuk ritual maupun aturan hidup bersama
alam semesta, dengan berbagai sarana dan prasarana yang mereka upayakan.[1]
Didunia ini sangat banyak ragam agama, baik besar maupun kecil, atau apa yang
sering disebut sebagai agama-agama minoritas, primitive. Islam, Kristen /
katolik, dan yahudi merupakan tiga agama besar di dunia, yang hingga saat ini
dianut sebagian besar warga manusia di dunia. Islam sebagai salah satu agama
besar di dunia hingga kini mendominasi agama-agama lain di Indonesia.
Seperti
agama-agama yang lain yang ada di dunia, islam juga menitik beratkan system kepercayaan
sebagai pokok ajaran. Dalam islam system kepercayaan atau keyakinan ini disebut
dengan Aqidah. Dalam bahasa arab, kata aqidah bermakna sesuatu yang di ikat oleh
hati dan jiwa manusia, atau hal-hal yang diyakini atau dipatuhi manusia. Secara
pengertian aqidah diartikan sebagai tashdik (pembenaran) terhadap suatu
dan keyakinan tanpa ada keraguan atau kebimbangan, semakna dengan kata al
iman. Aqidah islamiah adalah keyakinan yang teguh kepada allah, beriman
kepada malaikat-malaikatnya, Rasul-rasulnya, kitab-kitabnya, hari akhir, takdir
baik dan buruk.[2]
Hal-hal yang mesti diimani tersebut sering dikenal dengan istilah Rukun Iman.
Muhamad
sebagai pembawa agama islam selanjutnya menghasilkan serangkaian ajaran yang harus
dipatuhi oleh siapa ssaja yang percaya. Ajaran itu selanjutnya ditulis oleh
para pengikutnya dan terwariskan hingga saat ini, yang terkenal dengan nama
Al-Quran dan Hadist. Keyakinan terhadap kerasulan Muhammad melahirka keyakinan
terhadap kebenaran kitab suci islam, khususnya al-quran.
Islam berasal
dari tuhan yang maha esa, tunggal. Ia menurunkan ajaran agama melalui seorang
rasul, berupa ajaran yang tunggal dengan kebenaran mutlak yang tertulis di
dalam al-quran. Akan tetapi di dalam mengaplikasikan segenap ajaran tersebut
manusia tidak dapat terlepas dari penggunaan akal fikiran. Hal ini merupakan
sebuah kelaziman, sekaligus berdampak bervariasinya pemahaman pemeluknya, sekaligus
juga bervariasinya pengalaman ajaran agama yang tunggal tersebut.
Sedangkan
pandangan hidup adalah nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, yang dipilih
secara selektif oleh para individu dan golongan di dalam masyarakat.[3]
Pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada seorangpun yang hidup
tanpa pandangan hidup meski tingkatannya berbeda-beda. Pandangan hidup
mencerminkan citra diri seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan citra
diri seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau
aspirasinya. Apa yang dikatakan seseorang adalah pandangan hidup karena
dipengaruhi oleh pola pikir tententu. Tetapi, terkadang sulit dikatakan sesuatu
itu pandangan hidup, sebab dapat pula hanya suatu idealitas belaka yang
megikuti kebiasaan berfikir yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.
Sifat pandanga
hidup elastis, bergantung pada situasi dan kondisi, tidak selamanya bersifat
prinsipal atau hakiki. Bahkan pandangan hidup dapat terjadi tidak dengan
kesadaran atau “kesadaran yang dinyatakan”, tetapi “kesadaran yang tak
dinyatakan”, sebagai akibat kepengapan kondisi. Pandangan kasiepo ini dapat terjadi
pula untuk suatu ideologi yang oleh Abdurahman Wahid disebut reideologisasi
dengan pola ideologi alternative, yaitu rangkuman dari berbagai sumber dan
reideologi kultural, yaitu menyusun serangkaian nilai oleh masyarakat.
B.
Cita-cita, Kebajikan dan Sikap Hidup
Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Dalam kehidupan ,manusia tidak dapat
melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu .[4]
1.
Cita-cita
Cita-cita
adalah perasaan hati atau suatu keinginan di dalam hati, seringkali diartikan
sebagai angan-angan, keinginan, kemauan, niat, dan harapan.[5]
Cita-cita penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan kedinamikan
seseorang. Cita-cita seringkali menimbulkan kreativitas para seniman, banyak
hasil seni, seperti drama, novel, film, musik, tari, filsafat yang lahir dari
kandungan cita-cita.[6]
Orang tua
selalu menimang-nimang anaknya sejak masih bayi agar menjadi dokter, insinyur,
dan sebagainya. Ini berarti sejak anaknya lahir, bahkan sejak dalam kandungan,
orang tua telah berangan-angan agar anaknya mempunyai jabatan atau profesi yang
tak tercapai oleh orang tuanya.
Selain itu, pada setiap kelahiran
bayi, doa yang diucapkan oleh family biasanya berbunyi, “semoga kelak menjadi
orang yang berguna bagi nusa, bangsa, agama dan berbakti kepada porang tua.”
Karena itu,
wajar bila cita-cita merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada orang yang hidup
tanpa cita-cita. Kadar atau tingkat cita-cita itu berbeda-beda bergantung pada
pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
2.
Kebijakan
Kebajikan
(kebaikan) atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama
dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama dan
etika.
Manusia
berbuat baik karena menurut kodratnya manusia itu baik dan mahluk bermoral.
Atas dorongan suara hatinya, manusia cenderung berbuat baik.
Manusia
merupakan mahluk sosial, hidup bermasyarakat, saling membutuhkan, saling
menolong, saling menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya, ada pula
saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan, dan sebagainya.
Manusia
sebagai mahluk tuhan, diciptakan untuk dapat berkembang karena tuhan. Untuk
itu, manusia dilengkapi kemampuan jasmani dan rohani, juga fasilitas alam
sekitarnya, seperti tanah, air, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya.
Jadi kebajikan
adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati masyarakat,
dan hukum tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, berbahasa baik,
bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, dan berpakaian sopan.[7]
Baik-buruk,
kebijakan dan ketidak bijakan menimbukan daya kreativitas bagi seniman. Banyak
hasil seni lahir dari imajinasi kebijakan dan ketidak bijakan.
Namun ada pula
kebijakan semu, yaitu kejahatan yang menyelubungi kebajikan. Kebajikan semu ini
sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang bermaksud mencari
keuntungan diri sendiri.
3.
Sikap Hidup
Sikap hidup
ialah hati dalam menghadapi hidup ini. Apakah kita memiliki sikap yang positif
ayau negativ. Apakah kita memiliki sikap optimis atau pesimis? Apakah kita
memiliki skap apatis?
Sikap itu
penting, setiap manusia memiliki sikap yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Sikap dapat dibentuk sesuai dengan kemauan yang membentuknya. Pembentukan
sikap ini terjadi melalui pendidikan. Seperti halnya seorang militer yang
bersikap tegas, berdisiplin tinggi, bersikap ksatria, karena dalam kemiliteran
ia dididik kearah sikap itu. Sikap dapat juga dirubah karena situasi, kondisi,
dan lingkungan.
Dalam
menghadapi kehidupan, setiap orang harus menghadapi orang lain atau kelompok
masyarakat. Ada beberapa sikap etis dan sikap nonetis. Sikap etis disebut juga
sikap positif, sedangkan sikap nonetis disebut sikap negativ.
Sikap manusia
bukanlah suatu konstur yang berdiri sendiri, tetapi paling tidak mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan konstruk-konstruk lain, seperti dorongan,
motivasi, atau bahkan dengan nilai-nilai tertentu.
C.
Sumber Pandanga Hidup
Macam-macam pandangan hidup
berdasarkan sumbernya, dapat digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu :[8]
1.
Pandangan hidup yang bersumber dari agama
(pandangan hidup muslim). Pandangan hidup ini memiliki kebenaran yang mutlak.
Sebagai contoh, pandangan hidup muslim (orang islam) bersumber dari al-quran
dan sunah (sikap, perkataan, dan perbuatan Nabi Muhammad saw). Dengan demikian
maka pandangan hidup muslim ialah pandangan muslim yang setia kepada islam
tentang berbagai masalah asasi hidup manusia, merupakan jawaban muslim yang
islam oriented mengenai berbagai persoalan pokok hidup manusia, yang
disimpulkannya dari al-quran dan sunah.
Pandangan
hidup muslim terdiri atas :
a.
Pedoman hidup ialah al-quran dan sunah
b.
Dasar hidupnya ialah islam
c.
Tujuan hidupnya :
1)
Berdasarkan arahnya ialah tujuan hidup
vertical ialah mendapat keridaan allah dan tujuan hidup horizontal ialah
kebahagiaan dunia dan akhirat serta menjadi rahmat bagi segenap alam.
2)
Ditinjau dari segi lingkungan :
a)
Tujuan sebagai individu.
b)
Tujuann sebagai anggota keluarga.
c)
Tujuan sebagai warga lingkungan.
d)
Tujuan sebagai warga Negara atau bangsa.
e)
Pandangan
hidup muslim, ruang lingkupnya meliputi seluruh bidang hidup manusia. Ia hendak
menuang bukan saja kehidupan perseorangan, melainkan juga susunan masyarakat kedalam
pola-pola yang sehat sehingga ajaran islam dapat dibangun dengan sebenar-benarnya
di permukaan bumi.
2.
Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi
merupakan abstraksi dari nilai-nilai budaya suatu Negara atau bangsa. Misalnya
ideologi pancasila dapat merupakan sumber pandangan hidup.
3.
Pandangan hidup yang bersumber dari hasil
perenungan seseorang sehingga dapat merupakan ajaran atau etika untuk hidup,
misalnya aliran-aliran kepercayaan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Agama merupakan rangkaian sistem
kepercayaan manusia yang berlandaskan kitab suci, yang melahirkan seperangkat
aturan hidup, baik di dalam berhubungan dengan tuhan dalam bentuk ritual maupun
aturan hidup bersama alam semesta, dengan berbagai sarana dan prasarana yang
mereka upayakan.
Sedangkan pandangan hidup adalah
nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat, yang dipilih secara selektif oleh para
individu dan golongan di dalam masyarakat. Pandangan hidup merupakan bagian
hidup manusia. Tidak ada seorangpun yang hidup tanpa pandangan hidup meski
tingkatannya berbeda-beda.
Pandangan hidup terdiri atas
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup. Cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu
tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan. Dalam kehidupan ,manusia tidak dapat
melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan dan sikap hidup itu.
Macam-macam pandangan hidup
berdasarkan sumbernya, dapat digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu pandangan
hidup yang bersumber dari agama, ideologi dan hasil perenungan seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Mustofa Ahmad.
1999. Ilmu Budaya Dasar untuk IAIN, STAIN, PTAIS semua fakultas dan jrusan
komponen MKU, Bandung : CV Pustaka Setia.
Sulaeman
Munandar. 1998. Ilmu Budaya Dasar Suatu Pengantar. Bandung : Refika
Aditama.
Khadziq. 2009.
Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta : Teras.
[1]
Khadziq, islam dan budaya lokal belajar memahami realitas agama dan
masyarakat, (yoyakarta 2009), hlm. 48.
[2]
Ibid, hlm. 49.
[3]
Munandar sulaeman, ilmu budaya dasar suatu pengantar, (bandung 1998),
hlm. 73.
[4]
Ibid, hlm. 73.
[5]
Ahmad mustofa, ilmu budaya dasar, (bandung 1999). Hlm. 115.
[6]
Ibid. hlm. 117
[7]
Ibid, hlm 118.
[8]
Munandar sulaeman, ilmu budaya dasar suatu pengantar, (bandung 1998),
hlm. 76.
No comments:
Post a Comment