Friday, April 15, 2016

KEPERMBANGAN PSIKOLOGI MANUSIA




Penulis : Rahmad Fitriyanto


A  . Pendahuluan

Manusia adalah mahluk sosial yang eksploratif dan potensial. Dikatakan makhluk eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata.
Selanjutnya  manusia juga disebut  sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya.Bimbingan dan pengarahan yang diberikan dalam dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekatnya diharapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan seagai potensi bawaannya. Karena itu bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatif  bagi perkembangan manusia.

Dalam diri kita selain mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan, kita juga mempelajari jiwa keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia   secara menyeluruh sebab kebutuhan manusia yang  kurang seimbang antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan  dalam perkembangan.
Jiwa keagamaan termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung pada aspek fisik, dan dengan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu sering dikatakan kesehatan fisik akan sangat berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan juga ditentukan oleh tingkat usia.
Secara garis besar periode perkembangan itu dibagi menjadi 7 masa  yaitu :
1. Masa Pre-natal
2 .  Masa Bayi
3 . Masa Kanak-kanak
4 . Masa Pre-pubertas
5 . Masa Pubertas
6 . Masa Dewasa
7 . Masa Usia Lanjut
Setiap masa perkembangan memiliki ciri-ciri sendiri, termask jiwa keagamaan. Sehubungan dengan kebutuhan manusia dan periode perkembangan tersebut, maka dalam kaitannya dengan perkembangan jiwa keagamaan akan dilihat sebagaimana pengaruh timbal-balik  antara keduanya. Dengan demikian perkembangan jiwa keagamaan juga akan dilihat dari tingkat usia dewasa  dan usia lanjut.

B . Kebutuhan manusia akan Agama 
Selain kebutuhan yang disebut diatas, masih banyak lagi kebutuhan  manusia yang perlu diperhatikan yanitu kebutuhan agama. Manusia disebut juga makhluk yang beragama (homo religius). Akhmad yamani mengemukakan  bahwa tatkala Allah SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya di saat-saat yang gawat. insan primitif telah menemukan apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri. Secara berangsur dan silih berganti gejala-gejala alam tadi diselaraskan dengan jalan hidupnya. Dengan demikian timbullah penyembahan terhadap api, matahari, bulan, atau benda-benda lain dari gejala-gejala alam tersebut.
Menurut Robert Nuttin dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia sebagaimana dorongan–dorongan lainnya, seperti : makan, minum, intelek dan lain sebagainya. Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragamapun menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari gabungan berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan.   
Menurut Muzayyin Arifin, berdasarkan pandangan ulama yang telah memberikan makna terhadap istilah fitrah manusia yang diangkat dari firman Allah dan sabda nabi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan dasar  berkembang manusia yang dianugrahkan Allah kepadanya.
Didalamnya terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia. Komponen itu terdiri atas :
a. Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak hanya terbatas pada agama islam.
b . Kemampuan dasar untuk beragama islam (ad-dinul Qayyimaah), dimana faktor iman sebagai intinya.
c  .Mawahib (bakat)  dan Qabiliyyat (tendensi dan kecenderu-ngan ) yang mengacu pada keimanan kepada allah.
Fitrah dapat dilihat dari dua segi yaitu : Pertama, segi naluri sifat pembawaan manusia atau potensi tauhid yang menjadi potensi sejak lahir. Dan yang kedua,dapat dilihat dari segi wahyu tuhan  yang diturunkan kepada Nabi-nabiNya. Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu merupakan satu hal yang tampak dalam dua sisi, ibaratnya mata uang logam yang mempunyai sisi yang sama.

C . MANUSIA USIA LANJUT DAN AGAMA
            Pada tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena adanya pertentangan antara kecenderungan untuk mengetratkan hubungan dengan kecenderungan untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaanbertukar pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain ( Rit Atkinson,1983 : 97) .
            Mereka yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 Th) memilikikecenderungan besar untuk berumah tangga ,kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan masalah-masalah agama yang sejalan denganlatar belakang kehidupannya .
            Selajutnya pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai puncak periode usia yang paling produktif. Tetapi dalam hubungannya dengan kejiwaan, maka pada usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang.
            Adapun di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.
            Adapun sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk proses seksual justru mengalami penurunan .
            Berbagai latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah
1.     Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .
2.     Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
3.     Mulai muncul pengakuan terhadap  realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
4.     Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
5.     Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan usia yang bertambah lanjut .

D. Kriteria Orang yang Matang dalam Beragama
         Kemampuan seseorang untuk mengenali atau memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan beragama. Jadi, kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.
         Dalam bukunya The Varieties Of Religious Experience William James menilai secara garis besar sikap dan prilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu:[1][4]
1.      Tipe Orang yang Sakit Jiwa (The Sick Soul)
Menurut William James,sikap keberagamaan orang yang sakit jiwa ini ditemui pada mereka yang pernah mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu. Maksudnya orang tersebut meyakini suatu agama dan melaksanakan ajaran agama tidak didasarkan atas kematangan beragama yang berkembang secara bertahap sejak usia kanak-kanak hingga menginjak usia dewasa seperti lazimnya yang terjadi pada perkembangan secara normal. Mereka meyakini suatu agama dikarenakan oleh adanya penderitaan batin antara lain mungkin diakibatkan oleh musibah, konflik batin ataupun sebab lainnya yang sulit diungkapkan secara ilmiah.
   Adapun ciri-ciri tindak keagamaan mereka yang mengalami kelainan kejiwaan itu umumnya cenderung menampilkan sikap:[2][5]
a.      Pesimis
Dalam mengamalkan ajaran agama mereka cenderung bersikap pasrah diri kepada nasib yang telah mereka terima.      
b.      Intovert
Sifat pesimis membawa mereka untuk bersikap objektif. Segala marabahaya dan penderitaan selalu dihubungkannya dengan kesalahan diri dan dosa yang telah diperbuat.
c.       Menyenagi paham yang ortodoks
Sebagai pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi pasif. Hal ini lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan yang lebih konservatif dan ortodoks.
2.      Tipe Orang yang Sehat Jiwa (Healthy-Minded-Ness)
Ciri dan sifat agama pada orang yang sehat jiwa menurut W. Starbuck yang dikemukakan oleh W. Houston Clark dalm bukunya Religion Psychology adalah:[3][6]
a.      Optimis dan gembira
Orang yang sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis. Pahala menurut pandangannya adalah sebagai hasil jerih payah yang diberikan Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk musibah dan penderitaan yang dianggap sebagai keteledoran dan kesalahan yang dibuatnya dan tidak beranggapan sebagai peringatan Tuhan terhadap dosa manusia.
b.      Ektrovet dan tak mendalam
Sikap optimis dan terbuka yang dimiliki orang yang sehat jasmani ini menyebabkan mereka mudah melupakankesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai ekses agamis tindakannya.
c.       Menyenagi ajaran ketauhidan yang liberal
Sebagai pengaruh kepribadaian yang ekstrovet maka mereka cenderung;
-     Menyenangi teologi yang luwes dan tidak kakuk
-     Menunjukkan tingkah laku keagamaan yang lebih bebas
-     Mempelopori pembelaan terhadap kepentingan agama secara social.


E . PERLAKUAN TERHADAP USIA LANJUT MENURUT ISLAM

Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian.
Menurut Lita L . Atkinson, sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut (usia 70-79 th) menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih menunjukkan aktifitas yang positif. Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam teraphi psikologi .
Kajian psikologi berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya, arah perhatian mereka mengalami perubahan yang mendasar. Bila sebelumnya perhatian diarahkan pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua ini, perhatian mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan perubahan itu, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akherat mulai menarik perhatian mereka.
Perubahan orientasi ini diantarnya disebabkan oleh pengaruh psikologis. Di satu  pihak kemampuan fisik pada usia tersebut sedah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain, memiliki khasanah pengalaman yang kaya. Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sedah tidak lagi memperoleh perhatian, Karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah. Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin .
Apabila gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi, maka  muncul gangguan kejiwaan seperti stress, putus asa, ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah diri (inferiority). Dalam kasus-kasus seperti ini, umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat. Sebab melalui ajaran pengamalan agama, manusia usia lanjut merasa memperoleh tempat bergantung. Fenomena adanya para pejabat pensiunan seperti ini sudah jamak terlihat di masyarakat akhir-akhir ini.
Sebagai dalam memberi perlakuan yang baik kepada kedua orang tua, Allah menyatakan :
Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia . (Qs 17 : 23)
















F. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa :

1.   Dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia.
2.   Salah satu fitrah manusia adalah manusia menerima Allah SWT sebagai tuhan , dengan kata lain manusia itu adalah dari asal mempunyai kecenderungan beragama , sebab agama itu sebagian dari fitrah-Nya.
3.   Keberagamaan seorang dewasa cenderung didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan batin atas dasar pertimbangan akal sehat.
4.   Manusia usia lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian .
5.   Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.


















Daftar Pustaka


http://www.popsyjurnalpsikologi.com

Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007








[1][4]Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal. 124

               
2[5]Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama,…. hal. 126
[3][6]Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal. 130

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِ...