Penulis : Rahmad
Fitriyanto
A . Pendahuluan
Manusia adalah mahluk sosial
yang eksploratif dan potensial. Dikatakan makhluk eksploratif, karena manusia memiliki
kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia
sebagai makhluk potensial karena pada
diri manusia tersimpan sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara
nyata.
Selanjutnya manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa
daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan
bantuan dari luar dirinya. Bantuan yang dimaksud antara lain dalam bentuk
bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya.Bimbingan dan pengarahan yang
diberikan dalam dalam membantu perkembangan tersebut pada hakekatnya diharapkan
sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan seagai
potensi bawaannya. Karena itu bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang
dimiliki akan berdampak negatif bagi
perkembangan manusia.
Dalam diri kita selain
mempelajari tentang perkembangan jiwa keduniaan, kita juga mempelajari jiwa
keagamaan karena kita harus melihat kebutuhan-kebutuhan manusia secara menyeluruh sebab kebutuhan manusia
yang kurang seimbang antara kebutuhan
jasmani dan kebutuhan rohani akan menyebabkan timbul ketimpangan dalam perkembangan.
Jiwa keagamaan termasuk aspek
rohani (psikis) akan sangat tergantung pada aspek fisik, dan dengan demikian
pula sebaliknya. Oleh karena itu sering dikatakan kesehatan fisik akan sangat
berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan juga ditentukan oleh
tingkat usia.
Secara garis besar periode
perkembangan itu dibagi menjadi 7 masa
yaitu :
1. Masa Pre-natal
2 . Masa Bayi
3 . Masa Kanak-kanak
4 . Masa Pre-pubertas
5 . Masa Pubertas
6 . Masa Dewasa
7 . Masa Usia Lanjut
Setiap masa perkembangan memiliki
ciri-ciri sendiri, termask jiwa keagamaan. Sehubungan dengan kebutuhan manusia
dan periode perkembangan tersebut, maka dalam kaitannya dengan perkembangan
jiwa keagamaan akan dilihat sebagaimana pengaruh timbal-balik antara keduanya. Dengan demikian perkembangan
jiwa keagamaan juga akan dilihat dari tingkat usia dewasa dan usia lanjut.
B . Kebutuhan manusia akan Agama
Selain
kebutuhan yang disebut diatas, masih banyak lagi kebutuhan manusia yang perlu diperhatikan yanitu
kebutuhan agama. Manusia disebut juga makhluk yang beragama (homo religius). Akhmad yamani
mengemukakan bahwa tatkala Allah SWT
membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penelitian, diberinya pula
rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya
sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal
inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari insan tadi untuk
mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya di
saat-saat yang gawat. insan primitif telah menemukan apa yang dicarinya pada
gejala alam itu sendiri. Secara berangsur dan silih berganti gejala-gejala alam
tadi diselaraskan dengan jalan hidupnya. Dengan demikian timbullah penyembahan
terhadap api, matahari, bulan, atau benda-benda lain dari gejala-gejala alam
tersebut.
Menurut
Robert Nuttin dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja
dalam diri manusia sebagaimana dorongan–dorongan lainnya, seperti : makan, minum,
intelek dan lain sebagainya. Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragamapun
menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusia mendapat kepuasan dan
ketenangan. Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang
tumbuhnya dari gabungan berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa
keagamaan.
Menurut
Muzayyin Arifin, berdasarkan pandangan ulama yang telah memberikan makna
terhadap istilah fitrah manusia yang diangkat dari firman Allah dan sabda nabi
di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa fitrah adalah suatu kemampuan
dasar berkembang manusia yang
dianugrahkan Allah kepadanya.
Didalamnya
terkandung berbagai komponen psikologis yang satu sama lain saling berkaitan
dan saling menyempurnakan bagi hidup manusia. Komponen itu terdiri atas :
a. Kemampuan dasar untuk beragama secara umum, tidak
hanya terbatas pada agama islam.
b . Kemampuan dasar untuk beragama islam (ad-dinul Qayyimaah), dimana faktor iman sebagai intinya.
c .Mawahib (bakat) dan Qabiliyyat (tendensi dan kecenderu-ngan )
yang mengacu pada keimanan kepada allah.
Fitrah
dapat dilihat dari dua segi yaitu : Pertama,
segi naluri sifat pembawaan manusia atau potensi tauhid yang menjadi potensi
sejak lahir. Dan yang kedua,dapat
dilihat dari segi wahyu tuhan yang
diturunkan kepada Nabi-nabiNya. Jadi potensi manusia dan agama wahyu itu
merupakan satu hal yang tampak dalam dua sisi, ibaratnya mata uang logam yang
mempunyai sisi yang sama.
C . MANUSIA USIA LANJUT DAN AGAMA
Pada
tahap kedewasaan awal terlihat krisis psikologi yang dialami oleh karena adanya
pertentangan antara kecenderungan untuk mengetratkan hubungan dengan kecenderungan
untuk mengisolasi diri. Terlihat kecenderungan untuk berbagi perasaanbertukar
pikiran dan memecahkan berbagai problema kehidupan dengan orang lain ( Rit
Atkinson,1983 : 97) .
Mereka
yang menginjak usia ini (sekitar 25-40 Th) memilikikecenderungan besar untuk
berumah tangga ,kehidupan sosial yang lebih luas serta memikirkan
masalah-masalah agama yang sejalan denganlatar belakang kehidupannya .
Selajutnya
pada tingkat kedewasaan menengah (40-65 th) manusia mencapai puncak periode
usia yang paling produktif. Tetapi dalam hubungannya dengan kejiwaan, maka pada
usia ini terjadi krisis akibat pertentangan batin antara keinginan untuk
bangkit dengan kemunduran diri. Karena itu umumnya pemikiran mereka tertuju
pada upaya untuk kepentingan keluarga, masyarakat dan generasi mendatang.
Adapun
di usia selanjutnya yaitu setelah usia di atas 65 tahun manusia akan menghadapi
sejumlah permasalahan. Permasalahan pertama adalah penurunan kemampuan fisik
hingga kekuatan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering mengalami gangguan
kesehatan yang menyebabkan mereka kehilangan semangat.
Adapun
sikap keberagamaan pada usia lanjut justru mengalami peningkatan dan untuk
proses seksual justru mengalami penurunan .
Berbagai
latar belakang yang menjadi penyebab kecenderungan sikap keagamaan pada manusia
usia lanjut ,secara garis besar ciri-ciri keberagamaan di usia lanjut adalah
1. Kehidupan keagamaan pada usia
lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan .
2. Meningkatnya kecenderungan
untuk menerima pendapat keagamaan.
3. Mulai muncul pengakuan
terhadap realitas tentang kehidupan
akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
4. Sikap keagamaan cenderung
mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat
luhur.
5. Timbul rasa takut kepada
kematian yang meningkat sejalan dengan usia yang bertambah lanjut .
D. Kriteria Orang yang Matang dalam
Beragama
Kemampuan seseorang untuk mengenali atau
memahami nilai agama yang terletak pada nilai-nilai luhurnya serta menjadikan
nilai-nilai dalam bersikap dan bertingkah laku merupakan ciri dari kematangan
beragama. Jadi, kematangan beragama terlihat dari kemampuan seseorang untuk
memahami, menghayati serta serta mengaplikasikan nilai-nilai luhur agama yang
dianutnya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
bukunya The Varieties Of Religious Experience William James menilai
secara garis besar sikap dan prilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi
dua tipe, yaitu:[1][4]
1. Tipe Orang yang Sakit Jiwa (The Sick Soul)
Menurut William James,sikap
keberagamaan orang yang sakit jiwa ini ditemui pada mereka yang pernah
mengalami latar belakang kehidupan keagamaan yang terganggu. Maksudnya orang
tersebut meyakini suatu agama dan melaksanakan ajaran agama tidak didasarkan
atas kematangan beragama yang berkembang secara bertahap sejak usia kanak-kanak
hingga menginjak usia dewasa seperti lazimnya yang terjadi pada perkembangan
secara normal. Mereka meyakini suatu agama dikarenakan oleh adanya penderitaan
batin antara lain mungkin diakibatkan oleh musibah, konflik batin ataupun sebab
lainnya yang sulit diungkapkan secara ilmiah.
Adapun ciri-ciri tindak keagamaan mereka yang
mengalami kelainan kejiwaan itu umumnya cenderung menampilkan sikap:[2][5]
a. Pesimis
Dalam
mengamalkan ajaran agama mereka cenderung bersikap pasrah diri kepada nasib
yang telah mereka terima.
b. Intovert
Sifat pesimis membawa mereka
untuk bersikap objektif. Segala marabahaya dan penderitaan selalu
dihubungkannya dengan kesalahan diri dan dosa yang telah diperbuat.
c.
Menyenagi paham yang
ortodoks
Sebagai
pengaruh sifat pesimis dan introvert kehidupan jiwanya menjadi pasif. Hal ini
lebih mendorong mereka untuk menyenangi paham keagamaan yang lebih konservatif
dan ortodoks.
2. Tipe Orang yang Sehat Jiwa (Healthy-Minded-Ness)
Ciri dan sifat
agama pada orang yang sehat jiwa menurut W. Starbuck yang dikemukakan oleh W.
Houston Clark dalm bukunya Religion Psychology adalah:[3][6]
a. Optimis dan gembira
Orang yang
sehat jiwa menghayati segala bentuk ajaran agama dengan perasaan optimis.
Pahala menurut pandangannya adalah sebagai hasil jerih payah yang diberikan
Tuhan. Sebaliknya, segala bentuk musibah dan penderitaan yang dianggap sebagai
keteledoran dan kesalahan yang dibuatnya dan tidak beranggapan sebagai
peringatan Tuhan terhadap dosa manusia.
b. Ektrovet dan tak mendalam
Sikap optimis dan terbuka yang
dimiliki orang yang sehat jasmani ini menyebabkan mereka mudah
melupakankesan-kesan buruk dan luka hati yang tergores sebagai ekses agamis
tindakannya.
c. Menyenagi ajaran ketauhidan yang liberal
Sebagai
pengaruh kepribadaian yang ekstrovet maka mereka cenderung;
- Menyenangi
teologi yang luwes dan tidak kakuk
- Menunjukkan
tingkah laku keagamaan yang lebih bebas
- Mempelopori
pembelaan terhadap kepentingan agama secara social.
E . PERLAKUAN TERHADAP USIA LANJUT MENURUT ISLAM
Manusia usia
lanjut dalam penelitian banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif
lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah
uzur ini berbagai macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka. Dengan
demikian di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka
berada pada sisa umur menunggu datangnya kematian.
Menurut Lita L .
Atkinson, sebagian besar orang-orang yang berusia lanjut (usia 70-79 th)
menyatakan tidak merasa dalam keterasingan dan masih menunjukkan aktifitas yang
positif. Tetapi perasaan itu muncul setelah mereka memperoleh bimbingan semacam
teraphi psikologi .
Kajian psikologi
berhasil mengungkapkan bahwa di usia melewati setengah baya, arah perhatian
mereka mengalami perubahan yang mendasar. Bila sebelumnya perhatian diarahkan
pada kenikmatan materi dan duniawi, maka pada peralihan ke usia tua ini, perhatian
mereka lebih tertuju kepada upaya menemukan ketenangan batin. Sejalan dengan
perubahan itu, maka masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan akherat
mulai menarik perhatian mereka.
Perubahan
orientasi ini diantarnya disebabkan oleh pengaruh psikologis. Di satu pihak kemampuan fisik pada usia tersebut
sedah mengalami penurunan. Sebaliknya di pihak lain, memiliki khasanah
pengalaman yang kaya. Kejayaan mereka di masa lalu yang pernah diperoleh sedah tidak
lagi memperoleh perhatian, Karena secara fisik mereka dinilai sudah lemah.
Kesenjangan ini menimbulkan gejolak dan kegelisahan-kegelisahan batin .
Apabila
gejolak-gejolak batin tidak dapat di bendung lagi, maka muncul gangguan kejiwaan seperti stress,
putus asa, ataupun pengasingan diri dari pergaulan sebagai wujud rasa rendah
diri (inferiority). Dalam kasus-kasus
seperti ini, umumnya agama dapat difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat.
Sebab melalui ajaran pengamalan agama, manusia usia lanjut merasa memperoleh
tempat bergantung. Fenomena adanya para pejabat pensiunan seperti ini sudah
jamak terlihat di masyarakat akhir-akhir ini.
Sebagai dalam
memberi perlakuan yang baik kepada kedua orang tua, Allah menyatakan :
Jika salah seorang di antara keduanya atau keduanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka jangan sekali-kali kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia . (Qs 17 : 23)
F. PENUTUP
KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat di
simpulkan bahwa :
1. Dorongan beragama merupakan salah
satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia.
2. Salah satu fitrah manusia adalah
manusia menerima Allah SWT sebagai tuhan , dengan kata lain manusia itu adalah
dari asal mempunyai kecenderungan beragama , sebab agama itu sebagian dari
fitrah-Nya.
3. Keberagamaan seorang dewasa cenderung
didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan
batin atas dasar pertimbangan akal sehat.
4. Manusia usia lanjut dalam penelitian
banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi. Kondisi fisik
rata-rata sudah menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai
macam penyakit sudah siap untuk menggerogoti mereka. Dengan demikian di usia
lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka berada pada sisa
umur menunggu datangnya kematian .
5. Kehidupan keagamaan pada usia lanjut
sudah mencapai tingkat kemantapan.
Daftar Pustaka
http://www.popsyjurnalpsikologi.com
Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
No comments:
Post a Comment