Saturday, October 10, 2015

PERKEMBANGAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Penulis: Rahmad Fitriyanto

BAB I
PENDAHULUAN
            Banyak ayat Al-Qur’an dan Hadis-hadis Nabi yang mengisyaratkan tentang bagaimana perkembangan manusia. Hal ini bisa dibiktikan bahwa dalam kandungan ayat-ayat Al-quran dan Hadis-hdia Nabi yang terdapat isyarat-isyarat yang mengindikasikan faktor genetika dan herediter. Alquran juga memuat keterangan tentang proses perkembangan manusia dalam rahim seorang Ibu yang sedemikian rinci dan akurat sekalipun harus dibandingkan dengan penemuan ilmu pengetahuan saat ini, padahal teknologi ultrasonografi yang mampu merekam kehidupan janin dalam rahim seorang Ibu ketika itu beleum ditemukan. Selain itu, Alquran dan Hadis Nabi
banyak membahas periode sensitif atau kritis dalam perkembangan manusia, dari masa prakelahiaran hingga usia lanjut. Tidak mengherankan bila kemudian, Nabi Muhammad sang penerima wahyu, yang dikenal sering bercengkrama dengan anak-anak, diyakini sebagai seorang yang sangat menaruh perhatian istimewa kepada perkembangan anan-anak, baik dari segi intelektual, moral maupun emosional.   
            Elemen terpenting yang membedakan pendekata islam dengan pendekatan barat adalh Fakta adanya ketentuan Allah (God’s Will). Dalam pendekatan psikologi perkembangan Islam, ketentuan Allah merupakan faktor inti dan paling berpengaruh dalam perkembangan manusia.
            Dalam pembukaan Alquran, surat Al-Fatihah, Allah merupakan tuhan dan pengatur seluruh alam semesta:
            Segala puji bagi Allah, Tuhan (rabb) semesta alam. (QS Al-Fatihah [1]:2)
Dengan demikian, Allah adalah pencipta alam semesta dan dia juga menjaga dan memeliharanya. Implikasinya adalah segala sesuatu bersumber kepadaNya (baik terlihat atau tidak, diketahui atau tidak) dan segala sesuatu bergantung kepadanya dalam hal pemenuhan kebutuhan, pertumbuhan dan perkembangan. Interpretasi ini juga tercantum dalam Al-quran ayat berikut ini:
Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (QS Al-zumar [39]:62)
            Dengan demikian dalam makalah ini akan kami bahas, Allah sebagai faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PRINSIP  DASAR PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ISLAMI
            Salisu Shehu (1999)[1] menyusun prinsip dasar psikologi perkembangan dari perspektif Islam yang terdiri dari kehidupan manusia (pertumbuhan dan perkembangan) merupakan proses gradual, memilki pola tertentu, merupakan proses komulatif dan simultan, melampaui keberadaan fenomenal duniawi, dan melawati periode kritis dan sensitif tertentu.
1.    Kehidupan Manusia (pertumbuhan & perkembangan) Merupakan Proses yang bertahap dan Berangsur-ansur.
Hal ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami dari Al-quran, ketika menyatakan bahwa Allah adalah maha Pencipta, Maha Penjaga dan Maha Pemelihara segala sesuatu, Alquran juga mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia dari berbagai tahap progesif pertumbuhan dan perkembangan. Dengan kata lain, kehidupan manusia memilki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang termasuk tahapan dari pembuahan sampai kematian. Tahapan yang terjadi yang dilewati manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya bukan terjadi karna faktor peluang atau kebetulan, namun ini merupakan sesuatu yang telah dirancang, banyak ayat Alquran yang menyatakan hal ini. Salah satu contohnya sebagai berikut:
.......dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan segalanya dengan ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya. (QS Al- Furqan [25]:2)     
Hal ini dengan jelas menyatakan bahwa kehidupan dari segala sesuatu telah ditentukan dengan cara demikian rupa sehingga setiap aspek secara proporsional telengkapi. Dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia, segala tahap yang dikemukakan di atas telah ditentukan sesuai ukurannya dan semua manusia harus melewati semua tahapan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi serta merta dalam satu waktu, namun melalui tahapan yang telah ditentukan ukurannya yang membuatnya berjalan dalam proses yang berangsur-angsur atau gradual.
Ayat berikut ini dengan jelas menyatakan bahaw manusia diciptakan dan ditentukan untuk perkembangan dalam tahapan.
Mengapa kamu tidak percaya dengan kebesaran Allah? Padahal Dia sesunggunya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (QS Nuh [7]:13-14) 
Ibn Katsir melaporkan bahwa Abdullah Ibn Abbas dan lain-lain menerjemahkan ayat ini dalam pengertian bahwa manusia diciptakan dari nutfah (tetesan), kemudian dirubah menjadi alaqah (segumpal darah), kemudian menjadi Mudhgah (segumpal daging), dan seterusnya. Dalam Alquran dinyatakan: 
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat dalam kehidupan. (QS Al-Insyqaq [84]:19)
Ibn Katsir juga menyatakan bahwa ‘Ikrimah (salah satu murid Ibn Abbas) menerjemahkan ayat ini dala pengertian bahwa manusia tumbuh dari satu keadaan ke keadaan lain sedemikian rupa, menjadi kanan-kanak sperti bayi, menjadi tua setelah muda dan kuat.
            Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan tertentu. Tahapan ini secara khusus dinyatakan dalam berbagai ayat Alquran yang lain dengan cara yang lebih rinci. Selain itu, Nabi muhammad SaW. Juga menyatakan tahapan ini lebih lanjut dalam beberapa Hadis. Jika dianalisis, Alquran dan hadis secara  umum membagi kehidupan manusia (pertumbuhan dan perkembangan) di dunia menjadi dua katagori beasr, Prakelahiran dan Pascakelahiran. Masing-masing tahapan ini juga dapat dibagi atas berbagai bagian lagi dengan istilah dan periode yang berbeda-beda. 
Dialah yang membentuk kami dalam rahim sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Tak ada tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana. (QS Ali Imran [3]:6)        
Alquran menyatakan, sebagaimana petikan QS Al-Hajj [22]:5 di atas, bahwa periode pra kelahiaran telah ditentukan (biasanya 9 bulan dalam keadaan normal seperti yang dinyatakan dalam hadis lainnya). Namun Alquran juga menyebutkan bahwa ada kasus-kasus pengucualian dimana periode kelahiaran dihentikan, sebelum atau setelah waktu yang normal.
            Untuk pertumbuhan dan perkembangan setelah kelahiran, Alquran tidak menyatakan dengan pasti tentang kehidupan yang dapat diterapkan pada senua individu, karena hal tersebut berbeda antarindividu. Sehubungan hal ini alquran menyatakan:
....Kemudian (dengan berangsur-angsur) kami sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun...... (QS Al-Hajj [22]:5)     
Namun, jika periode pascakelahiran diamati secara umum, ulam islam membaginya atas empat tahapan besar, yang masing-masing dibagi lagi dalam tahapan yang lebih kecil.
Dalam komentarnya tentang ayat-ayat ini, Gummi (1922-1992) mengatakan sebagai barikut:Beberapa ilmuwan Muslim mengatakan bahwa kehidupan manusia (setelah lahir) dapat dibagi menjadi empat tahapan besar.
v  0-33 Pertumbuhan dan perkembangan (Akhir masa muda & memiliki kematangn penuh dari fisik dan intelektual).
v   33-40 Tahap menetap.
v  40-60 Manusia mulai menurun dari segi fisik dan mental.
v  60 Tahap akhir (usia lanjut)[2]
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia Memiliki Pola Tertentu
            Menurut Alquran, pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki pola umum yang dapat diterapkan pada manusia, meskipun terdapat perbedaan individual. Pola yang terjadi adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang  lemah menuju keadaan yang kuat dan kemudian kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan, sesuai dengan hukum alam, ada kenaikan dan penurunan. Ketika seseorang beangsur-angsur mencapai puncak perkembangannya, baik fisik maupun kognitif, dia mulai menurun berangsur-angsur.
Dalam ayat-ayat lainnya dinyatakan dengan jelas pola keadaan lemah merupakan karakter pertama dari seluruh awal kehidupan manusia, dan kemudian menguat dalam perkembangan selanjutnya. Misalnya: dalam surat al-Ahqaf [46]:15.
Dari ayat tersebut deduksi analogik yang dapat dibuat dari ayat tersebut adalah masing-masing kehidupan manusia dimulai dengan keadaan lemah, berangsur-angsur mencapai puncak kekuatan, dan kemudian berangsur-angsur menurun, seperti yang terkangdung pada ayat sebelumnya. Penurun merupakan dimensi kedua dari keadaan lemah yang menandai kehidupan manusia pada akhir kehidupannya. Hal ini juga dinyatakan dalam ayat tersebut dan ayat-ayat lain sebelumnya. Pola ini terlihat berlaku umum pada semua manusia sehari-sehari.    
3. Perkembangan manusia Adalah proses kumulatif & Simultan
            Alquran juga mengajarkan bahwa perkembangan manusia merupakan proses simultan dari aspek-aspek yang berhubungan. Hal ini berarti, segala aspek perkembangan fisik mental, sosial, emosional, dan moral tidak dapat dipisah satu sama lain. Hal ini berarti bahwa satu aspek dari perkembangan tidak dapat menunggu satu aspek lainnya berkembang penuh, ketika memulai perkembangannya. Perkembangan fisik dan mental dari seseorang, misalnya, terjadi bersama-sama dengan perkembangan sosial, emosional, dan moral. Pada setiap tahap, segala aspek ini tumbuh dan mencapai kematangan secara proporsional dan berurutan, yang terjadi gejala alamiah yang simultan. Banyak ayat yang menyatakan perkembangan berkaitan pada aspek-aspeknya, baik secara eksplisit maupun implisit. Namun, aspek fisik dan kognitif merupakan aspek yang secara ekplisit dinyatakan berhubungan satu sama lainnya dalam berbagai ayat Alquran. Hal ini terlihat jelas pada berbagai kutipan ayat yang akan dibahas berikut ini.
            Ayat Alquran yang menggabarkan tahapan-tahapan besar perkembangan manusia, tidak hanya menyebutkan perkembangan fisik namun juga perkembangan mental.[3] Hal yang sama terlihat dalam ayat Alquran yang menyatakan kedewasaan sebagai”pencapaian kekuatan penuh” dalam perkembangan dan pertumbuhan. Tidak dapat diragukan lagi, kekutan yang penuh dicapai tidak terbatas pada kekuatan fisik, namun juga segala aspek lain dalam perkembangan.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia: Melampaui Keberadaaan Fenomena  dunia.     
            Jika teori-teori dalam psikologi modern hanya mencakup kehidupan duniawi yang sementara, Alquran memproyeksikan kehidupan manusia di atas kehidupan ini. Alquran mengkaji kehidupan saat ini sebagai dasar kehidupan lain yang lebih permanen dan kekal. Manusia akan mengalami transformasi kepada bentuk kehidupan lain yang pertumbuhan dan perkembangnnya yang bersifat transendental dan lebih tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan ini, bagaimanapun, dapat berakhir dengan kenikmatan  atau penyiksaan. Hail inilah yang menjadi alasan mengapa berbagai ayat alquran yang menyatakan tahapan-tahapan perkembangan dikaitkan langsung dengan kahidupan  setelah mati. Tentunya hal ini merupakan kelanjutan hidup dalam bentuk lain. Misalnya, dalam surat Al-mukminun yang menyatakan tahapan duniawi perkembangan manusia.
Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia itu dari saripati dari tanah (sulalatin `min tin). Kemudian kami jadikan saripati tanah itu menjadi tetesan (nutfah) yang tersimpan ditempat yang aman dan kokoh. Kemudian tetsan (nutfah) itu kami olah menjadi segumpal darah (Alaqah), dan segumpal darah itu  kami olah menjadi segumpal daging (mudghoh). Lalu segumpal daging itu kami olah menjadi tulang belulang (idham). Selanjutnya tulang belulang itu kami bungkus dengan daging (lhm). Selanjutnya kami jadikan mahkluk yang berbentuk lain dari yang sebelumnya. Maha Suci Allah pencipta yang paling baik. Kemudian sesungguhnya sesudah itu kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. (QS Al Mu’minun [23]12-16)   
5. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia: Melewati Perode Kritis dan sensitif tertentu
            Jika beberapa ayat dan hadis Nabi dipelajari lebih seksama, akan terbukti bahwa islam memiliki perhatian besar tentang periode dan fase perkembangan manusia. Periode dan fase formatif secara esensial sangat penting, karena meletakkan dasar dari perkembangan selanjutnya, yang dalam hal ini, seluruh periode kelahiran, bayi, anak-anak, remaja dianggap sensitif.     
            Disamping berbagai masalah yang merupaka karekteristik masa remaja alasan lain mengapa periode ini merupakan periode kritis dan sensitif dalam perkembangan individual masa ini merupakan masa transisi yang menandai awal dari tanggung jawab legal (taklif). Sejak saat individu mencapai puberitas, ia harus mulai menanggung segala amalannya.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM     
1. Pengaruh Hereditas dalam Perkembangan  
                Ibn Alqoyyim menjelaskan hadis memperingat bahwa penentuan jenis kelamin ini (dan segala sesuatu yang terjadi dengannya) tidak dapat dipahami sebagai hal yang semata-semata ditentukan oleh alam. Karena hal tersebut merupakan urusan yang sepenuhnya tergantung pada kehendak Allah dengan demikian, herediter dapat mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang dalam batasan tertentu.
2. Pengruh lingkungan dalam Perkembangan
            Di dalam hadis dimana Rasulullah Saw. Mengatakan bagaimana oarang tua mempengaruhi agama, moral dan psikologo umu dari sosialisi dan perkembangan anak-anak mereka  hadis ini merupakan bukti tekstual yang terkenal dari pengaruh lingkingan terhadap seseorang hadi ini berbunyi:” tiap bayi dalam keadaan fitrah (suci membawa disposisi islam) orang tuanyalah yang membuat ia yahudi, nasrani atau majusi. Seperti binatang yang lahir, sempurna, adakah engkau melihat mereka terluka pada saat lahir? “ (HR Bukhori).
            Dalam hadis lain, Nabi Muhammad Saw. Menunjukkan bagaimana teman dapat mempengaruhi seluruh prilaku, karekter dan perbuatan sesorang. “(HR Bukhori) 
3. Pengaruh ketentuan Allah dan Perkembangan
            Contoh yang paling mencolok adalah riwayat Nabi Sia As Ibn Maryam. Allah membuatnya dapat berbicara dalam buaiannya. Sebagaimana kita ketahui, perkembangan bahasa merupakan bagian integral, dari perkembangan kognitif. Dalam situasi normal, anak mulai berbicara pada usia 3 tahun sepatah dua patah kata, dan sejalan dengan itu mereka mulai mengembangkan perbendaharaan bahasa. Kenyataan nabi Isa dapat berbicara pada masa buaian menunjukkan kekuatan Allah dan hal tersebut lebih merupakan manifstasi dari kebijakan tuhan, kekuatannya yang tidak terbatas, kehendaknya dan kemampuannya untuk melakukan segala sesuatu.
C. MANUSIA ADALAH SEBAGAI KHALIFAH ALLAH
            Isalm mengajarkan  bahwa manusia adalah khalifah Allah dimuka bumi. Manusia pada dasarnya diciptakn Allah sebagai suci dan beriman. Manusia diciptakan dengan membawa citra ketuhanan didalam dirinya, yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah.
D. PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN MENURUT AL-QU”AN
                Perbedaan individual merupakan kehendak Allah dan ditentukan melalui pembawaan hereditas dan pengaruh lingkungan. Alquran menytakan bahwa Allah menciptakan dan membentuk setiap manusia dalam rahim ibunya dengan cara dan bentuk yang berbeda dan unik seperti yang dinginkan-Nya.
            Dengan melihat hal ini, orang akan melihat bahwa perbedaan individual merupakan hal yang sangat diperhatikan bahkan dalam berbagai perintah dan larangan Alquran untuk mentaati Allah dan juga keringanan dalam memenuhi kewajiban terhadap-Nya. Contoh tripikal dari ayat ini adalah perintah untuk memenuhi peraturan Allah, semampu mungkin, baik secara individu maupun kolektif.

BAB III
PENUTUP
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
v  Dalam pendekatan psikologi perkembangan islami ketentuan Allah merupakan faktor inti dan paling berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor ini melengkapi paradigma herediter dan lingkungan (nature-nurture) yang sering dibahas sebgai faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan manusia.
v  Kehendak allah berda diatas kebebasan manusia yang dianugrahkan kepadanya sebagai khalifah dimuka bumi. Tanpa menyertakan pemahamn tentang katentuan Allah, seseorang tidak dapat memperoleh pemahaman yang lengkap tentang manusia dan perkembangannya.
v  Perbedaan individual merupakan hal yang sangat diperhatikan bahkan dalam berbagai perintah dan larangan Alquran untuk mentaati Allah dan juga keringanan dalam memenuhi kewajiban terhadap-Nya. Contoh tripikal dari ayat ini adalah perintah untuk memenuhi peraturan Allah, semampu mungkin, baik secara individu maupun kolektif.
  
Daftar Pustaka
Aliah B. Puwakania Hasan. Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Abdul Wahid. Islam Cara Hidup Alamiah. Yogyakarta: Penerbit Lazuardi. 2001


[1] Ssalisu Shehu. 1999. Towards an Islamic perspective of Depelopmental Psykologi. Islam Online.
[2]Abubakar mahmoud Gummi, Rad al-Adhhan ila-Ma’an (a commentary of the Qur’an) (Berikut: Dar al-         Arabiyyah,1982).
[3] Dinyatakan oleh bukhori dalam otoritas Abdullah bin Ma’ud tentang asal usul penciptaan makhluk hidup, dalam  bab tentang Makna Malaikat,”vol. 41, hadits No.549.

1 comment:

  1. tidak mungkin semua manusia lahir dari adam dan hawa.tidak mungkin berlaku sumbang mahram(pernikahan sedarah).tuhan maha berkuasa.mudah bagi tuhan untuk menciptakan manusia bukan cara yang diketahui umum

    ReplyDelete

Post Terbaru

  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِ...