Penulis: Rahmad Fitriyanto
BAB I
PENDAHULUAN
Banyak ayat Al-Qur’an dan
Hadis-hadis Nabi yang mengisyaratkan tentang bagaimana perkembangan manusia.
Hal ini bisa dibiktikan bahwa dalam kandungan ayat-ayat Al-quran dan Hadis-hdia
Nabi yang terdapat isyarat-isyarat yang mengindikasikan faktor genetika dan
herediter. Alquran juga memuat keterangan tentang proses perkembangan manusia
dalam rahim seorang Ibu yang sedemikian rinci dan akurat sekalipun harus
dibandingkan dengan penemuan ilmu pengetahuan saat ini, padahal teknologi
ultrasonografi yang mampu merekam kehidupan janin dalam rahim seorang Ibu
ketika itu beleum ditemukan. Selain itu, Alquran dan Hadis Nabi
banyak membahas
periode sensitif atau kritis dalam perkembangan manusia, dari masa
prakelahiaran hingga usia lanjut. Tidak mengherankan bila kemudian, Nabi
Muhammad sang penerima wahyu, yang dikenal sering bercengkrama dengan
anak-anak, diyakini sebagai seorang yang sangat menaruh perhatian istimewa
kepada perkembangan anan-anak, baik dari segi intelektual, moral maupun
emosional.
Elemen terpenting yang membedakan
pendekata islam dengan pendekatan barat adalh Fakta adanya ketentuan Allah (God’s Will). Dalam pendekatan psikologi
perkembangan Islam, ketentuan Allah merupakan faktor inti dan paling
berpengaruh dalam perkembangan manusia.
Dalam pembukaan Alquran, surat
Al-Fatihah, Allah merupakan tuhan dan pengatur seluruh alam semesta:
Segala puji bagi Allah, Tuhan
(rabb) semesta alam. (QS Al-Fatihah
[1]:2)
Dengan
demikian, Allah adalah pencipta alam semesta dan dia juga menjaga dan
memeliharanya. Implikasinya adalah segala sesuatu bersumber kepadaNya (baik
terlihat atau tidak, diketahui atau tidak) dan segala sesuatu bergantung
kepadanya dalam hal pemenuhan kebutuhan, pertumbuhan dan perkembangan.
Interpretasi ini juga tercantum dalam Al-quran ayat berikut ini:
Allah
menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu. (QS Al-zumar
[39]:62)
Dengan demikian dalam makalah ini
akan kami bahas, Allah sebagai faktor dominan yang mempengaruhi perkembangan
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PRINSIP
DASAR PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ISLAMI
Salisu Shehu (1999)[1]
menyusun prinsip dasar psikologi perkembangan dari perspektif Islam yang
terdiri dari kehidupan manusia (pertumbuhan dan perkembangan) merupakan proses
gradual, memilki pola tertentu, merupakan proses komulatif dan simultan,
melampaui keberadaan fenomenal duniawi, dan melawati periode kritis dan
sensitif tertentu.
1.
Kehidupan Manusia (pertumbuhan & perkembangan)
Merupakan Proses yang bertahap dan Berangsur-ansur.
Hal
ini merupakan prinsip pertama dari perkembangan yang dapat dipahami dari
Al-quran, ketika menyatakan bahwa Allah adalah maha Pencipta, Maha Penjaga dan
Maha Pemelihara segala sesuatu, Alquran juga mengatakan bahwa Allah menciptakan
manusia dari berbagai tahap progesif pertumbuhan dan perkembangan. Dengan kata
lain, kehidupan manusia memilki pola dalam tahapan-tahapan tertentu yang
termasuk tahapan dari pembuahan sampai kematian. Tahapan yang terjadi yang
dilewati manusia dalam pertumbuhan dan perkembangannya bukan terjadi karna
faktor peluang atau kebetulan, namun ini merupakan sesuatu yang telah dirancang,
banyak ayat Alquran yang menyatakan hal ini. Salah satu contohnya sebagai
berikut:
.......dan dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan segalanya dengan
ukuran-ukuran dengan serapi-rapinya. (QS Al- Furqan
[25]:2)
Hal
ini dengan jelas menyatakan bahwa kehidupan dari segala sesuatu telah
ditentukan dengan cara demikian rupa sehingga setiap aspek secara proporsional
telengkapi. Dalam pertumbuhan dan perkembangan manusia, segala tahap yang
dikemukakan di atas telah ditentukan sesuai ukurannya dan semua manusia harus
melewati semua tahapan tersebut. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi
serta merta dalam satu waktu, namun melalui tahapan yang telah ditentukan
ukurannya yang membuatnya berjalan dalam proses yang berangsur-angsur atau gradual.
Ayat
berikut ini dengan jelas menyatakan bahaw manusia diciptakan dan ditentukan
untuk perkembangan dalam tahapan.
Mengapa kamu tidak
percaya dengan kebesaran Allah? Padahal Dia sesunggunya telah menciptakan kamu
dalam beberapa tingkatan kejadian. (QS Nuh
[7]:13-14)
Ibn
Katsir melaporkan bahwa Abdullah Ibn Abbas dan lain-lain menerjemahkan ayat ini
dalam pengertian bahwa manusia diciptakan dari nutfah (tetesan), kemudian dirubah menjadi alaqah (segumpal darah), kemudian menjadi Mudhgah (segumpal daging), dan seterusnya. Dalam Alquran
dinyatakan:
Sesungguhnya kamu
melalui tingkat demi tingkat dalam kehidupan.
(QS Al-Insyqaq [84]:19)
Ibn
Katsir juga menyatakan bahwa ‘Ikrimah (salah satu murid Ibn Abbas)
menerjemahkan ayat ini dala pengertian bahwa manusia tumbuh dari satu keadaan
ke keadaan lain sedemikian rupa, menjadi kanan-kanak sperti bayi, menjadi tua
setelah muda dan kuat.
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa
manusia tumbuh dan berkembang mengikuti tahapan tertentu. Tahapan ini secara
khusus dinyatakan dalam berbagai ayat Alquran yang lain dengan cara yang lebih
rinci. Selain itu, Nabi muhammad SaW. Juga menyatakan tahapan ini lebih lanjut
dalam beberapa Hadis. Jika dianalisis, Alquran dan hadis secara umum membagi kehidupan manusia (pertumbuhan
dan perkembangan) di dunia menjadi dua katagori beasr, Prakelahiran dan Pascakelahiran.
Masing-masing tahapan ini juga dapat dibagi atas berbagai bagian lagi dengan istilah
dan periode yang berbeda-beda.
Dialah yang membentuk
kami dalam rahim sebagaimana yang dikehendaki-Nya. Tak ada tuhan selain Dia,
Yang Maha Perkasa Lagi Maha Bijaksana.
(QS Ali Imran [3]:6)
Alquran
menyatakan, sebagaimana petikan QS Al-Hajj [22]:5 di atas, bahwa periode pra
kelahiaran telah ditentukan (biasanya 9 bulan dalam keadaan normal seperti yang
dinyatakan dalam hadis lainnya). Namun Alquran juga menyebutkan bahwa ada
kasus-kasus pengucualian dimana periode kelahiaran dihentikan, sebelum atau
setelah waktu yang normal.
Untuk pertumbuhan dan perkembangan
setelah kelahiran, Alquran tidak menyatakan dengan pasti tentang kehidupan yang
dapat diterapkan pada senua individu, karena hal tersebut berbeda
antarindividu. Sehubungan hal ini alquran menyatakan:
....Kemudian (dengan
berangsur-angsur) kami sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang
diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai
pikun...... (QS Al-Hajj [22]:5)
Namun,
jika periode pascakelahiran diamati secara umum, ulam islam membaginya atas
empat tahapan besar, yang masing-masing dibagi lagi dalam tahapan yang lebih
kecil.
Dalam
komentarnya tentang ayat-ayat ini, Gummi (1922-1992) mengatakan sebagai
barikut:Beberapa ilmuwan Muslim mengatakan bahwa kehidupan manusia (setelah
lahir) dapat dibagi menjadi empat tahapan besar.
v 0-33 Pertumbuhan dan perkembangan (Akhir
masa muda & memiliki kematangn penuh dari fisik dan intelektual).
v 33-40
Tahap menetap.
v 40-60 Manusia mulai menurun dari segi
fisik dan mental.
v 60 Tahap akhir (usia lanjut)[2]
2. Pertumbuhan dan Perkembangan
Manusia Memiliki Pola Tertentu
Menurut Alquran, pertumbuhan dan perkembangan manusia memiliki pola umum
yang dapat diterapkan pada manusia, meskipun terdapat perbedaan individual.
Pola yang terjadi adalah bahwa setiap individu tumbuh dari keadaan yang lemah menuju keadaan yang kuat dan kemudian
kembali melemah. Dengan kata lain, pertumbuhan dan perkembangan, sesuai dengan
hukum alam, ada kenaikan dan penurunan. Ketika seseorang beangsur-angsur
mencapai puncak perkembangannya, baik fisik maupun kognitif, dia mulai menurun
berangsur-angsur.
Dalam ayat-ayat lainnya dinyatakan dengan jelas pola
keadaan lemah merupakan karakter pertama dari seluruh awal kehidupan manusia,
dan kemudian menguat dalam perkembangan selanjutnya. Misalnya: dalam surat
al-Ahqaf [46]:15.
Dari ayat tersebut deduksi analogik yang dapat
dibuat dari ayat tersebut adalah masing-masing kehidupan manusia dimulai dengan
keadaan lemah, berangsur-angsur mencapai puncak kekuatan, dan kemudian
berangsur-angsur menurun, seperti yang terkangdung pada ayat sebelumnya.
Penurun merupakan dimensi kedua dari keadaan lemah yang menandai kehidupan
manusia pada akhir kehidupannya. Hal ini juga dinyatakan dalam ayat tersebut
dan ayat-ayat lain sebelumnya. Pola ini terlihat berlaku umum pada semua
manusia sehari-sehari.
3. Perkembangan manusia
Adalah proses kumulatif & Simultan
Alquran juga mengajarkan bahwa perkembangan manusia merupakan proses
simultan dari aspek-aspek yang berhubungan. Hal ini berarti, segala aspek
perkembangan fisik mental, sosial, emosional, dan moral tidak dapat dipisah
satu sama lain. Hal ini berarti bahwa satu aspek dari perkembangan tidak dapat
menunggu satu aspek lainnya berkembang penuh, ketika memulai perkembangannya.
Perkembangan fisik dan mental dari seseorang, misalnya, terjadi bersama-sama
dengan perkembangan sosial, emosional, dan moral. Pada setiap tahap, segala
aspek ini tumbuh dan mencapai kematangan secara proporsional dan berurutan,
yang terjadi gejala alamiah yang simultan. Banyak ayat yang menyatakan
perkembangan berkaitan pada aspek-aspeknya, baik secara eksplisit maupun
implisit. Namun, aspek fisik dan kognitif merupakan aspek yang secara ekplisit
dinyatakan berhubungan satu sama lainnya dalam berbagai ayat Alquran. Hal ini
terlihat jelas pada berbagai kutipan ayat yang akan dibahas berikut ini.
Ayat
Alquran yang menggabarkan tahapan-tahapan besar perkembangan manusia, tidak
hanya menyebutkan perkembangan fisik namun juga perkembangan mental.[3] Hal
yang sama terlihat dalam ayat Alquran yang menyatakan kedewasaan
sebagai”pencapaian kekuatan penuh” dalam perkembangan dan pertumbuhan. Tidak
dapat diragukan lagi, kekutan yang penuh dicapai tidak terbatas pada kekuatan
fisik, namun juga segala aspek lain dalam perkembangan.
4.
Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia: Melampaui Keberadaaan Fenomena dunia.
Jika
teori-teori dalam psikologi modern hanya mencakup kehidupan duniawi yang
sementara, Alquran memproyeksikan kehidupan manusia di atas kehidupan ini. Alquran mengkaji kehidupan saat ini sebagai dasar
kehidupan lain yang lebih permanen dan kekal. Manusia akan mengalami
transformasi kepada bentuk kehidupan lain yang pertumbuhan dan perkembangnnya
yang bersifat transendental dan lebih tinggi. Pertumbuhan dan perkembangan ini,
bagaimanapun, dapat berakhir dengan kenikmatan
atau penyiksaan. Hail inilah yang menjadi alasan mengapa berbagai ayat
alquran yang menyatakan tahapan-tahapan perkembangan dikaitkan langsung dengan
kahidupan setelah mati. Tentunya hal ini
merupakan kelanjutan hidup dalam bentuk lain. Misalnya, dalam surat Al-mukminun
yang menyatakan tahapan duniawi perkembangan manusia.
Sesungguhnya kami telah
menciptakan manusia itu dari saripati dari tanah (sulalatin `min tin). Kemudian
kami jadikan saripati tanah itu menjadi tetesan (nutfah) yang tersimpan
ditempat yang aman dan kokoh. Kemudian tetsan (nutfah) itu kami olah menjadi
segumpal darah (Alaqah), dan segumpal darah itu
kami olah menjadi segumpal daging (mudghoh). Lalu segumpal daging itu
kami olah menjadi tulang belulang (idham). Selanjutnya tulang belulang itu kami
bungkus dengan daging (lhm). Selanjutnya kami jadikan mahkluk yang berbentuk
lain dari yang sebelumnya. Maha Suci Allah pencipta yang paling baik. Kemudian
sesungguhnya sesudah itu kamu sekalian benar-benar akan mati. Kemudian
sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. (QS Al Mu’minun [23]12-16)
5.
Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia: Melewati Perode Kritis dan sensitif
tertentu
Jika beberapa ayat dan hadis Nabi dipelajari lebih seksama, akan terbukti
bahwa islam memiliki perhatian besar tentang periode dan fase perkembangan
manusia. Periode dan fase formatif secara esensial sangat penting, karena
meletakkan dasar dari perkembangan selanjutnya, yang dalam hal ini, seluruh
periode kelahiran, bayi, anak-anak, remaja dianggap sensitif.
Disamping
berbagai masalah yang merupaka karekteristik masa remaja alasan lain mengapa
periode ini merupakan periode kritis dan sensitif dalam perkembangan individual
masa ini merupakan masa transisi yang menandai awal dari tanggung jawab legal
(taklif). Sejak saat individu mencapai puberitas, ia harus mulai menanggung
segala amalannya.
B.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM
1.
Pengaruh Hereditas dalam Perkembangan
Ibn Alqoyyim
menjelaskan hadis memperingat bahwa penentuan jenis kelamin ini (dan segala
sesuatu yang terjadi dengannya) tidak dapat dipahami sebagai hal yang
semata-semata ditentukan oleh alam. Karena hal tersebut merupakan urusan yang
sepenuhnya tergantung pada kehendak Allah dengan demikian, herediter dapat
mempengaruhi perkembangan intelektual seseorang dalam batasan tertentu.
2.
Pengruh lingkungan dalam Perkembangan
Di dalam hadis dimana Rasulullah Saw.
Mengatakan bagaimana oarang tua mempengaruhi agama, moral dan psikologo umu
dari sosialisi dan perkembangan anak-anak mereka hadis ini merupakan bukti tekstual yang
terkenal dari pengaruh lingkingan terhadap seseorang hadi ini berbunyi:” tiap
bayi dalam keadaan fitrah (suci membawa disposisi islam) orang tuanyalah yang
membuat ia yahudi, nasrani atau majusi. Seperti binatang yang lahir, sempurna,
adakah engkau melihat mereka terluka pada saat lahir? “ (HR Bukhori).
Dalam hadis lain, Nabi Muhammad Saw.
Menunjukkan bagaimana teman dapat mempengaruhi seluruh prilaku, karekter dan
perbuatan sesorang. “(HR Bukhori)
3.
Pengaruh ketentuan Allah dan Perkembangan
Contoh yang paling mencolok adalah
riwayat Nabi Sia As Ibn Maryam. Allah membuatnya dapat berbicara dalam
buaiannya. Sebagaimana kita ketahui, perkembangan bahasa merupakan bagian
integral, dari perkembangan kognitif. Dalam situasi normal, anak mulai
berbicara pada usia 3 tahun sepatah dua patah kata, dan sejalan dengan itu
mereka mulai mengembangkan perbendaharaan bahasa. Kenyataan nabi Isa dapat
berbicara pada masa buaian menunjukkan kekuatan Allah dan hal tersebut lebih
merupakan manifstasi dari kebijakan tuhan, kekuatannya yang tidak terbatas,
kehendaknya dan kemampuannya untuk melakukan segala sesuatu.
C.
MANUSIA ADALAH SEBAGAI KHALIFAH ALLAH
Isalm mengajarkan bahwa manusia adalah khalifah Allah dimuka
bumi. Manusia pada dasarnya diciptakn Allah sebagai suci dan beriman. Manusia
diciptakan dengan membawa citra ketuhanan didalam dirinya, yang harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah.
D.
PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN MENURUT AL-QU”AN
Perbedaan individual merupakan kehendak Allah dan
ditentukan melalui pembawaan hereditas dan pengaruh lingkungan. Alquran
menytakan bahwa Allah menciptakan dan membentuk setiap manusia dalam rahim
ibunya dengan cara dan bentuk yang berbeda dan unik seperti yang dinginkan-Nya.
Dengan melihat hal ini, orang akan
melihat bahwa perbedaan individual merupakan hal yang sangat diperhatikan
bahkan dalam berbagai perintah dan larangan Alquran untuk mentaati Allah dan
juga keringanan dalam memenuhi kewajiban terhadap-Nya. Contoh tripikal dari
ayat ini adalah perintah untuk memenuhi peraturan Allah, semampu mungkin, baik
secara individu maupun kolektif.
BAB
III
PENUTUP
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
v Dalam pendekatan psikologi perkembangan
islami ketentuan Allah merupakan faktor inti dan paling berpengaruh dalam
perkembangan manusia. Faktor ini melengkapi paradigma herediter dan lingkungan
(nature-nurture) yang sering dibahas sebgai faktor dominan yang mempengaruhi
perkembangan manusia.
v Kehendak allah berda diatas kebebasan
manusia yang dianugrahkan kepadanya sebagai khalifah dimuka bumi. Tanpa
menyertakan pemahamn tentang katentuan Allah, seseorang tidak dapat memperoleh
pemahaman yang lengkap tentang manusia dan perkembangannya.
v Perbedaan
individual merupakan hal yang sangat diperhatikan bahkan dalam berbagai
perintah dan larangan Alquran untuk mentaati Allah dan juga keringanan dalam
memenuhi kewajiban terhadap-Nya. Contoh tripikal dari ayat ini adalah perintah
untuk memenuhi peraturan Allah, semampu mungkin, baik secara individu maupun
kolektif.
Daftar
Pustaka
Aliah
B. Puwakania Hasan. Psikologi Perkembangan Islami, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008
Prof. Dr. H.
Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Abdul
Wahid. Islam Cara Hidup Alamiah. Yogyakarta: Penerbit Lazuardi. 2001
tidak mungkin semua manusia lahir dari adam dan hawa.tidak mungkin berlaku sumbang mahram(pernikahan sedarah).tuhan maha berkuasa.mudah bagi tuhan untuk menciptakan manusia bukan cara yang diketahui umum
ReplyDelete