Penulis: Rahmad Fitriyanto
ESENSIALISME
Esensialisme adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang
telah ada sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance dengan
ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang utama
ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas,
di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan
doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan
dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung
esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan
sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing.
Dengan demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep
pikir yang disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme
adalah konsep meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme
pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan
dogmatis abad pertengahan. Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh
mengenai manusia dan alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman
Tokoh-tokoh Esensialisme
Georg Wilhelm Friedrich HegelHegel mengemukakan adanya sintesa antara ilmu
pengetahuan dan agama menjadi suatu pemahaman yang menggunakan landasan
spiritual.
2. George Santayana
George Santayana memadukan antara aliran idealisme dan aliran realisme dalam
suatu sintesa dengan mengatakan bahwa nilai itu tidak dapat ditandai dengan
suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian dan pengalaman seseorang
menentukan adanya kualitas tertentu.
Pandangan Esensialisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
1. Pandangan Essensialisme
Mengenai Belajar
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu
dengan menitik beratkan pada aku. Menurut idealisme, bila seorang itu belajar
pada taraf permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar
untuk memahami dunia obyektif. Dari
mikrokosmos menuju ke makrokosmos.
belajar dapat didefinisikan sebagai jiwa yang berkembang pada sendirinya
sebagai substansi spiritual. Jiwa
membina dan menciptakan diri sendiri.
<!--[endif]-->
2.Pandangan Essensialisme Mengenai Kurikulum
Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada
landasan idiil dan organisasi yang kuat
PROGRESIVISME
Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan
yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang
benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus
terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B. Thomas dan
Frederick C. Neff.
Progravisme mempunyai konsep yang
didasari oleh pengetahuan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi
maslah-masalah yang bersifat menekan atau mengancam adanya manusia itu sendiri
(Barnadib, 1994:28). Oleh karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu
statemen progrevisme, maka beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan
kemajuan dipandang merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi
ilmu-ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu alam.
Progresivisme
berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme
bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus
karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang
telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf
kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum
yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan
kebutuhan.
Progresvisme
merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi penekanan lebih besar
pada kreativitas, aktivitas, belajar "naturalistik", hasil belajar
"dunia nyata" dan juga pengalaman teman sebaya
Tokoh-tokoh Progresivisme
William James (11 Januari 1842 – 26 Agustus 1910)
James berkeyakinan
bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi organik, harus
mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar
fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran
pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu
jiwa dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
John Dewey (1859 - 1952)
Teori Dewey
tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada
anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan
"Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini
dibanding masa depan yang belum jelas
Hans
VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian dengan
obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah
gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di
dunia. Segala pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu
berguna. untuk menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja
bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.
Pandangan
Progesivisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Anak didik
diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna mengembangkan
bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh
rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu filsafat progressivisme
tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan
tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira
menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik
maupun psikis anak didik.
filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai
dengan zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan
jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core
Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan
atas manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang
komplek.
Progresivisme
tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah, melainkan
harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung
ciri-ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak
dapat berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek
kognitif, afektif, maupun psikomotor.
3. PERENIALISM
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang
lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme berasal dari kata perennial yang
berarti abadi, kekal atau selalu. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi
terhadap pendidikan progresif. Perenialisme menentang pandangan progresivisme
yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Jalan yang ditempuh oleh kaum
perenialis adalah dengan jalan mundur ke belakang, dengan menggunakan kembali nilai
nilai atau prinsip prinsip umum yang telah menjadi pandangan hidup yang kuat,
kukuh pada zaman kuno dan abad pertengahan.
Pandangan
perenialisme tentang pendidikan
Kaum
perenialis berpandangan bahwa dalam dunia yang tidak menentu dan penuh
kekacauan serta mambahayakan tidak ada satu pun yang lebih bermanfaat daripada
kepastian tujuan pendidikan, serta kestabilan dalam perilaku pendidik. Mohammad
Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialis, bahwa pendidikan harus
lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah
teruji dan tangguh. Perenialisme
memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan
manusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal.
Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:
<!--[if
!supportLists]-->1. <!--[endif]-->Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham
adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato)
<!--[if
!supportLists]-->2. <!--[endif]-->Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian
pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles)
<!--[if
!supportLists]-->3. <!--[endif]-->Pendidikan
adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau
nyata. (Thomas
Aquinas)
Tokoh-tokoh Perenialisme
Plato. Tujuan utama pendidikan adalah membina
pemimpin yang sadar akan asas normative dan melaksanakannya dalam semua aspek
kehidupan
Aristoteles. Ia menganggap penting
pembentukan kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan
kesadaran menurut aturan moral
Thomas Aquinas. Thomas berpendapat pendidikan adalah menuntun
kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada
kesadaran tiap-tiap individu. Seorang guru bertugad untuk menolong membangkitkan
potensi yang masih tersembunyi dari anak agar menjadi aktif dan nyata
REKONSTRUKSIONISME
Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggeris rekonstruct yang berarti
menyusun kembali. Dalam konteks
filsafat pendidikan, aliran rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham
dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran
tersebut, aliran rekonstruksionisme dan perenialisme, memandang bahwa keadaan
sekarang merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh
kehancuran, kebingungan dan kesimpangsiuran
proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu
merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama antar ummat
manusia.
Tokoh-tokoh Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count
dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat
yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran ini: Caroline Pratt, George
Count, Harold Rugg
Pandangan Rekonstruksionisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan
Aliran rekonstruksionisme berkeyakinan bahwa tugas penyelamatan dunia
merupakan tugas semua umat manusia atau bangsa. Karenanya pembinaan kembali
daya inetelektual dan spiritual yang sehat akan membina kembali manusia melalui
pendidikan yang tepat atas nilai dan norma yang benar pula demi generasi
sekarang dan generasi yang akan datang, sehingga terbentuk dunia baru dalam
pengawasan umat manusia.
Kemudian aliran ini memiliki persepsi bahwa
masa depan suatu bangsa merupakan suatu dunia yang diatur, diperintah oleh
rakyat secara demokratis dan bukan dunia yang dikuasai oleh golongan tertentu.
Sila-sila demokrasi yang sungguh bukan hanya leori tetapi mesti menjadi
kenyataan, sehingga dapat diwujudkan suatu dunia dengan potensi-potensi
teknologi, mampu meningkatkan kualitas kesehatan, kesejahteraan dan kemakmuran
serta keamanan masyarakat tanpa membedakan warna kulit, keturunan,
nasionalisme, agama (kepercayaan) dan masyarakat bersangkutan.
No comments:
Post a Comment