Penulis: Rahmad Fitriyanto
Islam adalah agama rahmatan lil?alamin, artinya
Islam diyakini tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan pemeluknya sendiri.
Islam merupakan rahmat bagi pemeluk agama lain, bangsa non-arab, bahkan
tumbuhan, hewan dan makhluk hidup lain. Konsepsi ini akan benar ? benar applicable
jika pemeluknya memahami substansi pengamalan ajaran Islam itu sendiri.
Islam dalam praktiknya tidak hanya mengurusi masalah
ibadah rutin saja seperti sholat, puasa, haji dan lainnya. Urusan kebangsaan,
muamalah termasuk menjaga kelestarian
lingkungan menjadi tugas utama dalam
ber-Islam. Justru itu pemahaman agama yang sempit dan terkotak ? kotak pada
wilayah yang semakin membuat Islam terpojok perlu dihilangkan. Karena Islam
senantiasa mengedepankan nilai kedamaian, sejuk dan tidak sempit pikir.
Pertanyaannya adalah bagaimana Islam berbicara tentang lingkungan hidup?
Tulisan ini bermaksud mengupas persoalan kelestarian
lingkungan hidup dengan pendekatan perspektif Islam. Dalam ulasannya penulis
akan menggunakan dalil naqli yang bersumber langsung dari Al quran dan Sunnah
Rasulullah serta sumber referensi lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
Ironis memang Indonesia yang notabene adalah negara
dengan jumlah penduduk Islam terbesar didunia tetapi sangat rendah dalam hal
melestarikan lingkungan. Menurut kaca mata saya kelestarian lingkungan tidak
dimaknai hanya dengan melakukan program reboisasi dan rehabilitasi lahan
saja. Program itu memang bagian dari upaya kelestarian lingkungan. Tetapi
persoalan kelestarian lingkungan hidup mestinya berangkat dari hal ? hal yang
kita anggap sepele seperti; membuang sampah pada tempatnya, membuang puntung
rokok pada tempatnya, menjaga kebersihan diri, rumah dan lingkungan masyarakat.
Keresahan itu semakin mencuat dimana tingkat sadar
lingkungan dan sadar bersih masyarakat Islam didunia masih sangat rendah.
Kita pantas iri melihat tata kota negara Singapura misalnya yang sangat rapi,
bersih, asri, berwawasan lingkungan. Bahkan negara yang berdekatan dengan
Riau itu dengan tegas memberikan sanksi bagi warganya yang kedapatan membuang
sampah sembarangan. Bagaimana dengan Indonesia? Jauh panggang dari api,
bahkan diwilayah ? wilayah pemerintahan yang seharusnya memberikan tauladan
utama bagi masyarakatnya terlihat sangat tidak bersih. Sampah berserakan.
Merokok sembarangan dan kamar mandi yang kotor.
Jika kita analisa dengan seksama sesungguhnya bukan
Islam yang menjadi kambing hitam dalam persoalan ini. Problem ini muncul dari
pemeluknya yang tidak menyadari pentingnya kebersihan lingkungan. Didalam Al
quran, dijelaskan ?Telah nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan
karena perbuatan manusia. Supaya Allah SWT merasakan kepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali kepada jalan yang benar.
( QS AR Ruum : 41 ) Jelas bahwa sesungguhnya kerusakan lingkungan baik itu
didarat seperti; kebakaran hutan, banjir, tanah longsor, penyakit menular,
maupun dilaut seperti; pencemeran air laut, matinya flora laut, punahnya ikan
dan makhluk hidup laut lainnya, adalah mata rantai dari kerusakan lingkungan
akibat perbuatan manusia.
Larangan Allah SWT terhadap pemeluknya agar tidak
melakukan kerusakan lingkungan sesungguhnya sangat tegas. Mari kita simak
terjemahan ayat berikut; Dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi,
sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan
penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang ? orang yang
berbuat baik.( QS Al-A?raaf: 56 ). Lebih jauh lagi silahkan simak Surat
Al- Baqarah Ayat 11,12,27,60; Asy-Syura : 152; Al-Qhasas: 77. Islam dengan
pemeluk yang tersebar diseluruh dunia seyogyanya mampu mengagendakan program
kelestarian lingkungan. Dalam hal ini kita bisa bekerja sama dengan badan ?
badan internasional, seperti UNEP dan organisasi internasional lainnya. Hari
Minggu tanggal 5 Juni 2005 lalu, kita memperingati Hari Lingkungan Hidup
Sedunia. Pada peringatan hari lingkungan hidup kali ini United Nations
Environment Programe (UNEP) mengkampanyekan tentang signifikansi
membangun perkotaan yang ramah lingkungan. Pada momentum ini, UNEP memilih
Kota San Fransisco, California, Amerika Serikat, sebagai tuan rumah perayaan
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2005 tersebut.
Langkah UNEP diatas dengan programnya Green
Cities tentu harus diapresiasi oleh semua pihak terutama kita sebagai
warga negara berkembang dengan penduduk mayoritas muslim. Soalnya, dari hasil
studi yang ada negara-negara berkembang masih belum memiliki kesadaran yang
tinggi berkait dengan kelestariaan lingkungan. Ini terlihat dari pola
pembangunan yang masih jauh dari wawasan lingkungan. Kita kembali iri dari
perkembangan tata kota bangsa Eropa dan Amerika yang bersih dan ramah
lingkungan. Padahal Eropa dan Amerika adalah negara yang penduduknya
mayoritas bukan muslim. Artinya praktik keber-agamaan kita masih kalah jauh
dengan mereka.
Jika direfleksikan kembali, Indonesia justru negara
yang penduduk muslimnya terbesar didunia. Perspektif Islam mengenai
lingkungan sudah sangat jelas dan gamblang bahwa lingkungan merupakan karunia
Yang Maha Kuasa dan harus kita syukuri serta dinikmati. Namun sayang kita
sebagai seorang muslim belum memiliki kesadaran terhadap pentingnya
melestarikan lingkungan.
Dalam kitab suci Al-quran sudah jelas bahwa Allah
berfirman lingkungan hidup sebagai alam sekitar dengan segala isi yang
terkandung di dalamnya merupakan anugerah yang harus diolah/ dimakmurkan,
dipelihara dan tidak boleh dirusak. Kelestarian lingkungan hidup merupakan
persoalan yang sangat diperhatikan dalam Islam. Ia adalah bagian dari ibadah.
Sehingga dengan demikian keimanan tidak hanya
dimaknai sebagai ibadah vertikal semata melainkan juga ibadah horizontal.
Inilah yang disebut cendikiawan Islam Moeslim Abdurrahman dengan
kesalehan sosial. Kesalehan ini penting diamalkan sebab ini merupakan
prioritas agama Islam selain kita melalukan ibadah vertikal sebagai wujud
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Rab Semesta Alam.
Sebagai orang muslim kita dituntut untuk beragama
Islam secara kaffah (total). Dengan demikian kita juga harus
melaksanakan perintah-perintah Allah tersebut dengan penuh tanggung jawab.
Dan salah satu perintah Allah AWT yang belum kita laksanakan dengan konkret
adalah memelihara lingkungan hidup disekitar kita secara sistematis dan
programatik.
Sekalipun oleh pemerintah sudah diupayakan payung
hukum serta kebijakan mengenai tata pelestarian lingkungan nyatanya
dilapangan kita tidak konsisten dalam memperjuangkan terpeliharanya ekosistem
disekitar kita. Wujud syukur terhadap anugerah Allah SWT dalam praktiknya
hanya kita fahami dalam makna yang sempit. Akhirnya selama ini kita terjebak
pada keimanan yang ritualistik. Pemahaman rasa syukur dalam praktiknya hanya
sebatas dimaknai dalam wujud dzikir dan doa yang vertical. Namun kita belum
melakukan aksi-aksi yang terprogram untuk melestarikan lingkungan. Kejadian
ini sungguh amat memalukan sebabnya justru orang-orang diluar Islam-lah yang
begitu peduli terhadap kelestarian lingkungan.
Berpijak dari masalah ini sudah seharusnya kita
sebagai seorang muslim memulai langkah-langkah konkret untuk meyelamatkan
kelesatarian lingkungan dengan konkret. Soalnya sebagai negara muslim
terbesar selayaknya kita memberikan kontribusi besar terhadap gerakan yang
dicanangkan UNEP dimuka.
Agenda rillnya bisa kita lakukan dengan program
?pohonisasi? sehingga udara disekitar kita tetap bersih. Upaya konkret
sebagaimana dicontohkan oleh warga kampung Banjarsari, Kelurahan Cilandak,
Jakarta Selatan ada baiknya kita contoh. Langkah konkretnya yakni melakukan
pohonisasi dan tamanisasi kampung hingga ijo royo-royo dengan menanam tanaman
antinyamuk disepanjang jalan-jalan kampung.(lihat Kompas, 04/06/2005 hal
19).
Upaya konkret itu juga bisa kita lihat dari apa yang
telah dilakukan oleh pemerintah Kota Pekanbaru bersama masyarakat dengan
menggerakkan program penghijauan pada Sabtu 18 Juni lalu di Kampung Melayu,
Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru. Penanaman perdana sebanyak 900 pohon dari 3000
pohon yang disiapkan, yang bersempena dengan hari lingkungan hidup se dunia
dengan mengangkat tema ??Gerakan Kota Bersih dan Hijau??(lihat Riau
pos.Senin, 20/06/2005).
Upaya kelestarian lingkungan itu tidak harus
diinstruksikan oleh pemerintah setempat. Kesadaran individu yang berangkat
dari hati nurani adalah kunci utama pembangunan berwawasan lingkungan.
Rumusan 3M Aa? gym, pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhid Bandung yaitu
Mulailaih dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri dan Mulailah dari
sekarang patut kita renungkan dan aplikasikan.
Disamping itu, semangat kebersamaan dalam bingkai
kemasyarakatan perlu digalakkan. Kerjasama dari pemerintah, Civil Society dan
kelompok swasta dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan adalah modal kedua
setelah kesadaran pribadi. Dengan kebersamaan itu, program rill yang
dicanangkan UNEP dan pemerintah dapat dilakukan lebih sistematis dan
programatik.
Hanya saja meskipun tidak ada perintah dari
pemerintah, kesadaran pribadi dan warga kampung untuk memperhatikan dengan
serius dan konkret terhadap lingkungan sekitarnya tetap harus ditumbuhkembangkan.
Selain perkampungannya menjadi lebih asri dan enak dipandang mata, polusi
udara bisa dikurangi. Dan ini sudah barang tentu bermanfaat besar bagi
kesehatan jasmani kita.
Dalam Islam jelas bahwa bersikap bersih sebagai
wujud cinta lingkungan adalah bagian dari Iman, Anna zhofatu minal Iman.
Sebagai muslim sejati mari kita berlomba ? lomba dalam kebaikan (fastabiqul
khoirot) untuk mewujudkan kebersihan lingkunan sesuai dengan ajaran kita.
Semoga apa yang dicita ? citakan bisa terwujud dihadapan,
|
No comments:
Post a Comment