Penulis: Rahmad Fitriyanto
Selama ini
kita telah mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup ataupun kitab umat
agama islam yang paling haq dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Namun,
bagaimana bila kita menemukan sesuatu hal yang atau pernyataan dalam ayat
Al-Qur’an yang sering dapat membuat kita bertanya-tanya sebenarnya apa
maksudnya. Dan masih banyak ayat satu dengan lainnya terkadang menurut akal
kita yang awam sangatlah bertentangan.
Di dalam
Al-Qura’an telah disebutkan bahwa surga adalah tempat yang sangat indah, yang
di dalamnya terdapat kesenangan-kesenangan. Yang dipersiapkan
untuk orang-orang
yang beriman.
Seperti
firman Allah dalam Al-Qura’an yang berbunyi :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ö@yd ö/ä39ßr& 4n?tã ;ot»pgÏB /ä3ÉfZè? ô`ÏiB A>#xtã 8LìÏ9r& ÇÊÉÈ tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur tbrßÎg»pgéBur Îû È@Î6y «!$# óOä3Ï9ºuqøBr'Î/ öNä3Å¡àÿRr&ur 4 ö/ä3Ï9ºs ×öyz ö/ä3©9 bÎ) ÷LäêZä. tbqçHs>÷ès? ÇÊÊÈ öÏÿøót ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRè óOä3ù=Åzôãur ;M»¨Zy_ ÌøgrB `ÏB $pkÉJøtrB ã»pk÷XF{$# z`Å3»|¡tBur Zpt6ÍhsÛ Îû ÏM»¨Zy_ 5bôtã 4 y7Ï9ºs ãöqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$# ÇÊËÈ
“Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku
tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih?
(yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah
dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui
niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal
yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.S; As-shaf
; 10-12)
Dari ayat
ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa apabila seorang muslim yang beriman
kepada Allah akan mendapatkan surga yang telah dipersiapkan Allah untuk
orang-orang yang beriman. Beriman dalam berarti menjalankan segala
perintah-perintah Allah, dan menjauhi segala larangannya, yaitu; meninggalkan
kesenangan-kesenangan dunia belaka, seperti dilarang berzina, minum khamr, dan
sikap serakah.
Surga yang
Allah janjikan digambarkan oleh para mufasir adalah suatu tempat mulia yang
menyenangkan, yang segala kesenangan manusia disediakan di tempat tersebut,
segala keinginan manusia akan dipenuhi, tidak ada lagi larangan bagi manusia
untuk melakukan apa yang diinginkan.
Namun, Coba kita renungkan ayat tersebut, manusia
telah susah-susah menahan nafsu, menghindari kesenangan, bekhusuk-khusuk dalam
shalat, beristighfar dan bertasbih, apakah senua itu akan sia-sia begitu saja?
Karena setelah masuk surga manusia tidak dilarang dan dibebaskan untuk
mengumbar keinginan maupun kesenangan manusiawi, diberi bidadari-bidadari yang
dipersiapkan untuk melayani manusia. Segala kesenangan disediakan. Jadi apa guna kita selama ini menjauhi
zina, khamr, keserakahan apabila di surga larangan-larangan tersebut tidak
berlaku?
Ini adalah
salah satu pertanyaan yang dapat mengaggu bahkan membuat resah akal pikiran
kita, sehingga membuat berfikir dan menimbulkan pertanyaan, mengapa? “mengapa menusia menjauhi larangan yang
akhirnya akan dibebaskan di surga? Apakah Al-qur’an itu salah? Apakah
Al-Qura’an memiliki karancuan dalam konsep larangan dan imbalan menjauhi
larangan tersebut?”
Coba pertanyaan
ini kita kaitkan dengan persoalan nabi Adam dan Siti Hawa yang tidak lain
adalah nenek moyangnya para manusia, yang dahulu tinggal di surga, namun diusir
oleh Allah SWT dari surga karena telah memakan buah khuldi, banyak pertanyaan
yang muncul. yaitu; apakah kita hidup di dunia karena nenek moyang kita nabi
nabi Adam dan Siti Hawa melanggar larangan memakan buah khuldi? Apakah kita
sekarang sudah ada di surga apabila dahulu nabi Adam dan Siti Hawa tidak
memakan buah khuldi?
Jawabannya
adalah “TIDAK”. Kita akan tetap menjalani kehidupan di dunia, karena seperti
firman Allah SWT bahwa Allah menjadikan manusia adalah sebagai khalifah di muka
bumi. Yaitu khalifah yang mampu menciptakan keseimbangan di bumi. Maka walaupun
tidak memakan buah khuldi, nabi Adam akan tetap diturunkan ke bumi.
Keterkaitan
antara persoalan nabi Adam tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan di atas
adalah; bahwa manusia adalah sesosok makhluk yang diberi nafsu, walaupun
kenyataanya bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci tanpa dosa. seperti
nabi adam yang tergoda oleh syetan yang membunjuknya untuk memakan buah khuldi
yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah.
Jadi, kesimpulannya
adalah bahwa “setiap segala sesuatu itu
ada tempatnya”. Ibarat orang berpuasa yang harus menahan lapar dahaga dari pagi
sampai sore, namun setelah sore dibebaskan untuk makan an minum. Itu adalah
contoh ikhtiar manusia dalam mengendalikan nafsu, untuk tujuan menjadi manusia
yang kamil. Seperti itu pula mengapa yang Allah larang di dunia sudah tidak
dilarang di surga. Bahwa saat di dunia adalah jihad manusia untuk melawan nafsu,
seperti kata imam Ghazali bahwa “jihad
yang paling besar (jihad yang paling berat dilakukan manusia) adalah jihad
melawan hawa nafsu” yaitu untuk
tidak melakukan hal-hal yang tidak baik.
Yaitu menjauhi kesenangan-kesenangan duniawi yang sia-sia belaka dan
memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Dan Allah memberikan imbalan bagi
orang-orang yang mampu melawan nafsunya yaitu surga, sebuah tempat yang mulia
yang telah dipersiapkan bagi orang-orang yang beriman.
Ketika
manusia telah dimasukkan ke dalam surga, manusia bisa mendapatkan maupun
melakukan apa saja yang dikehendaki, itu adalah sebagai imbalan bagi manusia
yang telah menahan hawa nafsunya selama di dunia. Ini adalah ibarat orang yang
sedang berbuka puasa yang diperbolehkan makan dan minum setelah menahannya dari
pagi sampai senja. Namun, ketika manusia telah berada di surga, manusia telah
disucikan oleh Allah SWT dari segala hawa nafsu manusiawi dan tabiat buruk yang
telah dimilikinya dan harus ditahan sejak mulai manusia lahir ke bumi sampai
akhir hayat. Jadi, pada saat di surga,
walaupun telah dibebaskan segala larangan bagi manusia untuk memenuhi
keinginannya manusia tidak akan melakukan hal-hal yang buruk yang mungkin
dilakukan manusia di dunia dengan dorongan dari bisikkan syaitan beserta nafsu
manusiawinya, karena di surga sudah tidak ada syaitan dan nafsu manusiawi. Manusia
telah mencapai kesenpurnaan menjadi manusia suci, manusia yang kamil. Syaitan
dan nafsu hanya ada si dunia. Dan di surga manusia selalu bertasbih kepada sang
khaliq Allah SWT.
No comments:
Post a Comment