Saturday, October 10, 2015

INSPIRASI AL-QUR'AN

Penulis: Rahmad Fitriyanto
                              
Selama ini kita telah mengetahui bahwa Al-Qur’an adalah pedoman hidup ataupun kitab umat agama islam yang paling haq dan tidak diragukan lagi kebenarannya. Namun, bagaimana bila kita menemukan sesuatu hal yang atau pernyataan dalam ayat Al-Qur’an yang sering dapat membuat kita bertanya-tanya sebenarnya apa maksudnya. Dan masih banyak ayat satu dengan lainnya terkadang menurut akal kita yang awam sangatlah bertentangan.
Di dalam Al-Qura’an telah disebutkan bahwa surga adalah tempat yang sangat indah, yang di dalamnya terdapat kesenangan-kesenangan. Yang dipersiapkan
untuk orang-orang yang beriman.
Seperti firman Allah dalam Al-Qura’an yang berbunyi :
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä ö@yd ö/ä39ߊr& 4n?tã ;ot»pgÏB /ä3ŠÉfZè? ô`ÏiB A>#xtã 8LìÏ9r& ÇÊÉÈ tbqãZÏB÷sè? «!$$Î/ ¾Ï&Î!qßuur tbrßÎg»pgéBur Îû È@Î6y «!$# óOä3Ï9ºuqøBr'Î/ öNä3Å¡àÿRr&ur 4 ö/ä3Ï9ºsŒ ׎öyz ö/ä3©9 bÎ) ÷LäêZä. tbqçHs>÷ès? ÇÊÊÈ öÏÿøótƒ ö/ä3s9 ö/ä3t/qçRèŒ óOä3ù=Åzôãƒur ;M»¨Zy_ ̍øgrB `ÏB $pkÉJøtrB ㍻pk÷XF{$# z`Å3»|¡tBur Zpt6ÍhŠsÛ Îû ÏM»¨Zy_ 5bôtã 4 y7Ï9ºsŒ ãöqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$# ÇÊËÈ
“Hai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (Q.S; As-shaf ; 10-12)
Dari ayat ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa apabila seorang muslim yang beriman kepada Allah akan mendapatkan surga yang telah dipersiapkan Allah untuk orang-orang yang beriman. Beriman dalam berarti menjalankan segala perintah-perintah Allah, dan menjauhi segala larangannya, yaitu; meninggalkan kesenangan-kesenangan dunia belaka, seperti dilarang berzina, minum khamr, dan sikap serakah.
Surga yang Allah janjikan digambarkan oleh para mufasir adalah suatu tempat mulia yang menyenangkan, yang segala kesenangan manusia disediakan di tempat tersebut, segala keinginan manusia akan dipenuhi, tidak ada lagi larangan bagi manusia untuk melakukan apa yang diinginkan.
Namun, Coba kita renungkan ayat tersebut, manusia telah susah-susah menahan nafsu, menghindari kesenangan, bekhusuk-khusuk dalam shalat, beristighfar dan bertasbih, apakah senua itu akan sia-sia begitu saja? Karena setelah masuk surga manusia tidak dilarang dan dibebaskan untuk mengumbar keinginan maupun kesenangan manusiawi, diberi bidadari-bidadari yang dipersiapkan untuk melayani manusia. Segala kesenangan disediakan. Jadi apa guna kita selama ini menjauhi zina, khamr, keserakahan apabila di surga larangan-larangan tersebut tidak berlaku?
Ini adalah salah satu pertanyaan yang dapat mengaggu bahkan membuat resah akal pikiran kita, sehingga membuat berfikir dan menimbulkan pertanyaan, mengapa? “mengapa menusia menjauhi larangan yang akhirnya akan dibebaskan di surga? Apakah Al-qur’an itu salah? Apakah Al-Qura’an memiliki karancuan dalam konsep larangan dan imbalan menjauhi larangan tersebut?”
Coba pertanyaan ini kita kaitkan dengan persoalan nabi Adam dan Siti Hawa yang tidak lain adalah nenek moyangnya para manusia, yang dahulu tinggal di surga, namun diusir oleh Allah SWT dari surga karena telah memakan buah khuldi, banyak pertanyaan yang muncul. yaitu; apakah kita hidup di dunia karena nenek moyang kita nabi nabi Adam dan Siti Hawa melanggar larangan memakan buah khuldi? Apakah kita sekarang sudah ada di surga apabila dahulu nabi Adam dan Siti Hawa tidak memakan buah khuldi?
Jawabannya adalah “TIDAK”. Kita akan tetap menjalani kehidupan di dunia, karena seperti firman Allah SWT bahwa Allah menjadikan manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi. Yaitu khalifah yang mampu menciptakan keseimbangan di bumi. Maka walaupun tidak memakan buah khuldi, nabi Adam akan tetap diturunkan ke bumi.
Keterkaitan antara persoalan nabi Adam tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan di atas adalah; bahwa manusia adalah sesosok makhluk yang diberi nafsu, walaupun kenyataanya bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci tanpa dosa. seperti nabi adam yang tergoda oleh syetan yang membunjuknya untuk memakan buah khuldi yang sesungguhnya telah dilarang oleh Allah.
Jadi, kesimpulannya adalah bahwa “setiap segala sesuatu itu ada tempatnya”. Ibarat orang berpuasa yang harus menahan lapar dahaga dari pagi sampai sore, namun setelah sore dibebaskan untuk makan an minum. Itu adalah contoh ikhtiar manusia dalam mengendalikan nafsu, untuk tujuan menjadi manusia yang kamil. Seperti itu pula mengapa yang Allah larang di dunia sudah tidak dilarang di surga. Bahwa saat di dunia adalah jihad manusia untuk melawan nafsu, seperti kata imam Ghazali bahwa “jihad yang paling besar (jihad yang paling berat dilakukan manusia) adalah jihad melawan hawa nafsu” yaitu  untuk tidak  melakukan hal-hal yang tidak baik. Yaitu menjauhi kesenangan-kesenangan duniawi yang sia-sia belaka dan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. Dan Allah memberikan imbalan bagi orang-orang yang mampu melawan nafsunya yaitu surga, sebuah tempat yang mulia yang telah dipersiapkan bagi orang-orang yang beriman.
Ketika manusia telah dimasukkan ke dalam surga, manusia bisa mendapatkan maupun melakukan apa saja yang dikehendaki, itu adalah sebagai imbalan bagi manusia yang telah menahan hawa nafsunya selama di dunia. Ini adalah ibarat orang yang sedang berbuka puasa yang diperbolehkan makan dan minum setelah menahannya dari pagi sampai senja. Namun, ketika manusia telah berada di surga, manusia telah disucikan oleh Allah SWT dari segala hawa nafsu manusiawi dan tabiat buruk yang telah dimilikinya dan harus ditahan sejak mulai manusia lahir ke bumi sampai akhir hayat. Jadi, pada saat di surga, walaupun telah dibebaskan segala larangan bagi manusia untuk memenuhi keinginannya manusia tidak akan melakukan hal-hal yang buruk yang mungkin dilakukan manusia di dunia dengan dorongan dari bisikkan syaitan beserta nafsu manusiawinya, karena di surga sudah tidak ada syaitan dan nafsu manusiawi. Manusia telah mencapai kesenpurnaan menjadi manusia suci, manusia yang kamil. Syaitan dan nafsu hanya ada si dunia. Dan di surga manusia selalu bertasbih kepada sang khaliq Allah SWT.

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  الطريقة   المادة الترتيب (أقوم أمام الباب قائلا)   إلقاء السّلام ...