Oleh : Rahmad
Fitriyanto
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Konsep Masyarakat adalah segenap tingkah laku
manusia yang di anggap sesuai. Tidak melanggar norma-norma umum dan adat
istiadat serta terintegrasi langsung dengan tingkah laku umum. Masyarakat
menurut definisi kamus dewan ialah kumpulan manusia yang hidup bersama di
sesuatu tempat dengan aturan dan cara tertentu. Individu, keluarga dan
kumpulan-kumpulan kecil merupakan anggota sesebuah masyarakat. Jaringan erat
wujud dalam kalangan anggota tersebut, khususnya melalui hubungan bersemuka.
Daripada pergaulan ini, terbina pola hubungan sosial yang berulang sifatnya
seperti kegiatan gotong royong,
bersama-sama merayakan sesuatu perayaan melalui
rumah terbuka, berkumpul menyambut pembesar yang datang berkunjung, menghadiri
kendui majlis perkahwinan, membantu mereka yang ditimpa malapetaka atau
menziarahi jiran yang sakit tenat atau yang telah meninggal dunia. Kekerapan
pergaulan ini membina satu kesepaduan dalam masyarakat tersebut sebagai satu
unit sosial. Dalam konteks Malaysia, hubungan harmonis antara pelbagai kumpulan
etnik dapat membina sebuah masyarakat Malaysia yang teguh.
B.
Rumusan Masalah
1.
Jelaskan Konsep Masyarakat D alam Sosial Budaya Masyarakat Indonesia ?
2.
Jelaskan Keadaan Sosial Budaya Indonesia ?
3.
Jelaskan Pendekatan Silang Budaya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi
Penutur Asing ?
BAB II
PEMBAHASAN
Konsep Masyarakat adalah segenap tingkah laku
manusia yang di anggap sesuai. Tidak melanggar norma-norma umum dan adat
istiadat serta terintegrasi langsung dengan tingkah laku umum. Dan dapat
mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan
sosial dengan batasan-batasan tertentu.
Setiap masyarakat pula mempunyai budayanya yang
tersendiri yang terbentuk daripada hubungan rapat sesama anggotanya semenjak
masyarakat itu wujud. Sebagai contoh, masyarakat melayu kampung di kawasan luar
bandar Malaysia telah wujud berpuluh abad lamanya, semenjak sbelum kedatangan
kebudayaan asing (sama ada dari negara China, India, Tanah Arab atau Eropah).
A.
Konsep - Konsep tentang Realitas Sosial Budaya
Berikut ini beberapa realitas sosial budaya yang
terdapat di masyarakat.
1. Masyarakat, adalah sekumpulan manusia yang menempati wilayah tertentu dan
membina kehidupan bersama dalam berbagai aspek kehidupan atas dasar norma
sosial terntentu dalam waktu yang cukup lama.
2.
Interaksi Sosial dalah hubungan dan pengaruh timbal balik antarindividu,antara individu dari
kelompok dan antarkelompok.
3. Status dan Peran, status adalah posisi seseorang dalam masyarakat yang
merupakan aspek masyarakat yang kurang lebih bersifat statis. Peran merupakan pola tindakan dari orang yang
memiliki status tertentu dan merupakan aspek masyarakat yang kurang lebih
bersifat dinamis.
4.
Nilai,
nilai itu adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar oleh anggota
masyarakat dan merupakan sesuatu yang diidam-idamkan.Pergeseran nilai akan
mempengaruhi kebiasaan dan tata kelakuan.
5.
Norma, norma merupakan wujud konkret dari nilai
sosial,dibuat untuk melaksanakan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang
telah dianggap baik dan benar.
6.
Lembaga Sosial, menurut Paul B.Horton dan Chester L Hunt,lembaga adalah sistem hubungan
sosial yang terorganisir dan mewujudkan nilai-nilai dan tata cara umu tertentu
dan memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.Lembaga merupaka satu sistem norma
untuk mencapai suatu tujuan yang oleh masyarakat dianggap penting.
7.
Sosialisasi, sosialisasi merupakan proses individu belajar berinteraksi di tengah
masyarakat.Melalui proses sosialisasi ,seorang individu akan memperoleh
pengetahuan,nilai-nila dan norma-norma yang akan membekalinya dalam proses
pergaulan.
8.
Perilaku Menyimpang, merupakan bentuk perilaku masyarakat yang tidak sesuai dengan norma dan
nilai yang berlaku.
9.
Pengendalian Sosial, setiap masyarakat menginginkan adanya suatu
ketertiban agar tata hubungan antarwarga masyarakat dapat berjalan secara
tertib dan lancar,untuk kepentingan ini masyarakat membuat norma sebagai
pedoman yang pelaksanaannya memerlukan suatu bentuk pengawasan dan
pengendalian.
10.
Proses Sosial, proses sosial merupakan proses interaksi dan komunikasi antarkomponen
masyarakat dari waktu ke waktu hingga mewujudkan suatu perubahan.Dlama suatu
proses sosial terdapat komponen-komponen yang saling terkait satu sama
lain,yaitu:
a. Struktur
sosial,yaitu susunan masyarakat secara komprehensif yang menyangkut individu
,tata nilai,dan struktur budayanya.
b. Interaksi Sosial,yaitu keseluruhan jalinan antarwarga
masyarakat.
c. Struktur alam lingkungan yang meliputi
letak,bentang alam,iklim,flora dan fauna.Komponen isi merupakan salah satu
komponen yang turut mempengaruhi bagaimana jalannya proses sosial dalam suatu
masyarakat.
11.
Perubahan Sosial Budaya, adalah perubahan struktur sosial dan budaya akibat adanya
ketidaksesuaian di antara unsur-unsurnya sehingga memunculkan suatu corak
sosial budaya baru yang dianggap ideal.
12.
Kebudayaan, adalah semua hasil cipta,rasa dan karsa manusia dalam hidup
bermasyarakat.Dalam arti luas,kebudayaan merupakan segala sesuatu yang ada di
muka bumi yang keberadaannya diciptakan oleh manusia.Dibentuk oleh:
a. artefak,yaitu benda hasil karya manusia
b. sistem aktivitas,seperti berbagai jenis tarian,olahraga,kegiatan
sosial,ritual
c. sistem ide atau gagasan,yaitu pola pikir yang ada
di dalam pikiran manusia.
B.
Keadaan Sosial Budaya Indonesia
Dari perspektif agama,
masyarakat Indonesia dalam berperilaku menyelaraskan diri dengan tatanan yang
diyakini berasal dari Tuhan, perspektif spiritual merujuk pada pengembangan
potensi-potensi internal diri manusia dalam aktualisasi yang selaras dengan
hukum non materi, dan perspektif budaya yang merujuk pada tradisi penghayatan
dan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan untuk membangun sebuah kehidupan
yang comfort baik secara individu maupun kolektif. Dalam konteks perubahan social sekarang masyarakat
Indonesia dalam sekat pluralisme terakomodasi secara otomatis dalam civics responsibility, social economics responsibilities dan personal responsibility.
Secara spesifik keadaan sosial budaya Indonesia
sangat kompleks, mengingat penduduk Indonesia kurang lebih sudah di atas
200 juta dalam 30 kesatuan suku bangsa. Oleh karena itu pada bagian ini akan
dibicarakan keadaan sosial budaya Indonesia dalam garis besar. Kesatuan politis
Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas 6000 buah pulau yang
terhuni dari jumlah keseluruhan sekitar 13.667 buah pulau. Dapat
dibayangkan bahwa bahasa Indonesia yang dijadikan sebagai bahasa nasional belum
tentu sudah tersosialisasikan pada 6000 pulau tersebut, mengingat
sebagian besar bermukim di pedesaan. Hanya 10-15% penduduk Indonesia yang
bermukim di daerah urban. Indonesia sudah tentu bukan hanya Jawa dan Bali saja,
karena kenyataan Jawa mencakup 8% penduduk urban.
Sementara itu bahasa Indonesia
masih dapat dikatakan sebagai “bahasa bagi kaum terdidik/sekolah” pada
daerah-daerah yang tidak berbahasa ibu bahasa Indonesia. Bagaimana dengan yang lain? Sementara ada orang asing
pada tahun 1998 sangat kebingungan mengartikan kata lengser keprabon yang dalam Kamus Bahasa Indonesia
belum tercantum, sedangkan untuk mengartikan lengser keprabon tidak
sekedar pengertian definitif dalam semantik bahasa Indonesia. Lengser keprabon (yang
sekarang sudah dianggap bahasa Indonesia, seperti dengan kata lain seperti “legawa”) harus dipahami dalam perspektif sejarah
kebudayaan dan sistem politik Jawa. Oleh karena itu dengan mempelajari aspek
psikologis budaya Jawa, penutur asing dapat memahami makna sebenarnya
kata “Lengser Keprabon”. Contoh lain, seperti kata “ Gemah
Ripah Loh Jinawi” yang sering digunakan dalam kosa kata bahasa Indonesia yang
menggambarkan kesuburan Indonesia, antara penutur Jawa dan Sunda memiliki
konsep yang berbeda.
Dalam konsep Jawa “Gemah Ripah Loh Jinawi, Subur kang Sarwa Tinandur, Murah kang
Sarwa Tinuku, Tata Tentrem Kerta Raharja”, sementara
saudara-saudara dari Sunda mengekspresikan dalam “ Tata
Tentrem Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi , Rea Ketan Rea Keton Buncir Leuit Loba Duit” yang
artinya saudara dari suku Sunda yang lebih memahami. Sementara itu di Sumatera Barat dengan adat
Minangkabau yang didalamnya terdapat suatu sistem yang sempurna dan bulat,
dalam berbahasa sangat memperhatikan raso, pareso, malu
dan sopan, sehingga bahasa Indonesia yang dituturkannya pun sangat terkait
dengan psikologi budaya Minangkabau.
Oleh sebab itulah dalam memahami Sosial Budaya dan
psikologi masyarakat Indonesia yang nantinya berimplikasi pada tindak tutur
berbahasa Indonesia, paling tidak dalam pendekatan silang budaya memperhatikan
tiga hal yaitu
1. masyarakat dalam perspektif agama,
2. perspektif spiritual, dan
3. perspektif budaya.
C.
Pendekatan Silang Budaya dalam Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur
Asing
Konsep pendekatan silang
budaya sebagai pencitraan budaya Indonesia melalui pengajaran BIPA menunjukkan
suatu wacana baru dalam pengajaran Bahasa Indonesia untuk penutur asing dengan
menekankan pada pertumbuhan, perubahan, perkembangan dan kesinambungan yang
menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang dinamis dan bersinergi
dengan kebutuhan masyarakat Informatif. Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa di Asia yang
berpotensi untuk pertukaran kebutuhan informasi dunia, karena ciri pluralistik
masyarakat penuturnya. Bahasa Indonesia dan pendekatan silang budaya
merupakan upaya “kembali ke etnisitas”. Terlepas dari penafsiran hegemoni
sukuisme, dalam belajar bahasa Indonesia (khususnya bagi orang asing) merupakan
realitas sosial bahwa pluralisme masyarakat Indonesia berbicara bahasa
Indonesia dengan pola pikir, pola hidup dan berdasar nilai etnisitas, sehingga
bersifat “Indonesianisasi tata krama komunikasi etnisitas” .
Keragaman suku di Indonesia dapat dilihat
sebagai perbedaan yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Perbedaan itulah yang dipelajari secara silang budaya untuk dilihat nilai-nilai
psikologis masyarakatnya. Silang budaya antar-berbagai tradisi di nusantara
baik dengan anasir kesatuan Indonesia sebagai “nation state”, maupun
dengan asing sebagai rasional globalisasi tentunya akan membawa ke arah suatu
perubahan yang dinamis. Budaya lokal akan melakukan filterisasi sebelum menjadi
sebuah acuan.
Pendekatan silang budaya akan melakukan kompromi
secara sistematik terhadap konteks kearifan budaya lokal di Indonesia. Oleh
sebab itu sangat bijaksana sebelum mengajarkan bahasa secara aspek linguistik
(pembelajaran berbahasa Indonesia), perlu diajarkan (dikenalkan) pengetahuan
budaya-budaya etnik yang meliputi sistem nilai, sistem sosial, dan produk
budaya serta implikasinya terhadap tindak berbahasa. Selain itu pengenalan
“sikap berbahasa” secara “PDL “ atau
“pandang dengar dan lihat” dari guru, tutor/instruktur sangat membantu proses
belajar bahasa ini.. Ideologi yang dikembangkan adalah multikulturalisme atau
keanekaragaman budaya, sehingga perlu seorang pengajar bahasa Indonesia
yang berasal dari (yang merupakan wakil dari) etnis yang ada. Pigura besarnya
adalah Linguistik Indonesia sedangkan gambar yang ditampilkan adalah
tanda-tanda budaya multikultural. Dalam konsep budaya Jawa hal ini disebut
dengan ngertos caranipun ngertos atau pengertian
bagaimana caranya mengerti (model pendidikan heuristik).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Konsep - Konsep tentang Realitas Sosial Budaya :
Masyarakat, Interksi social, Status dan peran, nilai, norma, lembaga social,
sosialisasi, perilaku menyimpang, pengendalian sosial, proses
social, perubahan social dan kebudaya.
Konsep Masyarakat adalah segenap tingkah laku
manusia yang di anggap sesuai. Tidak melanggar norma-norma umum dan adat
istiadat serta terintegrasi langsung dengan tingkah laku umum.
Secara spesifik keadaan sosial budaya Indonesia
sangat kompleks, mengingat penduduk Indonesia kurang lebih sudah di atas
200 juta dalam 30 kesatuan suku bangsa. Oleh karena itu pada bagian ini akan
dibicarakan keadaan sosial budaya Indonesia dalam garis besar. Kesatuan politis
Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri atas 6000 buah pulau yang
terhuni dari jumlah keseluruhan sekitar 13.667 buah pulau. Dapat
dibayangkan bahwa bahasa Indonesia yang dijadikan sebagai bahasa nasional belum
tentu sudah tersosialisasikan pada 6000 pulau tersebut, mengingat
sebagian besar bermukim di pedesaan.
B.
Kritik dan saran
Demi menyempurnakan makalah
ini agar tidak terdapatnya kesalahan, maka kami mengharapkan saran, kritikan
maupun partisipasinya yang dapat membantu dalam kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Mengubah Kendala Menjadi Aset’, Jurnal Wacana FSUI.No.1
April 1999. Vol 1. hal. 3
Kleden, Ignas.1987. Sikap Ilmiah dan Kritik
Kebudayaan. Jakarta: LP3 Es.
Roeder, O.G. 1987. Indonesia. A Personal
Introduction. Jakarta : Gramedia.
Soeparmo, dkk. 1986. Pola Berpikir Ilmuwan dalam
Konteks Sosial Budaya Indonesia. Surabaya: Unair Press.
Tim Lembaga Riset Kebudayaan. 1986. Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia. Bandung:
Alumni
Budiman, Maneke 1999. ‘Jati Diri Budaya dalam
Proses Nation Building di Indonesia:
No comments:
Post a Comment