Oleh : Rahmad
Fitriyanto
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
“ Kebersiahan adalah pangkal
kesehatan.” “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” Itu adalah semboyan atau
selogan yang sering diembor-gemborkan
orang dimanapun berada jika suda membicarakan masalah kebersihan. Tetapi itu
hanyalah sebuah ungkapan yang mana perkataan dengan ucapan seing tidak sama dan
sepadan. Mereka hanya sekuat tenaga berteriak tentang pentingnya kebersiahn
tanpa ada bukti perbuatan nyata.
Dan perlu kita ketahui bahwa dalam
pemabahasan dikitab-kitab fiqh atau tuntunan shalat, yang kali pertama kita
temui dalam buku itu adalah pembahasan mengenai najis, kotoran, hadats, cara
berwudhu, dan cara bertayamum, yang mana itu semua adalah hal-hal yang
berkaitan denagn kebersihan. Dari sanalah kita faham dan tahu bahwa islam
adalah agama yang menjunjung tinggi kebersihan. Dan tidak ada agama yang
seteliti Islam dalam membahas masalah kebersihan.
Maka didalam makalah ini, dibahas
mengenai hadits-hadits tentang kebersihan dan pentingya kebersihan dalam
kehidupan kita. Sehingga kita jadi faham apa arti kebersihan sesungguhnya.
Bukan hanya pengetahuan-pebgetahuan dan dogma-dogma semata yang telah kita
dapatkan sejak kecil. Dan setelah kita mengetahui tentang hakikat kebersihan,
maka tindak lanjut kita adalah melaksanakan hidup bersih.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa saja haidts-hadits yang
berkaitan dengan kebersihan?
2. Apa dasar dari ajaran hidup
bersih?
3. Apa pentingya kebersihan dalam
kehidupan kita?
4. Apa perbedaan najis, kotor, dan
hadats?
5. Apa saja contoh perilaku bersih
dan tidak bersih?
6. Bagaimana membiasakan diri untuk
hidup bersih?
PEMBAHASAN
- Hadits-hadits dan Nash-nash tentang Kebersihan
الطهو شطر الإيمان ( رواه مسلم)[1]
Artinya: “kebersiahan itu sebagian dari iman.”
افلا قلت لينهك الطهور[2]
Artinya: “ apakah tidak sebaiknya engkau katakana:
kebersiahan itu memeliharamu.” (Tamam dan Ibnu ‘Asakir dari Abu Hurairah)
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
Artinya: “dan pakaianmu bersihkanlah.” QS.
Al-Mudatsir: 4
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ
التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Artinya: “ sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
orang-orang yang membersihkan diri.” (QS. Al-Baqoroh 222)
Pengertian Ath-Thaharah
Penjelasan
dari hadits diatas bahwa secara bahasa, ath-thaharah maknanya ialah
kesucian dan kebersihan dari segala yang tercala, baik dhahir maupun bathin.
Sedangkan makna ath-thaharah dalam istilah fiqh ialah hilangnya perkara yang
menghalangi sahnya shalat. Dan perkara yang menghalangi sahnya shalat itu ialah
hadats atau najis, untuk menghilangkan hadats atau najis itu yaitu dengan air
atau debu.
Dari
makna ath-thaharah disini akan muncul dua arti yaitu bersih dan suci,
namun kedua arti tersebut juga mempunyai perbedaan dimana makna bersih
merupakan keadaan sesuatu tanpa kotoran,
sedang suci merupakan keadaan tanpa najis dan hadats, baik hadats kecil maupun
hadats kecil pada badan, pakaian, tempat, air dan sebagiannya. Sebagai contoh
seorang muslim yang berhadats besar (misalnya karena haid) bisa saja tubuhnya
bersih sekali karena mandi dengan sabun anti kuman, namun selama dia belum
meniatkan mandi junub, dia tetaplah tidak suci atau masih berhadats besar.
Sehingga dari sini bersih atau kebersihan berkaitan dengan fakta empiris yang
universal, sedang suci berkaitan denagn keyakinan seorang muslim, yang sifatny
tidak universal atau hanya enjadi pandangan khas di kalangan umat Islam.
- Analisis
- Dasar Ajaran Hidup Bersih
Salah satu keistimewaan Islam yang menonjol adalah
perhatiannya terhadap kesucian dan kebersihan seseorang. Baik jasmani maupu
rohani. Kebersihan dan kesucian jasmani berkaitan dengan prihal yang brsifat
fisk lahiriyah, badan, pakaian, tempat, dan alat-alat yang digunakan untuk
makan dan minum dari kotoran dan najis. Sedangkan kebersihan dan kesucian
rohani berarti terbebas dari hadats bila hendak melakukan suatu ibadah yang
mensyaratkan suci dari hadats.
Kebersihan sebagian dari iman bukan sekedar aktifitas
membersihkan diri, tapi suatu perintah bahwa Islam ,enjamin kebersihan baik
diri maupun lingkungan. Karena kebersihan bukan berapa sering aktifitas
membersihkan, tapi kebersihan adalah gaya kehidupan. Islam bukan hanya mengajak
kepada bersih-bersih, tapi mengajak kapada kebersihan. Iman selalu mempunyai
ide untuk aktif dalam mengupayakan kebersihan. Iman menjadi perintah bagi
anggota tubuh untuk selalu menjauh setiap tindakan yang mengakibatkan kekumuhan
dan menjadi inisiator bagi tubuh dalam membersihkan. Oleh karena itu kegiatan
keimanan dengan membersihkan dan menjaga kebersihan adalah kegiatan tidak
mengenal waktu (ada orang atau tidak) kecuali untuk mengajak kepada ke-Imanan.
Setiap saat kita selalu berhubungan dengan benda-benda di
sekitar kita, baik yang dihasilkan oleh industri kimia maupun alamiah seperti
gas, air, sabun, dan sebagiannya. Benda-benda yang ada di sekitar kita itu
merupakan materi yang tersusun dari partikel-partikel yang sengat kecil dan
dapat menagalami perubahan fisik maupun perubahan kimia. Partikel-partikel
materi dapat menyebar kesegala arah dan menempel pada badan atau pakaian kita,
kemudian dapat menimbulkan sifat kotor dan najis. Kotoran atau najis apabila
dibiarkan menempel pada badan, akan dapat mengakibatkan gangguan atau penyakit,
terutama partikel-partikel yang mengandung senyawa yang berbahaya bagi tubuh
manusia. Karena itu, Islam mengajarkan agar tubuh kita di bersihkan dengan cara
mandi maupun wudhu, sehingga tubuh kita bersih.[3]
- Pengtingnya Kebersihan Dalam Hidup
Kebersihan
dalam kehidupan kita sangatlah penting, diantarnya mempunyai banyak manfaat
bagi kehidupan kita, yaitu:
1)
Mendidik manusia agar senatiasa hidup bersih, terutama
ketika hendak menghadap Tuhannya. Kebersihan secara lahiriyah ini, akan
berpengaruh pada kebersihan jiwa
2)
Menjaga diri dari penyakit.
3)
Menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan.
4)
Menjaga hubungan baik dalam pergaulan sesama manusia
dan sekaligus menghindarkan diri dari ketidaksenangan orang lain yang
disebabkan oleh keadaan diri kita yang tidak bersih.
5)
Akan menjadi cerminan keimanan seseorang.
6)
Mendidik manusia berakhlak mulia, karena kebiasaan
hidup bersih akan mendorong seseorang menjauhi hal-hal yang menimbulkan
perbuatan kotor dan mendorong melakukan perbuatan terpuji.
7)
Meningkatkan kewibaan dan harga diri seseorang
sekaligus menghindarkan diri dari kehinaan.[4]
- Perbedaan Najis, Kotor dan Hadats.
1)
Najis
Najis menurut bahasa artinya kotoran, sedangkan menurut istilah syara’
yaitu suatu bentuk kotoran yang dapat mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah
seperti shalat, thawaf dan sebagiannya.[5]
2)
Kotor
Sesuatu yang kotor belum tentu najis. Contohnya debu.
3)
Hadats
Hadats adalah suatu kejadian atau perbuatan yang menyebabkan seseorang
secara hukum kotor dan harus di sucikan saat akan melakukan ibadah madhah,
seperti shalat dan thawaf. “Bersuci dari hadats” berarti menyucukan badan dari
hadats besar maupun dari hadats kecil dengan cara tertentu yang telah ditetapkan
oleh syari’at Islam. Dan cara menyucikan hadats besar dengan mandi, sedangkan
mensucikan hadats kecil adalah dengan wudhu.[6]
- Contoh Perilaku dan Dampak Hidup Bersih dan Tidak Bersih
Bersih
|
Tidak Bersih
|
Membuang sampah pada tempatnya
|
Membuang sampah sembarangan
|
Meludah pada tempatnya
|
Meludah sembarangan
|
Membuang puntung rokok pada
tempatnya
|
Membuang puntung rokok sembarangan
|
Tidak mencoret-coret kamar mandi,
tembok kampus dan meja kuliah
|
Mencoret-coret kamar mandi, tembok
kampus dan meja kuliah
|
Menciptakan suasana nyaman, tertib
dan indah dipandang
|
Menjadikan suasana yang gaduh dan
tidak tertib
|
Selalu memberikan dampak yang
positif, seperti hidup menjadi sehat
|
Memberikan dampak yang negatif,
seperti hidup menjadi sering sakit.
|
- Membiasakan hidup bersih
Sejak kecil kita
sudah diajari dan ditanamkan nilai-nilai kebersihan. Misalnya, diajari
menggosok gigi sebelum tidur dan sesudah makan, mandi dua kali sehari, menyapu,
membuang sampak pada tempatnya dan sebagainya. Namun kita kadang merasa malas
untuk melakukannya. Hal itu disebabkan kita hanya diberitahu sekilas manfaat
dari kebersihan yang terkadang tidak ada contoh konkret dalam kegiatan
sehari-hari. Oleh karena itu mulai sekarang tanamkan dalam diri kita sifat dan
perilaku yang bersih, walaupun awalnya kita merasa berat tetapi jika kita
membiasakannya, kita akan terbiasa dan menjadi sifat dan kebiasaan kita. Dengan
demikian, diri kita dan lingkungan sekitar kita tidak akan menganggap bahwa itu
dogma-dogma belaka yang tidak tahu akan essensi kebersihan.
Berikut ini adalah cara-cara
membiasakan diri untuk hidup bersih :
- Memahami manfaat dan arti pentingnya hidup bersih.
- Selalu memberi contoh tentang hidup bersih dimulai dari diri kita sendiri.
- Tanamkan dalam diri untuk hidup bersih meskipun sulit.
KESIMPULAN
Kesimpualan dari
makalah ini adalah sebagai berikut :
- Dasar dari ajaran hidup bersih bahwa dalam islam sangat memperhatikan terhadap kebersihan dan kesucian seseorang baik jasmani maupun rohani, dan membersihkan serta menjaga kebersihan dilakukan setiap saat (ada orang atau tidak).
- Hidup bersih sangat penting bagi kita karena mempunyai banyak manfaat seperti akan dicintai Allah SWT, menciptakan hidup sehat dan sebagainya.
- Najis, kotor dan hadats mempunyai pengertian yang berbeda-beda dan mendasar yaitu najis adalah suatu bentuk kotoran yang dapat mencegah sahnya mengerjakan suatu ibadah seperti shalat, thawaf dan sebagainya. Dan hadats adalah suatu kejadian atau perbuatan yang menyebabkan seseorang secara hukum kotor dan harus disucikan saat akan melakukan ibadah madhah, seperti shalat dan thawaf, sedangkan sesuatu yang kotor itu belum tentu najis.
- Perilaku bersih adalah perilaku yang akan memberikan dampak positif bagi kita dan lingkungan kita, sedangkan perilaku yang tidak bersih akan selalu memberikan dampak negatif bagi siapapu dan dimanapun.
- Cara membiasakan hidup bersih adalah dengan cara memahami arti tentang hidup bersih dan melakukan hidup bersih walaupun awalnya sangat sulit dilakukan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ad Damsyqi, Al Hanafi, Al Husaini, Ibnu Hamzah. 2005.
Asbabul Wurud 1 Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-Hadits Rasul
(diterjemah oleh H.M.Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim). Jakarta: Kalam Mulia.
Al Hasyimi,
Syaid Ahmad.1995. Terjemah Makhtarul Al Hadis. Jakarta: Pustaka Amani.
Al-Qaradawi,
Yusuf. 2004. Fikih Thaharah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Departemen Agama RI.2002.FIQIH Madrasah Aliyah
Kelas 1. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam.
Mz, Labib. Bimbingan
Shalat Wanita Lengkap. Surabaya: Tiga Dua.
Suhaemi, Masrap dan Abu Laily Istiqamah. 1993. Terjemah
Bulughul Maram. Surabaya: Al-Ikhlas.
http://Aunur
Rohman/an-nadhofah/junal/item/18
[1]
Al-Hasyimi, Syaid Ahmad. Terjemah Mukhtarul Ahadis. Jakarta: Pustaka
Amani.1995.hal 95.
[2] Ad Damsyiqi, Al Hanafi, Al Husaini Ibnu Hamzah. ABABUL
WURUD 1 Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-Hadits Rasul
(diterjemah oleh H.M.Suwarta Wijaya dan Zafrullah Salim). Jakarta: Kalam Mulia.
2005
[3] Departemen Agama RI.2002.FIQIH
Madrasah Aliyah Kelas 1. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama
Islam. Hal 1-2
[4]
Ibid. hal 4-5
[5] Mz, Labib. Bimbingan Shalat Wanita Lengkap.
Surabaya: Tiga Dua. Hlm 21.
[6] Departemen Agama RI. Op.cit.hal5.
No comments:
Post a Comment