Saturday, April 16, 2016

PENDIDIKAN DAN MORALITAS



Penulis : Rahmad Fitriyanto
BAB I
PENDAHULUAN
Bicara soal pendidikan, maka sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari moralitas. Pendidikan yang baik, terdiri dari moralitas yang baik. Barang kali, hal itulah yang di sadari oleh para pendidi tempo dulu. Karena itu, pelajaran budi pekerti menjadi salah satu pelajaran utama. Apa yang terjadikini? Nampaknya, bagi sebagian oarang, pendidikan hanyalah sebuah teori tanpa tindakan, simbol tanpa makna, pakta yang sangat menyedihkan, disisi lain kita sangat sedih menyaksikan bagaimana para pendidik mendemonstrasikan sesuatu yang sungguh bertentangan dengan esensi pendidikan itru sendiri. Mereka secara sadar, terencana dan terus-menerus selama tiga tahun, telah melakukan sesuatu kecurangan, kebohongan yang merupakan pelanggaran hukum. Yang lebih menyedihkan adalah, hal itu mereka lakukan sendiri di depan murid-murid, yang selama bertahun-tahun telah mereka didik. Dengan demikian, mengakhiri perjuangan mereka dihadapan murid-murid dengansuatu tindakan yang tidak bermoral tanpa keteladanan. Rupanya, banyak pendidik di republik ini lupa bahwa mendidik murid yang masih murni dan polos itu tidak cukup hanya di otak, tapi terutama di dalam hati. Pendidikan yang sesungguhnya tidak hanya menghasilkan oarang tetapi terutama menghasilkan siswa yang bermoral.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan dan moralitas
            Menurut kihajar dewantara (1977:22) pendidikan yaitu tuntunnan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya pendidikasn yaitu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anank-anak itu agar mereka sebagai manusia, dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kabahagian setinggi-tingginya.
            Selanjutanya menurut UU.NO.2/1989 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapakan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan atau perananya dimasa akan datang. Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunokasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan, dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long proses) dan generasi ke generasi. Pendidikan sangat bermakna bagi kehidupan individu, masayarakat dan bangsa.

            Moral berasal dari bahasa latin, mores kata jama’ dari mos yang berarti” ada kebiasaan itu”. Dalam bahasa indonesia moral di terjemahkan dalam arti susila, jadi yang maksud dalam moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar, jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum diterima yang meliputi kesatuan sosial dan lingkungan tertentu.
B. Hubungan moralitas dengan pendidikan.
            Antara moral dan ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang sangat mendasar dalam hal teoritik dam pada tatanan praktisnya. Sebab dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap perubahan prilaku, ahklaq seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan agar siswa memehaminya dan dapat melakukan sesutu perubahan pada dirinya.Semula anak belum tahu perhitungan, tetapi setelah memasuki dunia pendidikan sedikit banyak mengetahui kemudian dengan ilmu tersebut, mereka memiliki wawasan luas dan diterapkan dalam tingkah laku. Begitu juga apabila siswa diberi pelajaran tentang moral atau akhlaq pendidikan mengajarkan bagaimana seharusnya manusia itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptaNya (tuhan).
            Dengan demikian posisi ilmu pengetahuan strategis sekali jika dijadikan pusat perubahan prilaku yang kurang baik ke prilaku yang baik. Oleh karena itu, di butuhkan beberapa unsur dalam pendidkan untuk bias dijadikan agen perubahan sikap dan prilaku manusia. Dari tenaga pendidik (pengajar) misalnya, perlu kemampuan propesionalitas dalam bidangnya. Di harus mampu memberi wawasan, materi, mengarahkan, membimbing anaknya didiknya ke hal yang baik dengan penuh perhatian, sabar, ulet, tekun, dan berusaha secara terus-menerus, pengajar hendaknya melakukan pendekan psikologis. Jangan sekali-kali seorang pendidik melakukan keselahan prilaku atau sikap didepan para siswa, akibat dirinya akan mempengaruh akan memeperangaruhi pola pikir anak. Jadi apa yang dilakukan dilakukan di ajarakan dan dicontihkan oleh pengfajar sangat berkaitan erat sekali terhadap pola pikir, perkembangan dan prilaku siswa.
            Unsur lain yang perlu diperhatiakan adalah materi pengajaran apabila materi pengajaran yang disampaikan pendidik menyimpang dan mengarah ke perubahan prilaku yang menyimpang, inilah suatu kebueukan dalam pendidikan. Namun sebaliknya, apabila materinya baik dan benar setidaknya siswa akan terkesan dalam sanubari pribadinya, pengaruh materi tersebut akan memotivasi bagaimana harus bertindak yang baik dan baik dan benar.
            Lingkungan sekolah dalam dunia pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak. Prilaku dari semua anak yang berlainan. Ada anak yang nakal, berprilaku baik dan sopan dalam bahasanya, beringas sifatnya lancar bicaranya, pandai pemikirannya, dan lain sebagainya. Kondisis anak yang sedemikian rupa, dalam interaksi antara anak yang satu dengan anak lainnya akan saling memeperangaruhi pada kepribadian anak dengan demikian lingkungan pandidikan mempengaruhi jiwa anak didik. Dan kemana akan diarahkan anak didik dan parekambangan dan kepribadiannya.
C. Pembinaan Qolbu inti semua pendidikan.
            Pada permulaan sejarah, yaitu pada zama Yunani, lama pendidikan diadakan bukan unruk menyiap tenaga kerja. Pendidikan diadakan dengan tujuan untuk lebih memanusiakan manusia, agar derajat menjadi lebih tinggi sekurang-kurangnya dari pada binatang. Hal ini di dasarkan pada pengalaman sejarah titik bila manusia tidak di didik ia dapat saja berkembang menjadi mahkluk yang lebih jahat dari pada binatang, kita menginginkan manusia yang berkemanusiaan yang tinggi, cerdas, berpengatuhuan, terampil, tetapi tetap saja yang paling utama ialah manusia yang berkemanusiaan. Untuk itu kita hrus mengetahui pada manusia itu yang paling utama harus di didik.
Daya jasmani yang di didik dengar benar akan menghasilakan jasmani yang sehat serta kuat. Akal bila di didik dengar benar akan menghasilkan akal yang jerdas dan pandai, rasa hari yang di didik dengan benar akan menghasilakn nurani yang tajam. Perkembangan ketiga unsur akn menghasilkan manusia yang utuh (kaffah). Dalam kajian lebih lanjut ditemukan bahwa ketiga unsur tersebut ternyata unsur hati atau rasa atau Qalbu itulah yang merupakan unsur terpenting pada manusia.
Kemanusiaan manusia ada di dalam hatinya, hatinya itulah yang mengendalikan manusia. Karna itu pendidikan seharusnya mengutamakan pembinaaan hati. Supaya hati perkembang menjadi hati yang baik, hati itu harus berisi kabaikan. Tuhan adalah kebaikan tertinggi, karena itu agar hati itu baik harus berisi tuhan. Orang yang beriman adalah orang yang hatinya berisi tuhan, iman tidak bertempat di badan atau jasmani melainkan hati.Bila manusia telah beriman, berati tuhan telah berada di dalam hatinya, maka oarang itu keseluruhan akan dikendalikan tuhan inilah hakekat beriman yaitu takkala manusia telah dikendalikan tuhan. Bila konsep itu telah dipahami maka, tidak ada kemungkinan selain mengerahkan segenap usah pendidikan untuk menanamkan usaha pendidikan untuk menanamkan iman di hati.
D. Iman inti dari pendidikan.
            Manusia memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kebinatangan dan sifat kemalaikatan, sifat mana yang akan berkembang akan di tentukan oleh pendidikan yang akan di terima. Menurut pendapat Prof. DR. Ahmad tafsir sistem pendidikan nasional dalam undang-undang menjadi penyebab utama hancurnya pendidikan pendidikan negara kita speri sekarang. Pendidikan kta harus di bangun dari dasar filosopis negara yaitu pancasila, itu sendiri intinya adalah keimanan, yaitu berarti keimanan adalah inti filosopis negara kita. Namun dalam pasal empat UU.NO.2 1989 di ketahui bahwa inti pendidikan adalah manusia utuh. Akibat dari pasal empat ( manusia utuh ) ialah kurikulum kita terkompartemental. Dan inilah yang menyebabkan pendidikan keimanan tidak menjadi pusat perhatian pendidikan akibatnya banyak sekali lulusan yang berpendidikan tinggi yang bermoral rendah.

BAB III
PENUTUP
            Pendidikan pada dasranya adalah proses komunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life long proses) jika pendidikan terlalu berat sebelah dengan menganakemaskan iftek, bukankah akan melahirkan manusia-manusia hipokrit yang kering sentuhan manusia, sehingga mudah tergoda oleh nafsu kebendawiyan dengan memghalalkan segala cara untuk memuaskan kepuasan. Agar negara cepat pulih dan penguasaaan saintek semakin cepat yang dapat di lakukan yaitu menjadikan pendidikan keimanan sebagai inti sistem pendidikan nasional. Itu buka berarti menambahkan jam pelajaran keimanan, itu berarti mengubah paradigma pendidikan. Bagaiman pendidikan moral itu dilaksanakan? Dasar teorinya adalah semakin kuat iman semakin baik ahklaqnya.      





 

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِ...