Penulis : Rahmad Fitriyanto
BAB
I
PENDAHULUAN
Bicara
soal pendidikan, maka sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari moralitas.
Pendidikan yang baik, terdiri dari moralitas yang baik. Barang kali, hal itulah
yang di sadari oleh para pendidi tempo dulu. Karena itu, pelajaran budi pekerti
menjadi salah satu pelajaran utama. Apa yang terjadikini? Nampaknya, bagi
sebagian oarang, pendidikan hanyalah sebuah teori tanpa tindakan, simbol tanpa
makna, pakta yang sangat menyedihkan, disisi lain kita sangat sedih menyaksikan
bagaimana para pendidik mendemonstrasikan sesuatu yang sungguh bertentangan
dengan esensi pendidikan itru sendiri. Mereka secara sadar, terencana dan
terus-menerus selama tiga tahun, telah melakukan sesuatu kecurangan, kebohongan
yang merupakan pelanggaran hukum. Yang lebih menyedihkan adalah, hal itu mereka
lakukan sendiri di depan murid-murid, yang selama bertahun-tahun telah mereka
didik. Dengan demikian, mengakhiri perjuangan mereka dihadapan murid-murid
dengansuatu tindakan yang tidak bermoral tanpa keteladanan. Rupanya, banyak
pendidik di republik ini lupa bahwa mendidik murid yang masih murni dan polos
itu tidak cukup hanya di otak, tapi terutama di dalam hati. Pendidikan yang
sesungguhnya tidak hanya menghasilkan oarang tetapi terutama menghasilkan siswa
yang bermoral.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pendidikan dan moralitas
Menurut kihajar dewantara (1977:22)
pendidikan yaitu tuntunnan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Adapun maksudnya
pendidikasn yaitu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anank-anak itu
agar mereka sebagai manusia, dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kabahagian setinggi-tingginya.
Selanjutanya menurut UU.NO.2/1989
tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk
menyiapakan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan
atau perananya dimasa akan datang. Pendidikan pada dasarnya adalah proses
komunokasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan, dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat (life
long proses) dan generasi ke generasi. Pendidikan sangat bermakna bagi
kehidupan individu, masayarakat dan bangsa.
Moral berasal dari bahasa latin,
mores kata jama’ dari mos yang berarti” ada kebiasaan itu”. Dalam bahasa
indonesia moral di terjemahkan dalam arti susila, jadi yang maksud dalam moral
adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana
yang baik dan wajar, jadi sesuai dengan ukuran-ukuran tindakan yang oleh umum
diterima yang meliputi kesatuan sosial dan lingkungan tertentu.
B. Hubungan moralitas
dengan pendidikan.
Antara moral dan ilmu
pengetahuan memiliki hubungan yang sangat mendasar dalam hal teoritik dam pada
tatanan praktisnya. Sebab dunia pendidikan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap
perubahan prilaku, ahklaq seseorang. Berbagai ilmu diperkenalkan agar siswa
memehaminya dan dapat melakukan sesutu perubahan pada dirinya.Semula anak belum
tahu perhitungan, tetapi setelah memasuki dunia pendidikan sedikit banyak
mengetahui kemudian dengan ilmu tersebut, mereka memiliki wawasan luas dan
diterapkan dalam tingkah laku. Begitu juga apabila siswa diberi pelajaran
tentang moral atau akhlaq pendidikan mengajarkan bagaimana seharusnya manusia
itu bertingkah laku, bersikap terhadap sesamanya dan penciptaNya (tuhan).
Dengan demikian posisi ilmu
pengetahuan strategis sekali jika dijadikan pusat perubahan prilaku yang kurang
baik ke prilaku yang baik. Oleh karena itu, di butuhkan beberapa unsur dalam
pendidkan untuk bias dijadikan agen perubahan sikap dan prilaku manusia. Dari
tenaga pendidik (pengajar) misalnya, perlu kemampuan propesionalitas dalam
bidangnya. Di harus mampu memberi wawasan, materi, mengarahkan, membimbing
anaknya didiknya ke hal yang baik dengan penuh perhatian, sabar, ulet, tekun,
dan berusaha secara terus-menerus, pengajar hendaknya melakukan pendekan
psikologis. Jangan sekali-kali seorang pendidik melakukan keselahan prilaku
atau sikap didepan para siswa, akibat dirinya akan mempengaruh akan
memeperangaruhi pola pikir anak. Jadi apa yang dilakukan dilakukan di ajarakan
dan dicontihkan oleh pengfajar sangat berkaitan erat sekali terhadap pola
pikir, perkembangan dan prilaku siswa.
Unsur lain yang perlu diperhatiakan
adalah materi pengajaran apabila materi pengajaran yang disampaikan pendidik
menyimpang dan mengarah ke perubahan prilaku yang menyimpang, inilah suatu
kebueukan dalam pendidikan. Namun sebaliknya, apabila materinya baik dan benar
setidaknya siswa akan terkesan dalam sanubari pribadinya, pengaruh materi
tersebut akan memotivasi bagaimana harus bertindak yang baik dan baik dan
benar.
Lingkungan sekolah dalam dunia
pendidikan merupakan tempat bertemunya semua watak. Prilaku dari semua anak
yang berlainan. Ada anak yang nakal, berprilaku baik dan sopan dalam bahasanya,
beringas sifatnya lancar bicaranya, pandai pemikirannya, dan lain sebagainya.
Kondisis anak yang sedemikian rupa, dalam interaksi antara anak yang satu
dengan anak lainnya akan saling memeperangaruhi pada kepribadian anak dengan
demikian lingkungan pandidikan mempengaruhi jiwa anak didik. Dan kemana akan
diarahkan anak didik dan parekambangan dan kepribadiannya.
C. Pembinaan Qolbu inti
semua pendidikan.
Pada permulaan sejarah, yaitu pada
zama Yunani, lama pendidikan diadakan bukan unruk menyiap tenaga kerja.
Pendidikan diadakan dengan tujuan untuk lebih memanusiakan manusia, agar
derajat menjadi lebih tinggi sekurang-kurangnya dari pada binatang. Hal ini di
dasarkan pada pengalaman sejarah titik bila manusia tidak di didik ia dapat
saja berkembang menjadi mahkluk yang lebih jahat dari pada binatang, kita
menginginkan manusia yang berkemanusiaan yang tinggi, cerdas, berpengatuhuan,
terampil, tetapi tetap saja yang paling utama ialah manusia yang
berkemanusiaan. Untuk itu kita hrus mengetahui pada manusia itu yang paling
utama harus di didik.
Daya
jasmani yang di didik dengar benar akan menghasilakan jasmani yang sehat serta
kuat. Akal bila di didik dengar benar akan menghasilkan akal yang jerdas dan
pandai, rasa hari yang di didik dengan benar akan menghasilakn nurani yang
tajam. Perkembangan ketiga unsur akn menghasilkan manusia yang utuh (kaffah).
Dalam kajian lebih lanjut ditemukan bahwa ketiga unsur tersebut ternyata unsur
hati atau rasa atau Qalbu itulah yang merupakan unsur terpenting pada manusia.
Kemanusiaan
manusia ada di dalam hatinya, hatinya itulah yang mengendalikan manusia. Karna
itu pendidikan seharusnya mengutamakan pembinaaan hati. Supaya hati perkembang
menjadi hati yang baik, hati itu harus berisi kabaikan. Tuhan adalah kebaikan
tertinggi, karena itu agar hati itu baik harus berisi tuhan. Orang yang beriman
adalah orang yang hatinya berisi tuhan, iman tidak bertempat di badan atau
jasmani melainkan hati.Bila manusia telah beriman, berati tuhan telah berada di
dalam hatinya, maka oarang itu keseluruhan akan dikendalikan tuhan inilah
hakekat beriman yaitu takkala manusia telah dikendalikan tuhan. Bila konsep itu
telah dipahami maka, tidak ada kemungkinan selain mengerahkan segenap usah
pendidikan untuk menanamkan usaha pendidikan untuk menanamkan iman di hati.
D. Iman inti dari
pendidikan.
Manusia
memiliki dua sifat utama, yaitu sifat kebinatangan dan sifat kemalaikatan,
sifat mana yang akan berkembang akan di tentukan oleh pendidikan yang akan di
terima. Menurut pendapat Prof. DR. Ahmad tafsir sistem pendidikan nasional
dalam undang-undang menjadi penyebab utama hancurnya pendidikan pendidikan
negara kita speri sekarang. Pendidikan kta harus di bangun dari dasar filosopis
negara yaitu pancasila, itu sendiri intinya adalah keimanan, yaitu berarti
keimanan adalah inti filosopis negara kita. Namun dalam pasal empat UU.NO.2
1989 di ketahui bahwa inti pendidikan adalah manusia utuh. Akibat dari pasal
empat ( manusia utuh ) ialah kurikulum kita terkompartemental. Dan inilah yang
menyebabkan pendidikan keimanan tidak menjadi pusat perhatian pendidikan
akibatnya banyak sekali lulusan yang berpendidikan tinggi yang bermoral rendah.
BAB
III
PENUTUP
Pendidikan pada dasranya adalah
proses komunikasi yang di dalamnya mengandung transformasi pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung
sepanjang hayat (life long proses) jika pendidikan terlalu berat sebelah dengan
menganakemaskan iftek, bukankah akan melahirkan manusia-manusia hipokrit yang
kering sentuhan manusia, sehingga mudah tergoda oleh nafsu kebendawiyan dengan
memghalalkan segala cara untuk memuaskan kepuasan. Agar negara cepat pulih dan
penguasaaan saintek semakin cepat yang dapat di lakukan yaitu menjadikan
pendidikan keimanan sebagai inti sistem pendidikan nasional. Itu buka berarti
menambahkan jam pelajaran keimanan, itu berarti mengubah paradigma pendidikan.
Bagaiman pendidikan moral itu dilaksanakan? Dasar teorinya adalah semakin kuat
iman semakin baik ahklaqnya.
No comments:
Post a Comment