Saturday, April 16, 2016

PERILAKU KOLEKTIF DAN PERILAKU MENYIMPANG




Oleh : Rahmad Fitriyanto
BAB I
Pendahuluan
A.    Latar belakang
            Fenomena perilaku menyimpang dalam kehiduan bermasyarakat banyak sekali kita temui dalam masyarakat oleh karena itu sangat menarik untuk di bahas.sisi yang menarik bukan saja kareba pemberitaan tentang berbagai perilaku manusia yang ganjil tersebut banyak diangkat dalam media massa, tetapi juga tindakan tersebut mengganggu ketertiban masyarakat sehingga tindakan-tindakan menyimpang tersebut merupakan masalah kriminal dan tindakan asusila sehingga melanggar norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat.

            Perilaku menyimpang kemudian menyiratkan kesan, meskipun tidak ada masyarakat yang seluruh warganya untuk mentaati peraturan norma social dan ketika ada salah satu warga yang melakukan pelanggarang terhadap norma social maka mereka meganggap telah mencoreng aib diri sendiri maka terjadilah pengucilan dari masyarakat yang merupakan control bagi yang melakukan pelanggaran itu sendiri.
            Perilaku menyimpang banyak sekali yang terjadi di masa sekarang ini sehingga dalam makalah ini saya akan jelaskan berbagai perilaku menyimpang yang ada dalam sosiologi, semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi anda. 

B.    Rumusan Masalah
1.      Apa itu perilaku kolektife dan perilaku menyimpang ?
2.      Faktor penentu perilaku menyimpang ?
3.      Perilaku apa saja yang digolongkan sebagai menyimpang ?
4.      Teori apa saja dalam sosiologi ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian perilaku kolektif
Peilaku kolektif biasa di kwalifikasi sebagai perilaku yang tidak teratur atau tidak berstruktur.Perlakuan itu biasanya ditandai dengan kebebasan bertindak secara emosional, maupun hubungan pribadi yang mempunyai ekstentitas yang tinggi dalam suatu tujuan.contohnya antara perilakuan dalam kerumunan, demontrasi, penyebaran desas desus dan lain-lain[1].Perilaku kolektif adalah perilaku yang dilakukan bersama oleh sejumlah orang yang sifatnya tidak rutin dan merupakan tanggapan rangsangan tertentu. Perilaku kolektif tersebut tidaklah selalu memgakibatkan terjadinya perubahan atau kegoncangan .Kadang-kadang proses tersebut tidak mendapat perhatian, akan tetapi mengakibatkan  terjadinya perubahan pada nilai-nilai dan kaedah-kaedah yang berlaku.
Defenisi perilaku menyimpang menurut hasil para ahli yang telah melakukan studinya di berbagai kelompok masyarakat (Clinard & Meirer, 1989:4-7). Menurut studi-studi tersebut , maka perilaku menyimpang dapat didefenisikan secara berbeda berdasarkan empat sudut pandang yaitu :
1.      Secara Statitikal
Defenisi secara statitikal adalah segala perilaku yaang bertolak dari suatu tindakan yang bukan rata-rata atau perilaku yang jarang dan tidak sering dilakukan.Pendekatan ini berasumsi bahwa sebagian besar masyarakat dianggap mereka melakukan cara-cara dan tindakan yang benar. Defenisi ini sulit untuk diterima karena dapat mengarah kepada kesimpulan yang membingungkan. Misalnya ; ada sekelompok minoritas memiliki kebiasaan berbeda dari kelompok bebeda dari kelompok mayoritas, maka apabila menggunakan defenisi statitikal di anggap sebagai orang-orang yang menyimpang, yaitu maksudnya apabila di kelompok minoritas tidak memakai sabu-sabu atau minuman berakohol ataupun yang lainnya maka mungkin di anggap atau di pertimbangkan menyimpang apabila kelompok mayoritas melakukan tindakan-tindakan tersebut.
2.      Secara Absolute atau Mutlak
Defenisi ini berasal dari kaum absolutis yaitu berangkat dari aturan-aturan sosial yang dianggap sebagai sesuatu yang mutlak atau jelas dan nyata, sudah ada sejak dahulu serta berlaku tampa terkecuali, untuk semua warga masyarakat. Kelompok absolutis berasumsi , bahwa aturan dasar dari suatu masyarakat adalah jelas dan anggota-anggotanya harus menyetujui tentang apa yang disebut sebagai penyimpangan atau bukan.
3.      Secara  Reaktif
Menurut kaum  reaktivitas yaitu perilaku menyimpang yang berkenaan dengan reaksi masyarakat atau agen control social terhadap tindakan yang dilakukan seseorang yaitu dalam arti apabila ada reaksi dari masyarakat atau agen kontrol social dan kemudian mereka memberi cap atau tanda (labeling ) terhadap si pelaku, maka pelaku itu telah dicap menyimpang dan dianggap menyimpang. Kaum reaktivis menolak anggapan bahwa apa yang dipertimbangkan menyimpang merupakan bawaan lahir seperti anggapan ahli biologi bahwa ciri-ciri fisik tertentu dari seseorang dapat menjadi penanda bahwa ia penjahat, misalnya bentuk kepala, rahang yang besar, hidung bengkok dll.
4.      Secara Normatif
Disudut pandang ini berdasarkan asumsi bahwa penyimpangan adalah
sesuatu pelanggaran dari sesuatu norma social.Norma dalam hal ini adalah suatu standar tentang “ apa yang seharusnya atau tidak seharusnya atau tidak seharusnya dipikirkan, dikatakan, atau dilakukan oleh warga masyarakat pada suatu keadaan tertentu “.
Pelanggaran terhadap norma social seringkali diberi sanksi oleh para penonton-penonton social yaitu sebagai tekanan dari sebagian besar masyarakat sebagai conform dengan norma-norma tersebut. Ada dua konsepsi umum tentang norma, yaitu :
A.    Sebagai suatu evaluasi atau penilaian dari tingkah laku, yaitu penilaian terhadap perilaku yang dianggap baik atau tidak baik atau tidak seharusnya terjadi.
B.     Sebagai tingkah laku yang diharapkan atau dapat diduga, yaitu menunjuk pada atura-aturan tingkah laku yang berdasarkan pada kebiasaan atau adat istiadat masyarakat.[2]
B.     Faktor terjadinya perilaku kolektif
Menurut Soejno soekanto factor terjadinya perilaku kolektif akan terjadi pada saat kondisi- kondisi berikut :
a.       Tidak adanya atau telah pudarnya kaedah-kaedah .
Yaitu apabila tidak ada lagi kaedah yangt mengatur peristiwa-peristiwa tertentu, maka warga masyarakat membuat kaedah sendiri, hal ini juga akan terjadi ketika kaedah yang ada telah pudar.
b.      Perumusan keputusan-keputusan yang samar-samar,atau bersifat sangat terbuka.
Keadaan semacam ini menimbulkan berbagai macam penafsiara yang mengakibatkan terjadinya konflik yang negative akibat dan pengaruhnya yaitu dari keputusan-keputusan yang samar-samar tadi.
c.        Perubahan pada pandangan hidup dan nilai-nilai .
Situasi semacam ini mungkin terjadi, misalnya proses industrilisasi dalam suatu masyarakat.Hal-hal yang tradisional dipertanyakan kegunaannya, dan adat istiadat mengalami tekanan –tekanan didalam kelangsungannya, oleh karena dianggap sebagai penghambat.
d.      Terjadinya kegoyahan pada kewibawaan para pemimpin masyarakat.
Perilaku kolektif dapat terjadi ketika ada suatu masalah yang membuat emosi seseorang atau kelompok menjadi tegangan sosial, sehingga emosi tersebut dapat digerakkan ketika terjadinya ketegangan dalam dirinya atau kelompok tersebut.
C.    Perilaku yang termasuk menyimpang
Secara umum perilaku yang digolongkan menyimpang diantara lain ;
1.      Tindakan yang nonconfrom, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau norma-norma yang ada. Contoh:  memakai sandal ke kampus, membuang sampah bukan di tempat yang semestinya, meninggalkan kelas saat jam kuliah.
2.      Tindakan yang anti sosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Bentuk tindakan  asocial antara lain : tidak mau berteman, keinginan bunuh diri,menggunakan narkoba atau obat-obat berbahaya.
3.      Tindakan–tindakan kriminal, yaitu tindakan yang secara nyata telah melanggar aturan-aturan hukum tertulis  dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Contoh:  pembunuhan, perampokan, pencurian.

D.    Teori-teori perilaku menyimpang
Pemahaman tentang bagaimana seseorang atau kelompok orang dapat berperilaku menyimpang dapat dipelajari dari berbagai prospektif teoritis.Paling tidak ada dua prospektif yang dapat digunakan untuk memahami sebab dan latar belakang seseorang atau kelompok orang yang berperilaku menyimpang yaitu, Prospektif  individualitik dan teori-teori sosiologi.
Ø  Teori-teori individualistic yaitu berusaha mencari penjelasan tentang munculnya tindakan menyimpang melalui kondisi yang secara unik yang mempengaruhi individu.Warisan genetic biologis atau pengalaman-pengalaman awal dari kehidupan dalam keluarganya, adalah beberapa sebab yang diduga melatar belakangi perilaku menyimpang pada diri seseorang.
Ø  Sedangkan teori-teori yang berspektif sosiologis tentang penyimpangan berupanya menggali kondisi-kondisi social yang mendasari penyimpangan, adapun teori-teorinya antara lain adalah Anomie, Sosialisai,control social,labeling dan konflik.
a.       Teori Anomie berasumsi bahwa penyimpangan adalah akibat dari adanya berbagai keterangan dalam suatu struktur social sehingga dalam individu yang mengalami tekanan dan akhirnya menjadi penyimpangan.
b.      Teori Differential assotition,teori ini diciptakan oleh Edwain H. Suhtherland. Menurut pandangannya penyimpangan bersumber pada differential assotional (pergaulan yang berbeda), bahwa penyimpangan dapat dipelajari melalui proses budaya.Dan menurutnya, penyimpangan adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas sesuatu sikap atau tindakan yang dipelajari dari norma-norma yang menyimpang, terutama dari subkultur atau diantara teman-teman sebaya yang menyimpang.
c.       Teori control, yaitu bahwa penyimpangan merupakan hasil dasi kekosongan control atau pengendalian social. Teori ini dibangunatas dasar pandangan bahwa setiap manusia cenderung untuk tidak patuh pada hokum atau memiliki dorongan untuk melakukan pelanggaran hokum.
d.      Teori Labeling (teori pemberian cap/teori reaksi masyarakat ). Menurut para ahli teori labeling , penyimpangan merupakan sesuatu yang bersifat relative menambahkan mungkin juga membingunkan. Karena untuk memahami apa yang dimaksud sebagai suatu tindakan menyimpang harus diuji melalui reaksi orang lain.Melalui devenisi itu dapat ditetapkan bahwa menyimpang adalah tindakan yang dilabelkan kepada seseorang atau pada siapa label secara khusus telah ditetapkan.
e.       Teori Konflik , Teori ini lebih menitik beratkan analisisnya pada asal-usul  terciptanya suatu aturan atau tata tertib social. Teori ini bertujuan untuk menganalisis asal-usul terjadinya pelanggaran peraturan atau latar belakang seseorang berperilaku menyimpang.Perspek konflik lebih menekankan sifat pluralistic dari masyarakat dan ketidak seimbangan distribusi kekuasaan yang terjadi diantara berbagai kelompok.








DAFTAR PUSTAKA

Narwoko J.Dwi  dan Suyanto Bagong,  Sosiologi texs pengantar dan terapna, Jakarta , kencana :2004
Soekantro Soejono, Memperkenalkan Sosiologi, Jakarta,Rajawali:1982  
Kamanto Sunarto.Pengantar sosiologi.Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.2004
J.Cohen Bruce.sosiologi suatu pengantar.Jakarta:Rineka Cipta.1992



[1] Soejono soekanto, memperkenalkan sosiologi,CV.Rajawali- Jakarta,1982hal.21

[2] J.Dwi Narmoko & Bagong susanto, Sosiologi Texs pengantar dan terapan, Kencana prenada media group,2006, hal.105

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِ...