Tuesday, April 19, 2016

KEBAHAGIAAN SEJATI DALAM ISLAM



Oleh : Rahmad Fitriyanto
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
Islam lahir ke Dunia ini dengan membawa penerangan bagi umatnya. Sebelum islam lahir berbagi kecaman telah merasuki jiwa kaum muslimin. Setelah datangnya Islam timbul setitik harapan dan kebahagiaan yang menyelimuti hati kaum muslimin. Setiap manusia selalu menambakan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

Itulah manusia yang mempunyai harapan dan tujuan hidup untuk menggapai suatu kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan suatu bentuk perasaan dari seseorang yang setiap manusia pasti mengalaminya. Perasaan bahagia adalah bagian dari emosi yang mana peristiwa-peristiwa yang timbul dihadapan manusia yang sesuai dengan suasana hati dan mungkin itu dapat memberikan suasana baru berupa kesenangan dan disebut dengan fase kebahagiaan. Perasaan tidak dapat diukur dengan materi karena itu merupakan suasana hati yang ada dalam sanubari.
Dalam kenyataanya, manusia akan merasa bahagia jika apa yang menjadi harapanya tercapai, misalmya seorang akan merasa senag jika dalam setiap harinya dapat memberi atau berbagi kepada orang lain. Hal ini akan mempengaruhi gejala jiwa pada seseorang. Perasaan itu timbul sebagai akibat terhadap stimulasi yang menegnai individu,semata-mata bergantung pada stimulasi dari luar, sebab adakalanya suatu kedaan tidak menimbulkan perasaan sama sekali.[1]
Lain dari pada itu keadaan jasmani juga akan mempengaruhi kebahagiaan pula. Misalnya kondisi badan yang lesu dan tidak sehat akan berpengaruh pada kondisi jiwanya. Perasaan menjadi sedih, malas, dan lain-lain. Dalam islam selalu mengajarkan untuk hidup sederhana untuk tetap bahagia. Hidup bahagia tidak selalu berwujud pada harta yang melimpah. Kesederhanaan harus selalu dijaga dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Senyum merupakan wujud dari kebahagiaan, apapun keadaan hidup kita harus senantiasa selalu disyukuri dan wujud syukur itulah yang merupakan inti dari kebahagiaan.
B.  Rumusan Masalah
Dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa rumusan masalah
1.             Apa hakikat dari islam dan kebahagiaan?
2.             Apa saja yang menjadi komponen-komponen kebahagiaan dalam islam?
3.             Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan?



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Islam dan Kebahagiaan
Islam menyatakan bahwa kebahagiaan adalah anugerah. Betapa indahnya Islam dalam mengatur kehidupan manusia. Anugerah dari Allah adalah kebahagiaan yang tak terkira. Kebahagiaan dan kesejahteraan adalah harapan bagi manusia, akan tetapi kebahagiaan bukan merujuk pada sift jasmani insane, akan tetapi merujuk pada keyakinan diri akann hakikat terakhir yang mutlak yang akan dicari-cari itu.  Keyakinan diri itu berupa keyakinan akan hak Ta’ala dan penuaian amalan yang dikerjakan oleh diri berdasarkan berdasarkan hati nuraninya.
Kebahagiaaan hidup dalam penangan Islam tidak hanya dilihat pada sisi materi saja. Imam Al- ghazali menyatakan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah jika manusia berhasil mencapai ma’rifatullah. Tiap-tiap sesuatu bila kita rasakan nikmat,kesenagngan ankelezatanya maka rasaa itulah yang dinamakan kebahagiaan.limpahan karunia yang Allah berikan dengan usaha yang kita jalani, semakin membuat manusia merasa bersyukur. Manusia bebas dalam memilih jalan akan tetapi tak pernah lepas dari takdir Allah. Dalam kebahagiaan ada dua kata kunci yaitu takdir dan usaha.
1.              Takdir
Takdir merupakan ketetapan/ ketentuan Allah kepada manusia. Jikamanusia meyakini akan takdir Allah, maka timbulah ketabahan, yang mana dengan ketabahan itu hati akan merasa tenang. Ketabahan itu yang memicu dari kebahagiaan yang melawan dari tekanan keadaan dank an memancarkan cahaya pasrah yang mampu menepis kesal dan amarah.
Dalam Firman Allah Q.S. Al- insan :12 dijelaskan “ dan Dia member balasan kepada mereka karena ketabahan mereka (dengan) Syurga dan (pakaian) sutera…”. Itulah balasan bagi orang-orang yang ikhlas,tabah dan sabar maka kebahagiaan akhiratlah jaminanya.
2.              Usaha
Usaha yang baik akan mengandung nilai yang sakralyang mengandung kekuatan dan keikhlasan. Orang aka merasa bahagia jika usaha yang dilakukan menampakan hasil seperti yang diharapkan. Usaha yang dilakukan orang mukmin tak lepas dari bingkai ibadah, sebagai pengabdian diri kepada Allah.
Manusia lebih mudah dalam mencapai kebahagiaan. Sebagai hamba muslim, jika ia pandai bersyukur akan nikmat Allah maka hati dan pikiran akan merasa tenang dan terasa lebih tentram. Pada hakikatnya kebahagiaan yang didapat oleh seseorang muslim lebih bersifat nyata dan pasti. Sementara bagi orang yang tidak beriman kebahagiaan itu hanyalah letupan sesaat. Ketika menemukan hal-hal yang diinginkan maka ia akan terlepas dari beban yang menghimpitnya. Akan tetapi jika hal itu hilang maka hilnglah kebahagiaan itu. Karena tidak disertai dengan keikhlasan. Kebahagiaan tetaplah rahasia Illahi
Dari pemaparan tersebut kita tahu bahwasanya kebahagiaan merupakan perasaan damai dan tenang yang timbul pada diri manusia. Sehingga muncul kesenangan hidup. Rasa bahagia timbul karena usaha dan hasil yang sesuai, akan tetpai jika manusia pandai bersyukur setiap apapun yang dihadapinya akan mengandung hikmah atau makna kebahagiaan.

B.  Komponen-komponen Bahagia dalam Islam
Telah disinggung sebelumnya bahwa kebahagiaan bagian dari emosi. Dalam psikologi islam disebutkan bahwaperasaan gembiramerupakan ekspresi dari kesenangan yang terbebas dari ketegangan, dan biasanya disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba an bersifat social yang melibatkan orang lain di sekitar orang yang gembira tersebut.[2]
Kehidupan adalah proses maju kedepan yang terus dan esensinya ialah penciptaan terus menerus dari gairah dan cita-cita. Kedaan yang terus menerus ini mempunyai nilai yang paling tinggi bagi usaha manusia. Dan keadaan inilah yang menjuruskan manusia kepada kemerdekaan dan keabadian.[3]
Pada dasarnya hidup untuk apa? Bukankah hidup ini hanya satu yang selalu menjadi tujuan? Bukankah itu kebahagiaan? Sungguh setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan.
1.    Hidup Bermakna
Hidup di dunia ini adalah tantangan apa yang harus dilakukan? Sebagai hamba Allah manusia hidup untuk mengabdikan diri kepadaNya. Selalu mencari jalan untuk menggapai keridaanNya. Untuk apa manusia bekerja keras, mengejar impiannya jika tidak memiliki tujuan hidup? Memiliki tujuan hidup berarti memiliki pelita untuk berjalan dalam kegelapan. Kita menjadi tahu bahwa ada yang perlu diperjuangkan selama menjalani hidup yang singkat ini. Dalam kacamata penganut hedonism, hidup yang bermakna adalah yang memberikan kenyamanan dan kenikmatan.[4] Jika kita melihat paradigma di atas menunjukkan bahwa kenikmatan hidup semata yang mendatangkan kebahagiaan. Manusia membutuhkan materi akan tetapi kebahagiaan tidak hanya diukur dengan materi. Manusia harus mampu menyeimbangkan porsi hidup agar tidak terlena. Hidup ini menajdi bermaknsa jika kita memberikan makna. Komarudin Hidayat menuturkan hidup adalah rekreasi, jika kita bertemu dengan jiwa-jiwa yang dating dari rumah yang sama dan kembali ke rumah yang sama. Selama kita menghayati bahwa hidup merupakan perjalanan kembali, maka hidup merupakan suatu perjalanan yang indah dan menyenangkan.[5]
Sebagai seorang muslim yang sejati harus mampu memebrikan yang terbaik utnuk hidup ini. Hidup lebih bermakan jika manusia ada rasa ingin berbagi, berusaha an berdoa, hakikat kebahagiaan tidak hanya dalam materi.Allah berfirman dalam surat al Muthaffifin ayat 26

26. laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.
Manusia  hidup untuk berpikir dan memiliki makna dan tujuan yang sebenarnya untuk mencapai kebahagiaan akhirat.
2.         Keseimbangan Hidup
Kesuksesan akan mudah dituju jika dapat menyeimbangkan hidup. Banyak orang yang hiduonya cemerlang akan tetapi tidak apat menikmati kebahagaiaan. Hidup yang seimbang akan mencapai hasil yang seimbang pula. Sukses itu tidak selalu sebangun dengan bahagia karena kebahagiaan menyangkut perasaaan bukan hasil. Bahagia adalah apa yang kita rasakan yang menjadi tolak ukur bahagia adalah perasaan senang atau tidak. Jika kita menganggap bahwa sukses terkait dengan materi maka bahagia lebih bersifat abstrak. Kita lihat kenyataan hidup ini. Seorang petani yang hidup pas-pasaan, rumah sederhana, akan tetapi mereka jauh merasa lebih bahagia, pikiran tenang. Jika dibandingkan dengan orang yang hidupnya bisa tercukupi, akan tetapi hidupnya tidak tenang,penuh dengan kegelisahan. Itu disebabkan karena mereka hanya mengejar materi.  Jika memandang hal ini, untuk apa hiup jika hanya mengejar ketidakpastian? Kebahagiaan terletak pada bagaimana kita mengendalikan perasaan dengan baik. Boleh jadi dalam ukuran manusia, kita inilai tidak  sukses, tetapi dengan ukuran perasaan kita justru lebih bahagia dibanding mereka yang lebih sukses.
Kesuksesan lebih mudah diukur akan tetapi kebahagiaan tidak bisa diukur hanya orang yang merasakan bahagia yang dapat memahaminya.[6] Mencari kebahagiaan hidup duniawi dengan harta, jabatan dan popularitas. Tapi mengabaikan akhirat tentu tidaklah tepat. Begitu juga sebaliknya. Sosok yang ideal adalah yang mampu meraih keseimbangan antara dunia dan akhirat dengan menggapai kebahagiaan  hidup di keduanya. Sehingga kita dianjurkan untuk berdoa; “Ya Allah ya Tuhan kami, berilah kami kebahagaiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka”. Hidup yang baik adalah yang seimbang. Ketika kita bisa menyeimbangkan antara makna dan tujuan hidup, maka kebahagiaan akan datang sendiri tanpa dicari.
3.         Usaha maksimal
Dalam Qur’an surat Yusuf ayat 87, Allah berfirman “ Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Islam tak hanya mengajarkan kepada umatnyauntuk berdo’a kepada Tuhan,melainkan mengajari kita untuk berusaha secara maksimal. Usaha yang sungguh-sungguh disertai dengan do’a yang sungguh-sungguh pula. Keseimbangan antara do’a dan usaha yang maksimal inilah yang akan menjadi pintu dalam mencapai kebahagiaan yang hakiki. Karenanya kesuksesan dan kebahagiaan bukanlah subuah keberuntungan semata,akan tetapi keduanya harus diikhtiri melalui perencanaan yang matang,keyakinan dan keuletan serta niat yang baik. Allah berfirman “ Apabila kamu telah menunaikan shalat,beterbarlah kemuka bumi, dan carilah karunia Ku, dan ingatlah AKU supaya kamu menjadi orang yang beruntung”. (Q.S. Al-jumu’ah : 10).
Manusia dianjurkan untuk bekerja kertas sebagai ungkapan rasa syukurNya yang Allah berikan. Bekerja merupakan motivasi dari ibadah yang seharusnya selalu memberikan yang terbaik. Bekerja secara maksimal adlaha wujud dari “ihsan”. Dengan motivasi tersebut akan melahirkan jiwa yang jujur, profesional, dalam kondisi apapun. Sebenarnya jika diusut untuk apa manusia itu bekerja banting tulang? Tak lain dari semua itu adlah untuk mencapai keberhasilan dan kebahagiaan.
Kepuasan akan lahir jika hasil yang diharapkan tercapai dengan usahanya sendiri. Jika manusia selalu memegang prinsip-prinsip Islam, seperti dalam sebuah Hadist yang menuturkan “ Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kau akan hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu sekan-akan kau akan mati esok”. Dunia tak akan pernah menjamin akan adanya kebahagiaan tanpa usaha yang sungguh-sungguh. Kebahagiaan akan terlengkapi jika dibarengi dengan berbagi rasa ingin memberi kepada orang lain. Semakin orang tidak merasa bahagia semakin puas perasaan kecewa yang muncul. Kesuksesan itu muncul karena dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh.

C.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan dalam Islam
Islam memandang bahwa materi merupakan sarana bukan tujuan dalam mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan tidak dating dengan dengan sendirinya semua itu perlu adanya proses dan proses menuju jalan itu biasanya ada yang mempengaruhinya. Dapat disinggung bahwa hal-hal yang mempengaruhi kebahagiaan antara lain :
1.         Beriman dan beramal shaleh
Dalam meraih kebahagiaan melalui iman dapat ditinjau dari beberapa segi
a.         Orang yang beriman kepada Allah Yang Mahatinggi dan Yang Esa, tiada sekutu bagi-Nya, dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran dosa, maka dia akan merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak akan galau dan bosan dengan kehidupannya, bahkan akan ridla terhadap takdir Allah pada dirinya, pastinya dia akan bersyukur terhadap kebaikan dan bersabar atas bala'.
 Ketundukan seorang mukmin kepada Allah membimbing ruhaninya yang menjadi pondasi awal untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya memiliki makna dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman,
   الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
b.      Iman menjadikan seseorang memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk diwujudkan. Maka hidupnya akan memiliki nilai yang tinggi dan berharga yang mendorongnya untuk beramal dan berjihad di Jalan-Nya. Dengan itu pula, dia akan meninggalkan gaya hidup egoistis yang sempit sehingga hidupnya bermanfaat untuk masyarakat di mana dia tinggal. Ketika seseorang bersifat egois maka hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya terbatas. Namun ketika hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak panjang dan indah, dia akan merasakan hari-harinya penuh nilai.
c.         Peran iman bukan saja untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana untuk menghilangkan kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu dia akan senantiasa diuji dalam hidupnya. Dan ujian-ujian itu termasuk untuk menguji keimanan, maka akan tumbuh dalam dirinya kekuatan sabar, semangat, percaya kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, memohon perlindungan kepada-Nya, dan takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini termasuk sarana utama untuk merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap menghadapi ujian hidup.  Allah Ta'ala berfirman:
إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ
"Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Nisaa': 104)
2.              Memiliki akhlak yang mulia
Manusia sebagai makhluk social selalu melakukan interaksi dengan sesamanya sehingga selalu memerlukan bantuan orang lain. Jika dalam bersosialisasi manusia selalu ingin memberikan perhatian yang besar terhadap sesamanya jangan sampai menyinggung ataupun menyakiti hati orang lain karena akan berdampak pada diri sendiri. Dalam surat Al-maidah ayat 2 Allah berfirman “ dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan manusia untuk saling tolong menolong dalam kebaikan. Akhlak yang mulia yang dapat mencerminkan kepribadia seseorang dapat mengundang kebaikan bagi diri sendiri itulah mengapa manusi selalu dianjurkan untuk dapat berbuat baik terhadap sesame karena dampaknya akan terlihat pada diri sendiri. Lihatlah orang yang mempunyai sifat bakhil, dengki dan iri, dalam keseharianya tak pernah diliputi rasa bahagia, karena hanya memikirkan  tentang orang lain. Jika orang lain mendapatkan kenikmatan hatinya tidak tenang karena merasa tersaingi, sehingga cukup sulit untuk mendatangkan kebahagiaan.
Bahagia sebenarnya cukup mudah didapat jika kita bias memahami diri sendiri, tak pernah mencampuri urusan orang lain. Sesungguhnya kebahagiaan orang beriman adalah dengan mencintai Allah, dan mencintai Allah merupakan puncak dari segala kebahagiaan dan hanya bias dinikmati oleh mereka yang sungguh-sungguh beriman dan tidak mau menerima kebahagiaan selainya.[7]
3.              Perbanyak dzikir
Sesungguhnya keridlaan hamba tergantung pada dzat tempat bergantung. Dan Allah Dzat yang paling membuat hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena kepadaNya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan dan menghindarkan dari mara bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan beberapa dzikir yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta'ala sesuai tempat dan waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau ada sesuatu yang menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang hamba dengan penciptanya sehingga dia akan mengembalikan semua akibat kepada yang mentakdirkannya.
Dalam Firmanya Allah menjelaskan :
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du: 28)
Itulah begitu besarnya kekuatan dzikir bagi kehidupan manusia. Dengan dzikir segala kegundahan menjai hilang, hati menjadi tenang tak pernah diliputi rasa kecewa jika manusi senantiasa selalu mengingat Allah. Dalam hadist lain Nabi juga menjelaskan, "Bersemangatlah mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan jangan lemah. Jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata: ‘Seandainya saya berbuat begini maka tentu tidak terjadi begitu.’ Namun katakanlah: ‘Allah telah menakdirkan musibah ini. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi’. Karena perkataan ‘Seandainya’ dapat membuka perbuatan syetan." (HR. Muslim).
Manusia selalu dianjurkan untuk memperbanyak dzikir agar selalu disertai Allah sehingga tidak ada perasaan takut dan gelisah. Berbahagialah menjadi seorang muslim Karena sesungguhnya muslim sejati yang dapat meraih kebahagiaan yang hakiki. Indahnya kebahagiian yang tampak disekeliling kita merupakan panggilan hakiki untuk memperoleh kebahagiaan.


BAB III
KESIMPULAN
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa islam begitu indah siapa saja yang dekat dengan islam pasti merasakan kebahagiaan. Hakikat kebahagiaan dalam islam tidak hanya berwujud materi saja karena kebahagiaan timbul dari hati dan hanya orang yang merasaknya yang dapat mengetahuinya. Kebahagiaan sejati adalah ketika kita mengenal Allah kita merasa dekat dengan Nya dan mencintaiNya dengan tulus. Sesungguhnya kebahagiaan orang beriman adalah dengan mencintai Allah, dan mencintai Allah merupakan puncak dari segala kebahagiaan dan hanya bias dinikmati oleh mereka yang sungguh-sungguh beriman dan tidak mau menerima kebahagiaan selainya.
Untuk meraih kebahagiaan memang tak mudah karena itu menyangkut perasaan dan suasana hati. Kebahagiaan akan terpancar jika dibarengi dengan usaha yang maksimal. Meskipun kesuksesan tidak menjamin akan datagnya kebahagiaan akan tetapi dengan keyakinan hati maka kebahagiaan itu akan timbul. Keseimbangan hidup dalam menggapai kebahagiaan dunia harus dibarengi dengan usaha untuk menggapai kebahagiaan akhirat. Dengan menyeimbangkan makna dan tujuan hidup maka mudah sekali seseorang dalam mengapai kebahagiaan karena sesuai dengan perencanaan.
Kebahgiaan tak dating dengan sendirinya banyak faktor yang mempengaruhinya salah satunya adalah dengan beriman dan beramal shalih, memiliki akhlak yang mulia, daan selalu berdzikir selalu mengingat Allah. Jika kita merasa bahwa Allah selalu bersama dengan kita yakinlah bahwa segala sesuatu tak pernah ada yang sia-sia. Berbahagialah menjadi seorang muslim Karena sesungguhnya muslim sejati yang dapat meraih kebahagiaan yang hakiki.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Al-Qarni ‘Aidh. La Tahzan for Smart Muslimah. Jakarta : Grafindo khazanah Ilmu. 2008
Artikel www. Muslimah. Or. Id
Hartati Netti, Dkk. Islam dan Psikologi. Jakarta : PT RajaGraindo. 2004.
Suryadilaga Sutrisna. The Balance Ways ( Jalan Menuju Keseimbangan Hidup untuk Kesuksesan dan Kebahagiaan Sejati). Jakarta : Hikmah. 2007
Walgoti Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset. 1989




[1] Bimo walgito. Pengantar Psikologi Umum. 1989. Yogyakarta: andi. Hal…140
[2] Netty hartati dkk. Islam dan Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo. 2004, hal.103
[3] Ibid.,hal 109
[4] M.K. Sutrisno Suryadilaga. The Balance Ways. Jakarta: Hikmah. 2007, hal. 13
[5] Ibid., hal 14
[6] Ibid., hal. 25
[7] ‘Aidh Al- Qarni. La tahzan For Smart Muslimah. Jakarta : Grafindo Khazanah Ilmu. 2008. Hal.200

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِ...