Oleh : Rahmad Fitriyanto
A.
LATAR BELAKANG
AL Quran adalah Kalamullah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dengan enggunakan Bahasa
Arab yang mutawatir, diawali dengan surat Al Fatihah dan diakhiri surat An
Naas, serta membacanya termasuk ibadah.[1]Alquran
yang sebenarnya merupakan kumpulan intisari dari kitab-kitab wahyu Allah SWT
yang terdahulu juga sekaligus sebagai penyempurnanya, menjadi mukjizat terbesar
di antara mukjizat-mukjizat yang lain karena sifatnya rasional. Kata Alquran
adalah nama yang langsung diberikan oleh Allah SWT dan dijelaskan di dalam
Kitab Suci tersebut.[2]
Sebagai umat islam kita percaya bahwa Al
Quran adalah sumber sumber hidayah dan pedoman bagi manusia untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan
bagi manusia yang dapat membimbing dan menuntun manusia ke arah jalan yang
lurus, jalan keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Dalam al-Qur'an dinyatakan bahwa pada dasarnya al-Qur'an itu mudah untuk dipelajari,
dianalisis dipahami yang kemudian direalisasikan dalam bentuk perbuatan hanya
bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dan bertaqwa.[3]
Untuk itu kita harus mempelajari Al
Quran sebagaimana mestinya. Kita juga bisa mengajarkan Al Quran kepada anak-anak
melalui suatu lembaga yang sering disebut dengan TPA. Karena melalui lembaga
tersebut kita bisa mengajarkan Al Quran kepada anak-anak karena anak-anak
adalah para penerus kita dan anak pulalah yang harus kita ajari agar nantinya dapat
dengan mudah membaca maupun mendalami Al Quran.
Mempelajari Al Quran di zaman sekarang
ini lebih mudah atau menarik karena pada waktu dulu untuk mempelajari Al Quran
hanya terdapat di kampong-kampung. Kini kondisinya sedikit berbalik. Kita bisa
mempelajari Al Quran di kota-kota. Karena masyarakat kota sangat terbuka
menerima metode mutakhir untuk mempelajari Al Quran. Masyarakat desa sulit
untuk menerima pembaharuan metode mempelajari Al Quran. Bahkan, ada yang sampai
mengharamkan. Padahal, metode baru itu muncul untuk menyempurnakan metode yang
sebelumnya ada. Tujuannya sama yaitu untuk memudahkan cara belajar dan melek
huruf Al Quran. Perkembangan ini diawali dengan ditemukannya metode belajar Al
Quran Qiroaty oleh almarhum KH. Dahlan Salim Zarkasi. Pada tanggal 1 juli 1986
beliau mendirikan TK Al Quran Raudhatul Mujawwidin di Semarang yang pertama di
Indonesia. Berdirinya TK Al Quran ini menjadi awal gerakan yang spektakuler.
Gerakan ini menjadi lebih berkembang lagi setelah ditemukan metode Iqro’ oleh
almarhum KH. As’ad Humam dari Yogyakarta yang mendapat inspirasi dari Qiroaty.
Beliau mendirikan TK Al Quran padab 16 Maret 1988 di Kotagede. Setahun
kemudian, ide beliau direspon oleh anak-anak muda islam yang tergabung di dalam
Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) yang pada Munasnya
ke-5 di Surabaya pada tanggal 27-30 Juni 1989 menjadikan TK Al Quran ini
sebagai program nasional. Pertumbuhan TK al Quran dilanjutkan dengan munculnnya
Taman Pendidikan Al Quran (TPQ).[4]
Keberadaan TPQ ini sangat strategis
karena TPQ hanya mengajarkan kepada
anak-anak yang mana pada usia tersebut kecerdasan anak sedang berkembang dengan
cepat. Untuk itu, TPQ diharapkan mampu mengembangkan otak anak dengan cara
memberikan pengajaran terutama Al Quran. Karena Al Quran adalah pedoman hidup
umat manusia.
Seorang anak adalah amanat yang
diberikan Allah SWT kepada manusia untuk dididik dan dirawat oleh orang tuanya.
Orang tua menjadi orang yang sangat bertanggung jawab terhadap perkembangan
anak. Untuk itu, para orang tua mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya dan
tidak menyia-nyiakannya agar menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang
tuanya, terutama taat beribadah kepada Allah SWT.
Pada saat anak masih berusia dini diharapkan
para orang tua mengajarkan anak-anaknya untuk belajar mengenal dan membaca al
Quran melalui keluarga ataupun melalui lembaga-lembaga lain yang bergerak di
bidang pengajaran al Quran yaitu seperti TPA yang terdapat di masjid-masjid. Karena pendidikan tidak hanya terletak pada
pendidikan formal semata melainkan keluarga dan lembaga-lembaga kemasyarakatan
lainnya, misalnya TPA. Disana anak-anak akan diajarkan mengenal AL Quran
seperti membacanya dengan baik dan benar. Selain itu, apabila anak-anak sudah
mengenal dan membaca Al Quran dengan baik maka masa depannya atau masa
remajanya bisa lebih mudah untuk memahami Al Quran dan juga bisa
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
TPA merupakan salah satu alternatif
lembaga pendidikan Al Quran yang bergerak di bidang pengajaran Al Quran.
Pengajaran Al Quran dan mempelajari Al Quran dapat dimulai sejak dini. Karena Al Quran merupakan sumber pokok ajaran agama
islam. Yang mana bagi setiap muslim harus berpegang teguh pada AL Quran. TPA
ini terdapat di masjid-masjid kota yang tersebar diseluruh Indonesia. Dengan
diselenggarakannya Taman Pendidikan Al-Qur’an sebagai lembaga pendidikan Islam
yang ada di lingkungan masyarakat memberi peluang kepada orang tua untuk
memasukkan anak-anaknya mengikuti dan mendalami pendidikan Islam. Tapi tidak
semua masjid ada TPA. Masjid menjadi salah satu tempat pengajaran AL quran
karena bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan masjid juga
dibangun atas dasar Taqwa kepada Allah SWT dan tidak dibangun atas dasar
kemewahan semata. Adapun fungsi masjid adalah:
1. Tempat
ibadah.
2. Tempat
komunikasi dan konsultasi (masalah ekonomi-sosial-budaya).
3. Tempat
pendidikan.
4. Tempat
santunan sosial.
5. Tempat
pengobatan, khususnya para korban bencana alam.
6. Pusat
penerangan atau pembelaan agama.[5]
Akan tetapi tidak semua masjid
menjalankan semua peran tersebut. Hanya sebagian saja yang dapat menjalankan
keenam peran tersebut seperti masjid-masjid besar dan terkenal yang mempuyai
kepengurusan yang lengkap dan banyak. Karena untuk menjalankan semua peran
tentu memerlukan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, semua masjid tidak
bisa menjalankan semua fungsi masjid tersebut.
Di masjid perkotaan dan khususnya di Masjid
Kodama ada lembaga yang mengajarkan Al Quran yang sering disebut dengan TPA. Dalam
pengajaran Al Quran tersebut terdapat beberapa metode yang digunakan oleh para
ustadz dan ustadzah dalam mengajarkan Al Quran kepada anak-anak. Ada yang
menggunakan metode ceramah, dialog, permainan, dan juga cerita. Dan juga masih
banyak lagi metode-metode yang dipakai. Peneliti hanya meneliti satu diantara
beberapa metode tersebut. Yaitu metode cerita yang digunakan dalam pengajaran
Al Quran.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
minat anak-anak tentang belajar Al
Qur’an sebelum diterapkan metode cerita?
2. Bagaimana
minat anak-anak tentang belajar Al Qur’an ketika penerapan metode cerita?
3. Bagaimana
minat anak-anak tentang belajar Al Qur’an sesudah diterapkan metode cerita?
C.
TUJUAN DAN
MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan
Penelitian
a. Mendeskripsikan
pengaruh anak sebelum diterapkan metode cerita di TPA masjid Kodama.
b. Mendeskripsikan
pengaruh anak ketika diterapkan metode cerita di TPA masjid Kodama.
c. Mendeskripsikan
pengaruh anak setelah diterapkan metode cerita di TPA masjid Kodama.
d. Mengetahui
faktor apa saja yang mengambat dan mendukung kegiatan pembelajaran Al Qur’an di
TPA masjid Kodama.
2. Manfaat
Penelitian
a. Secara
teoritis
a) Menambah
dan memperkaya khasanah keilmuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan
khususnya Pendidikan Agama Islam.
b) Member
sumbangan kelilmuan di bidang pendidikan terutama di Fakultas Tarbityah dan
Keguruan UIN SUKA Yogyakarta.
b. Secara
Praktis
a) Merupakan
wawasan bagi peneliti mengenai metode pembelajaran Al Qur’an dengan menggunakan
metode cerita.
b) Merupakan
usaha untuk mengetahui pengaruh anak terhadap Al Qur’an dengan menggunakan
metode cerita.
D.
KAJIAN
PUSTAKA
Dengan mengamati beberapa TPA yang peneliti lakukan,
ada beberapa metode yang digunakan oleh para ustadz dalam mengajarkan Al
Qur’an. Akan tetapi, peneliti belum menemukan skripsi yang senada. Namun, ada
beberapa skripsi yang ada hubungannya dengan skripsi yang peneliti buat.
Skripsi yang berhubungan dengan skripsi ini antara
lain skripsi yang berjudul Metode Cerita
Dalam Pendidikan Islam di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Sapen.
Skripsi ini dibuat oleh Habibi pada tahun 2004.[6]
Skripsi lain yang peneliti temukan adalah yang
berjudul Pembelajaran Kisah-kisah Islami
di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Nurul Islam Nogotirto Gamping Sleman. Skripsi ini dibuat oleh Fitri
Nur’aini pada tahun 2002.[7]
Skripsi lain berjudul Peranan TPA At-Thohiriyah Desa Klampok Kecamatan Purworejo-Klampok
Kabupaten Banjarnegara Dalam Pembinaan Akhlak Anak. Skripsi ini dibuat oleh
Mulyati pada tahun 2005.[8]
E.
LANDASAN
TEORI
1. TPA
a. Pengertian
AL Quran sebagai
kitab suci merupakan kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW untuk disampaikan kepada umat manusia, sebagaipedoman dan pandangan hidup
dalam mencapai kebahagiaan dan keridlaan Allah di dunia dan di akhirat.[9]
Secara bahasa kata Al Quran ditinjau
dari asalnya terdapat beberapa pendapat,
antara lain:
a. Menurut
pendapar Al Asy’ari dan beberapa golongan yang lain; kata “Quran” berasal dari
kata “Qorona” yang berarti menggabungkan.
b. Menurut
pendapat para Qurro; kata “Quran” berasal dari kata “Qoroo-in” yang berarti
qorina. Maksudnya bahwa ayat-ayat Al Qura yang satu dengan lainnya saling
membenarkan.
c. Menurut
pendapat Az Zajjaj kata “Quran” sewazan dengan kata “Ful’laan” yang berasal
dari kata “Qori” atau “Qoru” yang berarti “mengumpulkan atau himpunan”.
Maksundya bahwa Al Quran mengumpulkan ayat-ayat dan surat-surat, serta
menghimpun intisari dari ajaran Rasul-Rasul yang diberi kitab suci terdahulu.
d. Menurut
pendapat yang paling masyhur; kata “Quran” berasal dari kata Qoroa yang berarti
“bacaan”. Seperti yang dijelaskan dalam Al Quran Surat Al Qiyamah:17-18 yang
artinya “Sesungguhnya Kami yang mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu
pandai) membacanya, lalu ikutilah bacaannya itu”.[10]
Sedangkan menurut istilah ialah
“Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dengan
menggunakan bahasa Arab yang mutawatir, diawali dengan surat Al Fatihah dan
diakhiri surat An Nas, serta membacanya termasuk ibadah.[11]
Menurut Team Tadarus Angkatan Muda
Masjid dan Mushola Kota Gede Yogyakarta dalam As’ad dan Budiyanto (1995)
mengemukakan pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah lembaga
pendidikan nonformal yang merupakan lembaga pendidikan baca Al-Qur’an untuk
usia SD (6-12 tahun). Lembaga ini penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat
Islam yang ada di wilayah tersebut. Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi
beberapa kelas sesuai dengan tingkat umur yaitu :
a. Taman
Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) untuk anak seusia TK (5-7 tahun).
b. Taman
Pendidikan Al-Qur’an (TPA) untuk anak seusia SD kelas satu sampai tiga (7-9
tahun).
c. Taman
Bimbingan Islam dan Kreatifitas untuk anak yang berusia 10-12 tahun.[12]
b. Tujuan
dan Target TPA
Kurikulum dan Pola Penyelenggaraan Pendidikan
(KP3) Taman Pendidikan Al-Qur’an bertujuan :
a. Menyiapkan
para santri agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang Qur’ani, mencintai
Al-Qur’an sebagai pedoman dan pandangan hidup.
b. Sebagai
lingkungan pergaulan yang sehat dan Islami, hal ini penting bagi perkembangan
jiwa anak, utamanya dalam proses sosialisasi.
c. Secara
lebih khusus mulai membekali para santri dengan kemampuan berpikir kreatif,
mengembangkan dan mengasah potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya.[13]
Sedang
untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target operasional yaitu:
a. Santri
mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah kaidah ilmu
tajwid
b. Santri
mampu terbiasa melaksanakan shalat 5 waktu serta terbiasa hidup dengan
adab-adab Islam sesuai dengan tingkat perkembangan jiwanya
c. Santri
hafal doa sehari-hari, mengerti cara menulis huruf-huruf Al-Qur’an.
d. Santri
mengenal dan memahami dasar-dasar berfikir kreatif dan teknik ketrampilan
kepemimpinan sesuai dangan tingkatnya.[14]
c. Peranan
TPA
Program pengelolaan TPA di Indonesia
saat ini berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat dan berdasarkan LPTQ Tingkat
Nasional No 1 tahun 1991 tertanggal 7 Februari 1991 yang diresmikan oleh
Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir Syadzali pada tanggal 10 pebruari
1991.
TPA sebagai lembaga pendidikan nonformal
yang mempunyai peran utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an
juga sangat berperan bagi perkembangan jiwa anak seperti pengetahuan tentang
ibadah, akidah, dan akhlak/akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan tidak
hanya terpaku pada materi baca tulis Al-Qur’an melainkan juga memberikan materi
tentang ibadah, aqidah, akhlak atau akhlak yang bertujuan mempersiapkan peserta
didik menjadi pribadi yang Qur’ani dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman
dalam hidupnya.[15]
Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin
(2003:38) berpendapat bahwa dalam proses pemberdayaan umat manusia, adanya
lembaga pendidikan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak yang mempunyai
tanggung jawab kultural-edukatif. Selanjutnya Muzayyin Arifin, menyebutkan
bahwa tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala jenisnya, menurut
pandangan Islam adalah berkaitan dengan usaha menyukseskan misi dalam tiga
macam tuntutan hidup seorang muslim, yaitu sebagai berikut:
1. Pembebasan
manusia dari ancaman api neraka.
2. Pembinaan
umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan
hidup bahagia di dunia dan di akhirat sebagai realisasi cita-cita seseorang
yang beriman dan bertakwa yang senantiasa memanjatkan doa sehari-hari.
3. Membentuk
diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu
pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk
menghambakan dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan keimanannya berfungsi
sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekaligus mendasari ilmu
pengetahuannya.
Di atas dasar pandangan inilah
lembaga-lembaga pendidikan Islam berpijak untuk mencapai cita yang ideal, yaitu
bahwa idealitas Islam dijadikan elan vitale-nya (daya pokok) tanggung
jawab kultural-edukatifnya. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa
lembaga-lembaga pendidikan berkembang dalam masyarakat merupakan cermin dari
idealitas umat (Islam).[16]
2. Model
pembelajaran Al Qur’an
Pembelajaran adalah suatu proses belajar
mengajar dengan segala interaksi didalamnya. Belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku manusia.[17]
Model pembelajaran yang di terapkan di TPA bermacam-macam yang kesemuanya itu
bertujuan untuk mendidik anak-anak bisa mempelajari Al Quran.
Pembelajaran di TPA tidak hanya
memberikan materi semata melainkan diselingi dengan cerita-cerita yang
mendidik. Seperti cerita tentang Nabi-nabi yang 25. Maka tidak akan membosankan
dan akan menambah khasanah keilmuan dan menjadikan anak-anak untuk lebih giat
lagi belajar Al Quran.
3. Cerita
Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Al Qur’an
Cerita
adalah suatu metode yang terbaik dalam pengajaran Al Quran. Khususnya tehadap
anak-anak yang mana anak-anak suka dengan cerita-cerita. Lebih baik lagi jika
para pengajar menggunakan metode tambahan untuk mendukung bertambah baiknya
cerita tersebut seperti sebuah video, foto dal lain-lain. Itu akan lebih baik
dan menarik peserta didik untuk lebih paham terhadap Al Quran. Al Quran sendiri
juga memuat banyak cerita-cerita yang itu semua dapat diceritakan kepada anak-anak.
Metode
cerita ini digunakan pada saat anak mulai merasakan bosan mendengarkan
penjelasan dari Ustadz. Maka para
pengajar mulai menceritakan suatu kisah tentang hal yang berkaitan dengan Al
Quran. Misalnya cerita tentang Nabi-nabi yang terdapat dalam Al Quran. Untuk
menceritakan suatu kisah, dapat juga pengajar menggunakan berbagai alat yang
mendukung agar cerita yang disampaikan ditangkap positif oleh anak-anak dan
cerita yang disampaikan juga tambah menarik.
F.
HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah pengaruh Metode Cerita dalam pengajaran Al Quran
terhadap anak-anak di Masjid Kodama Sewon Bantul.
G.
METODE
PENELITIAN
1. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut
pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara
bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian
(McMilan dan Schumacher, 2003). Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti akan
menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan dan
pemikirannya.[18]
Tujuan pokok dari
penelitian kualitatif adalah menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan
fenomena itu. Pemahaman fenomena ini dapat diperoleh dengan cara
mendeskripsikan dan mengeksplorasikannya dalam sebuah narasi.[19]
2. Pendekatan
Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan psikologi yaitu
untuk memahami tingkah laku para anak-anak ketika sedang atau sebelum
diterapkan metode cerita.
3. Subjek
Penelitian
Subjek penelitian yang disunakan peneliti adalah
semua anak-anak yang sedang dalam pengajaran AL Quran di Masjid Kodama dan para
Ustadz yang sedang mengajar.
4. Prosedur
Penelitian
Adapun prosedur yang akan digunakan untuk menunjang
tercapainya penelitian ini yaitu:
a. Tahap
Persiapan
Sebelum
penelitian dimulai, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu guna
mengetahui keadaan kelas agar dapat mempermudah meneliti dengan metode cerita.
Selain itu juga bisa berdiskusi langsung dengan para pengajar atau ustadz.
b. Perencanaan
Untuk
meneliti kegiatan belajar mengajar Al Quran yang sedang berlangsung dapat
dilakukan dengan mengamatinya langsung tanpa harus turun tanngan.
c. Pelaksanaan
Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar
agar mengetahui bagaimana metode cerita itu dapat berguna.
d. Observasi
Peneliti melaksanakan observasi atau
bisa dikatakan mengamati seluruh kegiatan anak-anak pada saat kegiatan belajar
mengajar AL Quran sedang berlangsung. Guna untuk mengetahui semua aktivitas
anak-anak agar mendapatkan data yang valid.
e. Refleksi
Dari
pelaksanakan tindakan dan observasi yang telah dilakukan, maka akan memperoleh
informasi tentang bagaimana metode cerita itu berjalan. Kemudian hasil
informasi tersebut dianalisis dan dievaluasi bersama para ustadz dan
orang-orang yang terkait seperti pengurus masjid.
f. Instrumen
Penelitian
Instrument
penelitian adalah alat atau fasilitas yang mendukung dalam pengumpulan data
agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lengkap, sistematis
sehingga lebih mudah diolah.[20]
Adapun instrumen dalam penelitian adalah:
a. Peneliti
Peneliti
merupakan instrument dalam penelitian kualitatif, karena peneliti sekaligus
perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pelapor
hasil penelitian.[21]
b. Lembar
Observasi
Lembar
observasi ini berisi tentang catatn yang menggambarkan aktivitas belajar
mengajar di kelas.
c. Dokumentasi
Dokumentasi
meliputi data-data yang terkait dengan siswa baik berupa nilai, foto yang
menggambarkan aktivitas mereka pada saat mengikuti pembelajaran.
d. Wawancara
Wawancara
dilakukan kepada ustadz dan anak-anak
yang mengikuti kegiatan belajar mengajar Al Quran.
e. Lembar
Tes
Untuk
mengetahui bagaimana metode cerita itu ditangkap oleh anak dan bagaimana anak
itu meresponnya.
g. Analisis Data
Agar data dalam penelitian
dapat dikatakan valid, maka perlu adanya uji keabsahan data yang dilakukan
dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat mengabungksn dari berbagai teknik pengumpulan
data dan sumber data yang telah ada.[22]
Ada empat macam triangulasi yaitu memanfaatkan penggunaan sumber, metode,
peneliti dan teori. Dalam penelitin ini digunakan tiga dari empat macam
tersebut, yaitu: triangulasi data;
mengambil data dari berbagai suasana, waktu, tempat dan jenis.[23] Triangulasi sumber; mengambil dari berbagai
narasumber, dan triangulasi instrumen dengan menggunakan berbagai jenia alat
atau instrument.[24]
h. Indicator
Keberhasilan
Penelitian
ini tercapai apabila peneliti dapat menemukan hal-hal yang dapat menghambat
jalannya pembelajaran Al Quran dan juga factor yang mendorongnya.
H.
SISTEMATIKA
PEMBAHASAN
Secara garis besar, sistematika penulisan skripsi
ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:bagian pertama, awal, dan akhir.
Bagian pertama merupakan bagian awal yang terdiri
dari halaman judul, halaman surat pernyataan, halaman persetujuan pembimbing,
halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar,
halaman daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Bagian kedua merupakan bagian utama skripsi yang
terdiri dari empat bab yang BAB I mencakup latarbelakang masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian,, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
BAB II merupakan uraian tentang TPA Masjid Kodama
yang meliputi letak dan keadaan geografis, sejarah berdiri dan proses
perkembangannya, dasar dan tujuan masjid, struktur organisasi, keadaan ustadz
dan anak-anak, serta keadaan sarana dan prasarana.
BAB III merupakan hasil penelitian dari aktivitas
pembelajaran Al Quran di TPA Masjid Kodama pada saat diterapkan metode cerita.
BAB IV merupakan BAB penutup yang meliputi
kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
Bagian ketiga merupakan bagian akhir dari skripsi
yang meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran, sertifikat dan daftar riwayat
hidup penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Chadziq Charisma,
Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran,
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991
Muhammad Abd. Rofiq, “Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan
Pada Siswa Taman Pendidikan AL Quran (TPQ) di TPQ AL
Hikmah Sukodono Lumajang”, Skripsi, Fakultas
Tarbiyah UIN Malang, 2008.
Catatan Agenda Muswil IV Badko TPQ Jawa Tengah 24-25 April 2009 yang
diakses lewat internet pada tanggal 17 Mei 2011 jam 08.30.
Diakses pada tanggal 17 Mei 2011 di www.google.com.
Habibi, “Metode Cerita Dalam Pendidikan Islam di Taman Kanak-kanak
Aisyiyah Bustanul Athfal Sapen”, Skripsi,
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.
Fitri Nur’aini “Pembelajaran
Kisah-kisah Islami di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Nurul Islam
Nogotirto Gamping Sleman”, Skripsi,
Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002
Moh. User Usman, Menjadi Guru
Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: Kerjasama antara
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja
Rosdakarya, 2007
SuTarsini Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2002
No comments:
Post a Comment