Monday, May 15, 2017

PENGARUH METODE CERITA TERHADAP ANAK DI TPA KODAMA DALAM PEMBELAJARAN AL QURAN

Oleh : Rahmad Fitriyanto

A.    LATAR BELAKANG
AL Quran adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dengan enggunakan Bahasa Arab yang mutawatir, diawali dengan surat Al Fatihah dan diakhiri surat An Naas, serta membacanya termasuk ibadah.[1]Alquran yang sebenarnya merupakan kumpulan intisari dari kitab-kitab wahyu Allah SWT yang terdahulu juga sekaligus sebagai penyempurnanya, menjadi mukjizat terbesar di antara mukjizat-mukjizat yang lain karena sifatnya rasional. Kata Alquran adalah nama yang langsung diberikan oleh Allah SWT dan dijelaskan di dalam Kitab Suci tersebut.[2]
Sebagai umat islam kita percaya bahwa Al Quran adalah sumber sumber hidayah dan pedoman bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang dapat membimbing dan menuntun manusia ke arah jalan yang lurus, jalan keselamatan dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dalam al-Qur'an dinyatakan bahwa pada dasarnya al-Qur'an itu mudah untuk dipelajari, dianalisis dipahami yang kemudian direalisasikan dalam bentuk perbuatan hanya bagi orang-orang yang bersungguh-sungguh dan bertaqwa.[3]

Untuk itu kita harus mempelajari Al Quran sebagaimana mestinya. Kita juga bisa mengajarkan Al Quran kepada anak-anak melalui suatu lembaga yang sering disebut dengan TPA. Karena melalui lembaga tersebut kita bisa mengajarkan Al Quran kepada anak-anak karena anak-anak adalah para penerus kita dan anak pulalah yang harus kita ajari agar nantinya dapat dengan mudah membaca maupun mendalami Al Quran.
Mempelajari Al Quran di zaman sekarang ini lebih mudah atau menarik karena pada waktu dulu untuk mempelajari Al Quran hanya terdapat di kampong-kampung. Kini kondisinya sedikit berbalik. Kita bisa mempelajari Al Quran di kota-kota. Karena masyarakat kota sangat terbuka menerima metode mutakhir untuk mempelajari Al Quran. Masyarakat desa sulit untuk menerima pembaharuan metode mempelajari Al Quran. Bahkan, ada yang sampai mengharamkan. Padahal, metode baru itu muncul untuk menyempurnakan metode yang sebelumnya ada. Tujuannya sama yaitu untuk memudahkan cara belajar dan melek huruf Al Quran. Perkembangan ini diawali dengan ditemukannya metode belajar Al Quran Qiroaty oleh almarhum KH. Dahlan Salim Zarkasi. Pada tanggal 1 juli 1986 beliau mendirikan TK Al Quran Raudhatul Mujawwidin di Semarang yang pertama di Indonesia. Berdirinya TK Al Quran ini menjadi awal gerakan yang spektakuler. Gerakan ini menjadi lebih berkembang lagi setelah ditemukan metode Iqro’ oleh almarhum KH. As’ad Humam dari Yogyakarta yang mendapat inspirasi dari Qiroaty. Beliau mendirikan TK Al Quran padab 16 Maret 1988 di Kotagede. Setahun kemudian, ide beliau direspon oleh anak-anak muda islam yang tergabung di dalam Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) yang pada Munasnya ke-5 di Surabaya pada tanggal 27-30 Juni 1989 menjadikan TK Al Quran ini sebagai program nasional. Pertumbuhan TK al Quran dilanjutkan dengan munculnnya Taman Pendidikan Al Quran (TPQ).[4]
Keberadaan TPQ ini sangat strategis karena TPQ  hanya mengajarkan kepada anak-anak yang mana pada usia tersebut kecerdasan anak sedang berkembang dengan cepat. Untuk itu, TPQ diharapkan mampu mengembangkan otak anak dengan cara memberikan pengajaran terutama Al Quran. Karena Al Quran adalah pedoman hidup umat manusia.
Seorang anak adalah amanat yang diberikan Allah SWT kepada manusia untuk dididik dan dirawat oleh orang tuanya. Orang tua menjadi orang yang sangat bertanggung jawab terhadap perkembangan anak. Untuk itu, para orang tua mendidik anak-anaknya dengan sebaik-baiknya dan tidak menyia-nyiakannya agar menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya, terutama taat beribadah kepada Allah SWT.
Pada saat anak masih berusia dini diharapkan para orang tua mengajarkan anak-anaknya untuk belajar mengenal dan membaca al Quran melalui keluarga ataupun melalui lembaga-lembaga lain yang bergerak di bidang pengajaran al Quran yaitu seperti TPA yang terdapat di masjid-masjid.  Karena pendidikan tidak hanya terletak pada pendidikan formal semata melainkan keluarga dan lembaga-lembaga kemasyarakatan lainnya, misalnya TPA. Disana anak-anak akan diajarkan mengenal AL Quran seperti membacanya dengan baik dan benar. Selain itu, apabila anak-anak sudah mengenal dan membaca Al Quran dengan baik maka masa depannya atau masa remajanya bisa lebih mudah untuk memahami Al Quran dan juga bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
TPA merupakan salah satu alternatif lembaga pendidikan Al Quran yang bergerak di bidang pengajaran Al Quran. Pengajaran Al Quran dan mempelajari Al Quran dapat dimulai sejak dini. Karena  Al Quran merupakan sumber pokok ajaran agama islam. Yang mana bagi setiap muslim harus berpegang teguh pada AL Quran. TPA ini terdapat di masjid-masjid kota yang tersebar diseluruh Indonesia. Dengan diselenggarakannya Taman Pendidikan Al-Qur’an sebagai lembaga pendidikan Islam yang ada di lingkungan masyarakat memberi peluang kepada orang tua untuk memasukkan anak-anaknya mengikuti dan mendalami pendidikan Islam. Tapi tidak semua masjid ada TPA. Masjid menjadi salah satu tempat pengajaran AL quran karena bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan masjid juga dibangun atas dasar Taqwa kepada Allah SWT dan tidak dibangun atas dasar kemewahan semata. Adapun fungsi masjid adalah:
1.      Tempat ibadah.
2.      Tempat komunikasi dan konsultasi (masalah ekonomi-sosial-budaya).
3.      Tempat pendidikan.
4.      Tempat santunan sosial.
5.      Tempat pengobatan, khususnya para korban bencana alam.
6.      Pusat penerangan atau pembelaan agama.[5]
Akan tetapi tidak semua masjid menjalankan semua peran tersebut. Hanya sebagian saja yang dapat menjalankan keenam peran tersebut seperti masjid-masjid besar dan terkenal yang mempuyai kepengurusan yang lengkap dan banyak. Karena untuk menjalankan semua peran tentu memerlukan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, semua masjid tidak bisa menjalankan semua fungsi masjid tersebut.
Di masjid perkotaan dan khususnya di Masjid Kodama ada lembaga yang mengajarkan Al Quran yang sering disebut dengan TPA. Dalam pengajaran Al Quran tersebut terdapat beberapa metode yang digunakan oleh para ustadz dan ustadzah dalam mengajarkan Al Quran kepada anak-anak. Ada yang menggunakan metode ceramah, dialog, permainan, dan juga cerita. Dan juga masih banyak lagi metode-metode yang dipakai. Peneliti hanya meneliti satu diantara beberapa metode tersebut. Yaitu metode cerita yang digunakan dalam pengajaran Al Quran.
B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana minat anak-anak tentang  belajar Al Qur’an sebelum diterapkan metode cerita?
2.      Bagaimana minat anak-anak tentang belajar Al Qur’an ketika penerapan metode cerita?
3.      Bagaimana minat anak-anak tentang belajar Al Qur’an sesudah diterapkan metode cerita?
C.    TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1.      Tujuan Penelitian
a.       Mendeskripsikan pengaruh anak sebelum diterapkan metode cerita di TPA masjid Kodama.
b.      Mendeskripsikan pengaruh anak ketika diterapkan metode cerita di TPA masjid Kodama.
c.       Mendeskripsikan pengaruh anak setelah diterapkan metode cerita di TPA masjid Kodama.
d.      Mengetahui faktor apa saja yang mengambat dan mendukung kegiatan pembelajaran Al Qur’an di TPA masjid Kodama.

2.      Manfaat Penelitian
a.       Secara teoritis
a)      Menambah dan memperkaya khasanah keilmuan dalam meningkatkan kualitas pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam.
b)      Member sumbangan kelilmuan di bidang pendidikan terutama di Fakultas Tarbityah dan Keguruan UIN SUKA Yogyakarta.
b.      Secara Praktis
a)      Merupakan wawasan bagi peneliti mengenai metode pembelajaran Al Qur’an dengan menggunakan metode cerita.
b)      Merupakan usaha untuk mengetahui pengaruh anak terhadap Al Qur’an dengan menggunakan metode cerita.

D.    KAJIAN PUSTAKA
Dengan mengamati beberapa TPA yang peneliti lakukan, ada beberapa metode yang digunakan oleh para ustadz dalam mengajarkan Al Qur’an. Akan tetapi, peneliti belum menemukan skripsi yang senada. Namun, ada beberapa skripsi yang ada hubungannya dengan skripsi yang peneliti buat.
Skripsi yang berhubungan dengan skripsi ini antara lain skripsi yang berjudul Metode Cerita Dalam Pendidikan Islam di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Sapen. Skripsi ini dibuat oleh Habibi pada tahun 2004.[6]
Skripsi lain yang peneliti temukan adalah yang berjudul Pembelajaran Kisah-kisah Islami di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Nurul Islam Nogotirto Gamping Sleman. Skripsi ini dibuat oleh Fitri Nur’aini pada tahun 2002.[7]
Skripsi lain berjudul Peranan TPA At-Thohiriyah Desa Klampok Kecamatan Purworejo-Klampok Kabupaten Banjarnegara Dalam Pembinaan Akhlak Anak. Skripsi ini dibuat oleh Mulyati pada tahun 2005.[8]
E.     LANDASAN TEORI
1.      TPA
a.       Pengertian
AL Quran sebagai kitab suci merupakan kumpulan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umat manusia, sebagaipedoman dan pandangan hidup dalam mencapai kebahagiaan dan keridlaan Allah di dunia dan di akhirat.[9]
Secara bahasa kata Al Quran ditinjau dari asalnya terdapat  beberapa pendapat, antara lain:
a.       Menurut pendapar Al Asy’ari dan beberapa golongan yang lain; kata “Quran” berasal dari kata “Qorona” yang berarti menggabungkan.
b.      Menurut pendapat para Qurro; kata “Quran” berasal dari kata “Qoroo-in” yang berarti qorina. Maksudnya bahwa ayat-ayat Al Qura yang satu dengan lainnya saling membenarkan.
c.       Menurut pendapat Az Zajjaj kata “Quran” sewazan dengan kata “Ful’laan” yang berasal dari kata “Qori” atau “Qoru” yang berarti “mengumpulkan atau himpunan”. Maksundya bahwa Al Quran mengumpulkan ayat-ayat dan surat-surat, serta menghimpun intisari dari ajaran Rasul-Rasul yang diberi kitab suci terdahulu.
d.      Menurut pendapat yang paling masyhur; kata “Quran” berasal dari kata Qoroa yang berarti “bacaan”. Seperti yang dijelaskan dalam Al Quran Surat Al Qiyamah:17-18 yang artinya “Sesungguhnya Kami yang mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya, lalu ikutilah bacaannya itu”.[10]
Sedangkan menurut istilah ialah “Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dengan menggunakan bahasa Arab yang mutawatir, diawali dengan surat Al Fatihah dan diakhiri surat An Nas, serta membacanya termasuk ibadah.[11]
Menurut Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushola Kota Gede Yogyakarta dalam As’ad dan Budiyanto (1995) mengemukakan pengertian Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah lembaga pendidikan nonformal yang merupakan lembaga pendidikan baca Al-Qur’an untuk usia SD (6-12 tahun). Lembaga ini penyelenggaraannya ditangani oleh masyarakat Islam yang ada di wilayah tersebut. Pada dasarnya lembaga ini terbagi menjadi beberapa kelas sesuai dengan tingkat umur yaitu :
a.       Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) untuk anak seusia TK (5-7 tahun).
b.      Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) untuk anak seusia SD kelas satu sampai tiga (7-9 tahun).
c.       Taman Bimbingan Islam dan Kreatifitas untuk anak yang berusia 10-12 tahun.[12]
b.      Tujuan dan Target TPA
Kurikulum dan Pola Penyelenggaraan Pendidikan (KP3) Taman Pendidikan Al-Qur’an bertujuan :
a.       Menyiapkan para santri agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang Qur’ani, mencintai Al-Qur’an sebagai pedoman dan pandangan hidup.
b.      Sebagai lingkungan pergaulan yang sehat dan Islami, hal ini penting bagi perkembangan jiwa anak, utamanya dalam proses sosialisasi.
c.       Secara lebih khusus mulai membekali para santri dengan kemampuan berpikir kreatif, mengembangkan dan mengasah potensi kepemimpinan yang ada pada dirinya.[13]
Sedang untuk mencapai tujuan di atas ditentukan target operasional yaitu:
a.       Santri mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah kaidah ilmu tajwid
b.      Santri mampu terbiasa melaksanakan shalat 5 waktu serta terbiasa hidup dengan adab-adab Islam sesuai dengan tingkat perkembangan jiwanya
c.       Santri hafal doa sehari-hari, mengerti cara menulis huruf-huruf Al-Qur’an.
d.      Santri mengenal dan memahami dasar-dasar berfikir kreatif dan teknik ketrampilan kepemimpinan sesuai dangan tingkatnya.[14]
c.       Peranan TPA

Program pengelolaan TPA di Indonesia saat ini berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat dan berdasarkan LPTQ Tingkat Nasional No 1 tahun 1991 tertanggal 7 Februari 1991 yang diresmikan oleh Menteri Agama pada waktu itu Bapak Munawir Syadzali pada tanggal 10 pebruari 1991.
TPA sebagai lembaga pendidikan nonformal yang mempunyai peran utama mengajarkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an juga sangat berperan bagi perkembangan jiwa anak seperti pengetahuan tentang ibadah, akidah, dan akhlak/akhlak. Mengingat bahwa materi yang diajarkan tidak hanya terpaku pada materi baca tulis Al-Qur’an melainkan juga memberikan materi tentang ibadah, aqidah, akhlak atau akhlak yang bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi pribadi yang Qur’ani dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam hidupnya.[15]
Terkait dengan hal ini, Muzayyin Arifin (2003:38) berpendapat bahwa dalam proses pemberdayaan umat manusia, adanya lembaga pendidikan dalam masyarakat merupakan syarat mutlak yang mempunyai tanggung jawab kultural-edukatif. Selanjutnya Muzayyin Arifin, menyebutkan bahwa tanggung jawab lembaga-lembaga pendidikan dalam segala jenisnya, menurut pandangan Islam adalah berkaitan dengan usaha menyukseskan misi dalam tiga macam tuntutan hidup seorang muslim, yaitu sebagai berikut:
1.      Pembebasan manusia dari ancaman api neraka.
2.      Pembinaan umat manusia menjadi hamba Allah yang memiliki keselarasan dan keseimbangan hidup bahagia di dunia dan di akhirat sebagai realisasi cita-cita seseorang yang beriman dan bertakwa yang senantiasa memanjatkan doa sehari-hari.
3.      Membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling mengembangkan hidupnya untuk menghambakan dirinya kepada khaliknya. Keyakinan dan keimanannya berfungsi sebagai penyuluh terhadap akal budi yang sekaligus mendasari ilmu pengetahuannya.
Di atas dasar pandangan inilah lembaga-lembaga pendidikan Islam berpijak untuk mencapai cita yang ideal, yaitu bahwa idealitas Islam dijadikan elan vitale-nya (daya pokok) tanggung jawab kultural-edukatifnya. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa lembaga-lembaga pendidikan berkembang dalam masyarakat merupakan cermin dari idealitas umat (Islam).[16]
2.      Model pembelajaran Al Qur’an
Pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dengan segala interaksi didalamnya. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku manusia.[17] Model pembelajaran yang di terapkan di TPA bermacam-macam yang kesemuanya itu bertujuan untuk mendidik anak-anak bisa mempelajari Al Quran.
Pembelajaran di TPA tidak hanya memberikan materi semata melainkan diselingi dengan cerita-cerita yang mendidik. Seperti cerita tentang Nabi-nabi yang 25. Maka tidak akan membosankan dan akan menambah khasanah keilmuan dan menjadikan anak-anak untuk lebih giat lagi belajar Al Quran.
3.      Cerita Sebagai Salah Satu Model Pembelajaran Al Qur’an
Cerita adalah suatu metode yang terbaik dalam pengajaran Al Quran. Khususnya tehadap anak-anak yang mana anak-anak suka dengan cerita-cerita. Lebih baik lagi jika para pengajar menggunakan metode tambahan untuk mendukung bertambah baiknya cerita tersebut seperti sebuah video, foto dal lain-lain. Itu akan lebih baik dan menarik peserta didik untuk lebih paham terhadap Al Quran. Al Quran sendiri juga memuat banyak cerita-cerita yang itu semua dapat diceritakan kepada anak-anak.
Metode cerita ini digunakan pada saat anak mulai merasakan bosan mendengarkan penjelasan dari Ustadz. Maka  para pengajar mulai menceritakan suatu kisah tentang hal yang berkaitan dengan Al Quran. Misalnya cerita tentang Nabi-nabi yang terdapat dalam Al Quran. Untuk menceritakan suatu kisah, dapat juga pengajar menggunakan berbagai alat yang mendukung agar cerita yang disampaikan ditangkap positif oleh anak-anak dan cerita yang disampaikan juga tambah menarik.

F.     HIPOTESIS
Hipotesis penelitian ini adalah pengaruh  Metode Cerita dalam pengajaran Al Quran terhadap anak-anak di Masjid Kodama Sewon Bantul.
G.    METODE PENELITIAN
1.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian (McMilan dan Schumacher, 2003). Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan dan pemikirannya.[18]
Tujuan pokok dari  penelitian kualitatif adalah menggambarkan, mempelajari, dan menjelaskan fenomena itu. Pemahaman fenomena ini dapat diperoleh dengan cara mendeskripsikan dan mengeksplorasikannya dalam sebuah narasi.[19]
2.      Pendekatan Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan psikologi yaitu untuk memahami tingkah laku para anak-anak ketika sedang atau sebelum diterapkan metode cerita.
3.      Subjek Penelitian
Subjek penelitian yang disunakan peneliti adalah semua anak-anak yang sedang dalam pengajaran AL Quran di Masjid Kodama dan para Ustadz yang sedang mengajar.
4.      Prosedur Penelitian
Adapun prosedur yang akan digunakan untuk menunjang tercapainya penelitian ini yaitu:
a.       Tahap Persiapan
Sebelum penelitian dimulai, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu guna mengetahui keadaan kelas agar dapat mempermudah meneliti dengan metode cerita. Selain itu juga bisa berdiskusi langsung dengan para pengajar atau ustadz.
b.      Perencanaan
Untuk meneliti kegiatan belajar mengajar Al Quran yang sedang berlangsung dapat dilakukan dengan mengamatinya langsung tanpa harus turun tanngan.
c.       Pelaksanaan
 Peneliti mengamati kegiatan belajar mengajar agar mengetahui bagaimana metode cerita itu dapat berguna.
d.      Observasi
Peneliti melaksanakan observasi atau bisa dikatakan mengamati seluruh kegiatan anak-anak pada saat kegiatan belajar mengajar AL Quran sedang berlangsung. Guna untuk mengetahui semua aktivitas anak-anak agar mendapatkan data yang valid.
e.       Refleksi
Dari pelaksanakan tindakan dan observasi yang telah dilakukan, maka akan memperoleh informasi tentang bagaimana metode cerita itu berjalan. Kemudian hasil informasi tersebut dianalisis dan dievaluasi bersama para ustadz dan orang-orang yang terkait seperti pengurus masjid.
f.       Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang mendukung dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lengkap, sistematis sehingga lebih mudah diolah.[20] Adapun instrumen dalam penelitian adalah:
a.       Peneliti
Peneliti merupakan instrument dalam penelitian kualitatif, karena peneliti sekaligus perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pelapor hasil penelitian.[21]
b.      Lembar Observasi
Lembar observasi ini berisi tentang catatn yang menggambarkan aktivitas belajar mengajar di kelas.
c.       Dokumentasi
Dokumentasi meliputi data-data yang terkait dengan siswa baik berupa nilai, foto yang menggambarkan aktivitas mereka pada saat mengikuti pembelajaran.
d.      Wawancara
Wawancara dilakukan  kepada ustadz dan anak-anak yang mengikuti kegiatan belajar mengajar Al Quran.
e.       Lembar Tes
Untuk mengetahui bagaimana metode cerita itu ditangkap oleh anak dan bagaimana anak itu meresponnya.
g.       Analisis Data
Agar data dalam penelitian dapat dikatakan valid, maka perlu adanya uji keabsahan data yang dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat mengabungksn dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.[22] Ada empat macam triangulasi yaitu memanfaatkan penggunaan sumber, metode, peneliti dan teori. Dalam penelitin ini digunakan tiga dari empat macam tersebut, yaitu: triangulasi data;  mengambil data dari berbagai suasana, waktu, tempat dan jenis.[23]  Triangulasi sumber; mengambil dari berbagai narasumber, dan triangulasi instrumen dengan menggunakan berbagai jenia alat atau instrument.[24]
h.      Indicator Keberhasilan
Penelitian ini tercapai apabila peneliti dapat menemukan hal-hal yang dapat menghambat jalannya pembelajaran Al Quran dan juga factor yang mendorongnya.

H.    SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Secara garis besar, sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:bagian pertama, awal, dan akhir.
Bagian pertama merupakan bagian awal yang terdiri dari halaman judul, halaman surat pernyataan, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.
Bagian kedua merupakan bagian utama skripsi yang terdiri dari empat bab yang BAB I mencakup latarbelakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II merupakan uraian tentang TPA Masjid Kodama yang meliputi letak dan keadaan geografis, sejarah berdiri dan proses perkembangannya, dasar dan tujuan masjid, struktur organisasi, keadaan ustadz dan anak-anak, serta keadaan sarana dan prasarana.
BAB III merupakan hasil penelitian dari aktivitas pembelajaran Al Quran di TPA Masjid Kodama pada saat diterapkan metode cerita.
BAB IV merupakan BAB penutup yang meliputi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
Bagian ketiga merupakan bagian akhir dari skripsi yang meliputi daftar pustaka, lampiran-lampiran, sertifikat dan daftar riwayat hidup penulis.








DAFTAR PUSTAKA
Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran, Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991
Muhammad Abd. Rofiq, “Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pada Siswa  Taman           Pendidikan AL Quran (TPQ) di TPQ AL Hikmah Sukodono Lumajang”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2008.
Catatan Agenda Muswil IV Badko TPQ Jawa Tengah 24-25 April 2009 yang diakses lewat internet pada tanggal 17 Mei 2011 jam 08.30.
Diakses pada tanggal 17 Mei 2011 di www.google.com.
Habibi, “Metode Cerita Dalam Pendidikan Islam di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Sapen”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.
Fitri Nur’ainiPembelajaran Kisah-kisah Islami di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Nurul Islam Nogotirto Gamping Sleman”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002
Moh. User Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993
Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, Bandung: Kerjasama antara Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2007
SuTarsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002





       [1] Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al Quran, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991), hal. 2
      [2] Ibid. Hal. 3
      [3] Muhammad Abd. Rofiq, “Upaya Guru Dalam Penanaman Nilai-nilai Keagamaan Pada Siswa Taman Pendidikan AL Quran (TPQ) di TPQ AL Hikmah Sukodono Lumajang”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2008.
         [4] Catatan Agenda Muswil IV Badko TPQ Jawa Tengah 24-25 April 2009 yang diakses lewat internet pada tanggal 17 Mei 2011 jam 08.30.
        [5] Diakses pada tanggal 17 Mei 2011 di www.google.com.
            [6] Habibi, “Metode Cerita Dalam Pendidikan Islam di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Athfal Sapen”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2004.
            [7] Fitri Nur’ainiPembelajaran Kisah-kisah Islami di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Nurul Islam Nogotirto Gamping Sleman”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2002.
            [8]Mulyati, “Peranan TPA At-Thohiriyah Desa Klampok Kecamatan Purworejo-Klampok Kabupaten Banjarnegara Dalam Pembinaan Akhlak Anak”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial UNNES Semarang, 2005.
                      [9] Moh. Chazdiq Charisma, TIga Aspek Kemukjizatan Al Quran, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991), hal.1
           [10] Ibid Hal. 1-2
              [11] Ibid Hal. 2
              [12] Mulyati, “Peranan TPA At-Thohiriyah Desa Klampok Kecamatan Purworejo-Klampok Kabupaten Banjarnegara Dalam Pembinaan Akhlak Anak”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial UNNES Semarang, 2005.
           [13] Ibid hal 12-13
                 [14] Ibid hal. 13
                 [15] Ibid hal. 13
                    [16] Ibid hal. 14
                    [17] Moh. User Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1993), Hal. 5
          [18] Syamsuddin dan Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung: Kerjasama antara Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dengan PT Remaja Rosdakarya, 2007). Hal. 73
           [19] Ibid Hal. 74
               [20] Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002) Hal. 36
                [21] Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 121
              [22] Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),), hal. 330
              [23] Suhartini Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 129
              [24] Ibid. hal.130

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  الطريقة   المادة الترتيب (أقوم أمام الباب قائلا)   إلقاء السّلام ...