Oleh : Rahmad Fitriyanto
BAB I
PENDAHULUAN
Budaya
adalah suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh
secara bersama oleh semua anggota organisasi dalam pelaksanaan pekerjaan yng
ada dalam organisasi tersebut. Dengan demikian, budaya dalam suatu organisasi
adalah menjadi pengikat semua karyawan secara bersama dalam organisasi tersebut
dan sekaligus sebagai pemberi arti dan maksud dalam keterlibatan karyawan
tersebut dalam pekerjaan sehari-hari dari organisasi.
Kebudayaan
adalah keseluruhan cara hidup (yang merangkumi cara bertindak, berkelakuan dan
berfikir) serta segala hasil kegiatan dan penciptaan yang berupa kebendaan atau
kerohanian sesuatu masyarkat, tamadun, peradaban, kemajuan, akal budi dan
lain-lain.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengertian mengenai kebudayaan
yaitu system pengetahuan yang meliputi system ide atau gagasan yang terdapat
dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebuyaan itu
bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yan berbudaya, berupa perilaku dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi social, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya
ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan masyarakat.
B. Manusia Berbudaya
Ada beberapa ahli yang
menganggap bahwa konsep manusia berpendidikan dan manusia berbudaya sama
artinya, bahwa manusia yang berpendidikan adalah manusia yang berbudaya rumusan
ini benar karena lahir dari pengertian bahwa pendidikan adalah aspek dari
kebudayaan. Dengan demikian seseorang yang telah berkembang sesuai dengan
kebudayaannya adalah orang yang juga memperoleh pendidikan yang bertujuan sama
dengan perkembangan pribadi di dalam kebudayaan dimana pendidikan itu
berlangsung.
Sebenarnya
konsep tentang keduanya dapat kita bedakan, walaupun keduanya tidak bisa kita
pisahkan. Manusia berpendidikan (Educated Man) seringkali diartikan sebagai
manusia yang telah berkembang kemampuan intelektualnya karena factor pendidikan (sekolah). Pengertian yang popular
ini juga disebabkan oleh adanya budaya pendidikan yang intelektualis, semisal
perkembangan teknologi yang sedemikian canggih, sehingga pemakaian computer dan
internet telah merambah di segenap ranah kehidupan manusia. Tiak ada lagi
batasan ruang, waktu dan objek yang diperlukan, karena semua kebutuhan
informasi dengan sangat mudah diperoleh dalam hitungan menit. Semuanya ini bisa
dilakukan hanya bagi mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan akademis
(sekolah) yang kompatibel.
Manusia
yang berbudaya adalah seseorang yang menguasai dan berprilaku sesuai dengan
nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etnis dan moral yang hidup dalam
kebudayaan masyarakat. Seseorang yang berpendidikan tinggi dan luas, namun
hidupnya tidak bermoral maka orang yang demikian dianggap orang yang
berpendidikan tetapi tidak berbudaya.
Seseorang
yang mempunyai sifat gentleman atau lady adalah seorang yang mempunyai sopan
santun di dalam melaksanakan nilai-nilai pergaulan yang dihormati di dalam
masyarakat sudah tentu seorang gentleman atau lady juga seorang yang memperoleh
pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai gentleman atau lady, yang dilaksanakan
dalam pendidikan sekolahnya, yang lebih menekankan kepada aspek-aspek sopan
santun, tahu menempatkan diri, menghormati wanita dan orang yang dituakan,
berpengetahuan luas, mengakui kelebihan cant lain dan diri sendiri, termasuk
sifat sportif. Nilai-nilai praktis inilah yang diyakini dan harus diprktekkan
oleh seseorang yang gentleman atau lady.
Rumusan
tentang tujuan pendidikan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 menyatakan
bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Dalam arti mengembangkan seluruh aspek pribadi yaitu iman dan takwa kepada
tuhan, budi pekerti yang luhur, penguasaan pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, mempunyai
rasa tanggung jawab yang tinggi dalam kemasyarakatan dan kebangsaan. Jadi
konsep tentang mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya sesungguhnya merupakan
pengertian yang kompleks. Selain itu pendidikan tidak mungkin dapat
mengembangkan sejumlah potensi yang ada pada manusia, karena masing-masing
individu mempunyai potensi yang berjenis-jenis dan yang bermakna bagi
masing-masing individu.
Jadi
pengertian yang konkrit tentang pengembangan manusia Indonesia seutuhnya adalah
memberikan kesempatan kepada semua manusia Indonesia untuk dapat mengembangkan
potensinya sehingga dia dapat memberikan sumbangan kemampuan yang telah
dikembangkan secara mandiri dan mantap. Pribadi yang mantap dan mandiri ini
adalah pribadi yang berkembang di dalam masyarakat yang berbudaya. Ia harus
mengenal dan mewujudkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat sekitarnya,
masyarakat bangsanya. Dia tidak menjadi beban bagi orang lain malahan dapat
memberikan sumbangan bagi kesejahteraan masyarakat di mana ia hidup. Ia harus
mempunyai keterampilan yang bisa dikaryakan untuk kepentingan dirinya sendiri
dan masyarakatnya. Sebab hanya dengan demikianlah dia bakal mempunyai rasa
tanggung jawab untuk masyarakat dan bangsanya.
C. Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Empat macam makhluk:
1.
Alam
2.
Tumbuhan
3.
Binatang
4.
Manusia
Perbedaan manusia
dengan makhluk lainnya adalah: manusia mempunyai akal budi yang merupakan
kemampuan berpikir manusia sebagai kodrat alami.
Budi berasal dari
bahasa sangsekerta Budh artinya akal, tabiat, perangai, ban akhlak menurut
Sutan Takdir Alisyahbana Budi yang menyebabkan manusia mengembangkan suatu
hubungan bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian
objektif terhadap objek dan kejadian.
Manusia dengan akal
budinya mampu memperbaharui dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan hidup
dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup,
Menurut A. Maslow, kebutuhan hidup manusia dibagi menjandi 5 tingkatan:
1.
Kebutuhan fisiologis (physiological needs)
Kebutuhan primer, dasar dan vital, menyangkut
fungsi-fungsi biologis dasar dari manusia: makanan, pakaian, tempat
tinggal, kesembuhan, seks, dll.
2.
Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan
(safety and security needs) : bebas dari rasa takut, perlakuan tidak adil,
terlindung dari ancaman penyakit, dll.
3.
Kebutuhan Sosial (Social needs) : kebutuhan
dicintai, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama,
interaksi, dll.
4.
Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs),
kebutuhan dihargai kemampuan, kedudukan, jabatan, status, pangkat, dll.
5.
Kebutuhan akan aktualisasi diri (self
actualization)
Manusia Dan Kebudayaan
Budaya berasal dari bahasa sangskerta yaitu buddhayah yang merupakan
bentuk jamak dari Buddhi diartikan sebagai hal-hal yang berkitan dengan budi
dan akal. Secara umum Budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
JJ. Hoeningman membagi
kebudayaan dalam 3 wujud:
a.
Gagasan
Kebudayaan yang berbentuk
kumpulan, ide, gagasan, nilai, norma, peraturan yang sifatnya abstrak.
b.
Aktivitas (tindakan)
Wujud kebudayaan sebagai suatu
tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, sering disebut system social,
yaitu aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu, sifatnya kongkret
dapat diamati.
c.
Artefak (karya)
Wujud kebudayaan fisik yang
berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam
masyarakat berupa benda-benda yang dapat diraba dan dilihat.
7 unsur kebudayaan bersifat universal:
a.
System peralatan dan perlengkapan hidup
(teknologi)
b.
System mata pencaharian
c.
System kemasyarakatan atau organisasi social
d.
Bahasa
e.
Kesenisn
f.
System pengetahuan
g.
System religi
Etika dan Estetika Berbudaya
1. Etika manusia dalam berbudaya
Etika berasal dari bahasa
Yunani, ethos.
Ada 3 jenis makna etika menurut Bertens:
a.
Etika dalam arti nilai-nilai atau norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok orang dalam mengatur tingkah
laku.
b.
Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral
(kode etik)
c.
Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang baik
dan buruk (filsafat moral)
Kebudayaan merupakan
hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia beretika, akan menghasilkan budaya
yang beretika.
Etika berbudaya
mengandung tuntutan bahwa budaya yang diciptakan harus mengandung nilai-nlai
etik yang bersifat universal. Meskipun demikian suatu budaya yang dihasilkan
memenuhi nilai-nilai etik atau tidak bergantung dari paham atau ideology yang
diyakini oleh masyarakat.
2. Estetika manusia dalam berbudaya
Estetika dapat dikatakan
sebagai teori tentang keindahan atau seni, Estetika berkaitan dengan nilai
indah-jelek.
Makna keindahan:
a.
Secara luas, keindahan mengandung ide kebaikan
b.
Secara sempit, yaitu indah dalam lingkup
persepsi penglihatan (bentk dan warna)
c.
Secara estetik murni, menyangkut pengalaman
estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya
melalui indera.
Estetika bersifat subyektif, sehingga tidak bisa dipaksakan. Tetapi yang
penting adalah menghargai keindahan budaya yang dihasilkan oleh orang lain.
Memanusiakan Manusia
Manusia tidak hanya sekedar
homo, tetapi harus ditingkatkan menjadi human dengan cara memiliki prinsip,
nilai dan rasa kemanusiaan yang melekat pada dirinya.
Memanusiakan manusia
berarti perilaku manusia untuk menghargai dan menghormati harkat dan derajat
manusia dengan cara tidak menindas sesama, tidak menghardik, tidak bersifat
kasar, tidak menyakiti, dan perilaku buruk lainnya.
BAB III
PENUTUP
Manusia yang berbudaya adalah seseorang yang menguasai
dan berprilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya, khususnya nilai-nilai etnis
dan moral yang hidup dalam kebudayaan masyarakat. Seseorang yang berpendidikan
tinggi dan luas, namun hidupnya tidak bermoral maka orang yang demikian
dianggap orang yang berpendidikan tetapi tidak berbudaya.
Pengertian mengenai kebudayaan yaitu system pengetahuan
yang meliputi system ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebuyaan itu bersifat abstrak
DAFTAR PUSTAKA
-
Widagdho, Djoko. Ilmu Budaya Dasar (MKDU), Jakarta:
Bumi Aksara, 2008.
No comments:
Post a Comment