Oleh : Rahmad Fitriyanto
Proses menyusui adalah pemberian
hak anak oleh ibu. Konon pada zaman Rasul, wanita2 di desa menjadikan ini
sebagai mata pencaharian. Mereka berkeliling kota mencari wanita hamil dan
menawarkan jasa menyusui kalau bayinya lahir nanti. Halimatussa'diah adalah
wanita dari bani saad yang dipercaya untuk menyusui manusia mulia bernama
Muhammad SAW.
Zaman skarang ada Bank ASI kita liat gimana ulama
berpendapat ttg hal ini
Di masa sekarang ini kita memang
dikejutkan dengan berita telah berdirinya bank khsusus untuk menampung air susu
ibu. Para ulama kontemporer melihat dari beberapa sudut pandang yang berlainan,
sehingga yang kita temui dari fatwa mereka pun saling berbeda. Sebagian
mendukung adanya bank air susu tapi yang lainnya malah tidak setuju.
1. Pendapat Yang Membolehkan
Ulama besar semacam Dr. Yusuf
Al-Qaradawi tidak menjumpai alasan untuk melarang diadakannya semacam
"bank susu." Asalkan bertujuan untuk mewujudkan maslahat syar'iyah
yang kuat dan untuk memenuhi keperluan yang wajib dipenuhi.
Beliau cenderung mengatakan bahwa
bank air susu ibu bertujuan baik dan mulia, didukung oleh Islam untuk
memberikan pertolongan kepada semua yang lemah, apa pun sebab kelemahannya.
Lebih-lebih bila yang bersangkutan adalah bayi yang baru dilahirkan yang tidak
mempunyai daya dan kekuatan.
Beliau juga mengatakan bahwa para
wanita yang menyumbangkan sebagian air susunya untuk makanan golongan anak-anak
lemah ini akan mendapatkan pahala dari Allah, dan terpuji di sisi manusia.
Bahkan sebenarnya wanita itu boleh menjual air susunya, bukan sekedar
menyumbangkannya. Sebab di masa nabi, para wanita yang menyusui bayi
melakukannya karena faktor mata pencaharian. Sehingga hukumnya memang
diperbolehkan untuk menjual air susu.
Bahkan Al-Qaradawi memandang bahwa
institusiyang bergerak dalam bidang pengumpulan ‘air susu’ itu yang
mensterilkan serta memeliharanya agar dapat dinikmati oleh bayi-bayi atau
anak-anak patut mendapatkan ucapan terima kasih dan mudah-mudahan memperoleh
pahala.
Selain Al-Qaradawi, yang
menghalalkan bank susu adalah Al-Ustadz Asy-Syeikh Ahmad Ash-Shirbasi,
ulama besar Al-Azhar Mesir. Beliau menyatakan bahwa hubungan mahram yang
diakibatkan karena penyusuan itu harus melibatkan saksi dua orang laki-laki.
Atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi wanita sebagai ganti dari satu
saksi laki-laki.
Bila tidak ada saksi atas
penyusuan tersebut, maka penyusuan itu tidak mengakibatkan hubungan kemahraman
antara ibu yang menyusui dengan anak bayi tersebut.
2. Yang Tidak Membenarkan Bank Susu
Di antara ulama kontemporer yang
tidak membenarkan adanya bank air susu adalah Dr. Wahbah Az-Zuhayli dan juga
Majma' Fiqih Islami. Dalam kitab Fatawa Mua`sirah, beliau menyebutkan
bahwa mewujudkan institusi bank susu tidak dibolehkan dari segi syariah.
Demikian juga dengan Majma'
Fiqih Al-Islamimelalui Badan Muktamar Islam yang diadakan di Jeddah
pada tanggal 22 – 28 Disember 1985/ 10 – 16 Rabiul Akhir 1406. Lembaga
inidalam keputusannya (qarar) menentang keberadaan bank air susu ibu di seluruh
negara Islam serta mengharamkan pengambilan susu dari bank tersebut.
Perdebatan Dari Segi Dalil
Ternyata perbedaan pendapat dari
dua kelompok ulama ini terjadi di seputar syarat dari penyusuan yang
mengakibatkan kemahraman. Setidaknya ada dua syarat penyusuan yang
diperdebatkan. Pertama, apakah disyaratkan terjadinya penghisapan atas puting
susu ibu? Kedua, apakah harus ada saksi penyusuan?
1. Haruskah Lewat Menghisap Puting Susu?
Kalangan yang membolehkan bank
susu mengatakan bahwa bayi yang diberi minum air susu dari bank susu, tidak akan
menjadi mahram bagi para wanita yang air susunya ada di bank itu. Sebab kalau
sekedar hanya minum air susu, tidak terjadi penyusuan. Sebab yang namanya
penyusuan harus lewat penghisapan puting susu ibu.
Mereka berdalil dengan fatwaIbnu
Hazm, di mana beliau mengatakan bahwa sifat penyusuan haruslah dengan cara
menghisap puting susu wanita yang menyusui dengan mulutnya. Dalam fatwanya,
Ibnu Hazm mengatakan bahwa bayi yang diberi minum susu seorang wanita dengan
menggunakan botol atau dituangkan ke dalam mulutnya lantas ditelannya, atau
dimakan bersama roti atau dicampur dengan makanan lain, dituangkan ke dalam
mulut, hidung, atau telinganya, atau dengan suntikan, maka yang demikian itu
sama sekali tidak mengakibatkan kemahraman
Dalilnya adalah firman Allah SWT:
'Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu dan saudara
perempuanmu sepersusuan...' (QS An-Nisa':23)
Menurut Ibnu Hazm, proses
memasukkan puting susu wanita di dalam mulut bayi harus terjadi sebagai syarat
dari penyusuan.
Sedangkan bagi mereka yang mengharamkan bank susu,
tidak ada kriteria menyusu harus dengan proses bayi menghisap puting susu.
Justru yang menjadi kriteria adalah meminumnya, bukan cara meminumnya.
Dalil yang mereka kemukakan juga tidak kalah
kuatnya, yaitu hadits yang menyebutkan bahwa kemahraman itu terjadi ketika bayi
merasa kenyang.
Dari Aisyah ra berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Perhatikan saudara laki-laki kalian, karena saudara persusuan
itu akibat kenyangnya menyusu. (HR Bukhari dan Muslim)
2. Haruskah Ada Saksi?
Hal lain yang menyebabkan
perbedaan pendapat adalah masalah saksi. Sebagian ulama mengatakan bahwa untuk
terjadinya persusuan yang mengakibatkan kemahraman, maka harus ada saksi.
Seperti pendapat Ash-Sharabshi, ulama Azhar. Namun ulama lainnya mengatakan
tidak perlu ada saksi. Cukup keterangan dari wanita yang menyusui saja.
Bagi kalangan yang mewajibkan ada
saksi, hubungan mahram yang diakibatkan karena penyusuan itu harus melibatkan
saksi dua orang laki-laki. Atau satu orang laki-laki dan dua orang saksi wanita
sebagai ganti dari satu saksi laki-laki.
Bila tidak ada saksi atas
penyusuan tersebut, maka penyusuan itu tidak mengakibatkan hubungan kemahraman
antara ibu yang menyusui dengan anak bayi tersebut.Sehingga tidak perlu ada
yang dikhawatirkan dari bank susu ibu. Karena susu yang diminum oleh para bayi
menjadi tidak jelas susu siapa dari ibu yang mana. Dan ketidak-jelasan itu
malah membuat tidak akan terjadi hubungan kemahraman.
Dalilnya adalah bahwa sesuatu yang
bersifat syak (tidak jelas, ragu-ragu, tidak ada saksi), maka tidak mungkin
ditetapkan di atasnya suatu hukum. Pendeknya, bila tidak ada saksinya, maka
tidak akan mengakibatkan kemahraman.
Sedangkan menurut ulama lainnnya,
tidak perlu ada saksi dalam masalah penyusuan. Yang penting cukuplah wanita
yang menyusui bayi mengatakannya. Maka siapa pun bayi yang minum susu dari bank
susu, maka bayi itu menjadi mahram buat semua wanita yang menyumbangkan air
susunya. Dan ini akan mengacaukan hubungan kemahraman dalam tingkat yang sangat
luas. Dari pada kacau balau, maka mereka memfatwakan bahwa bank air susu
menjadi haram.
Dan kesimpulan akhirnya, masalah
ini tetap menjadi titik perbedaan pendapat dari dua kalangan yang berbeda
pandangan. Wajar terjadi perbedaan ini, karena ketiadaan nash yang secara
langsung membolehkan atau mengharamkan bank susu. Nash yang ada hanya bicara
tentang hukum penyusuan, sedangkan syarat-syaratnya masih berbeda. Dan karena
berbeda dalam menetapkan syarat itulah makanya para ulama berbeda dalam
menetapkan hukumnya.
A. PENDAHULUAN
Saat ini baik disadari ataupun tidak
kecantikan wanita sudah menjadi industri yang menggiurkan, dari usaha salon
kecantikan, produk kosmetik, produk obat-obatan pelangsing tubuh, produk
apearel, produk fashion dan bahkan paranormal pun laku untuk pemasangan susuk
agar seorang wanita terlihat cantik. Menandakan begitu terobsesinya wanita
dengan kecantikan.
Tanpa sadar banyak wanita saat ini dari wanita ABG, Remaja, Dewasa, dan usia cukup berumur yang menjadi objek dari suatu industri kecantikan untuk merawat kecantikan dan tubuhnya demi kecantikan yang ditentukan oleh industri kecantikan dengan parameter yang sengaja diciptakan suatu industri.
Tanpa sadar banyak wanita saat ini dari wanita ABG, Remaja, Dewasa, dan usia cukup berumur yang menjadi objek dari suatu industri kecantikan untuk merawat kecantikan dan tubuhnya demi kecantikan yang ditentukan oleh industri kecantikan dengan parameter yang sengaja diciptakan suatu industri.
Sungguh menyedihkan saya melihat
beberapa wanita yang terobsesi untuk menjadi cantik dengan cara operasi
kecantikan untuk merubah bentuk bagian tubuhnya dengan cara operasi plastik,
yang terkadang bila dilakukan bukan orang yang profesional maka bukan
kecantikan yang didapat, malah perubahan yang menyedihkan, bahkan bisa
berakibat fatal berupa kematian.
B. ISI
1.Operasi Kecantikan
Mentatoo badan dan mengikir gigi adalah
perbuatan yang dilaknat oleh Rasulullah s.a.w., seperti tersebut dalam
hadisnya:
"Rasulullah s.a.w. melaknat perempuan yang mentatoo dan minta ditatoo, dan yang mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya." (Riwayat Thabarani)
Tatoo, yaitu memberi tanda pada muka dan kedua tangan dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Sebagian orang-orang Arab, khususnya kaum perempuan, mentatoo sebagian besar badannya. Bahkan sementara pengikutpengikut agama membuatnya tatoo dalam bentuk persembahan dan lambang-lambang agama mereka, misalnya orang-orang Kristen melukis salib di tangan dan dada mereka.
"Rasulullah s.a.w. melaknat perempuan yang mentatoo dan minta ditatoo, dan yang mengikir gigi dan yang minta dikikir giginya." (Riwayat Thabarani)
Tatoo, yaitu memberi tanda pada muka dan kedua tangan dengan warna biru dalam bentuk ukiran. Sebagian orang-orang Arab, khususnya kaum perempuan, mentatoo sebagian besar badannya. Bahkan sementara pengikutpengikut agama membuatnya tatoo dalam bentuk persembahan dan lambang-lambang agama mereka, misalnya orang-orang Kristen melukis salib di tangan dan dada mereka.
Perbuatan-perbuatan yang rusak ini
dilakukan dengan menyiksa dan menyakiti badan, yaitu dengan menusuk-nusukkan
jarum pada badan orang yang ditatoo itu.
Semua ini menyebabkan laknat, baik terhadap yang mentatoo ataupun orang yang minta ditatoo.
Dan yang disebut mengikir gigi, yaitu merapikan dan memendekkan gigi. Biasanya dilakukan oleh perempuan. Karena itu Rasulullah melaknat perempuan-perempuan yang mengerjakan perbuatan ini (tukang kikir) dan minta supaya dikikir.
Semua ini menyebabkan laknat, baik terhadap yang mentatoo ataupun orang yang minta ditatoo.
Dan yang disebut mengikir gigi, yaitu merapikan dan memendekkan gigi. Biasanya dilakukan oleh perempuan. Karena itu Rasulullah melaknat perempuan-perempuan yang mengerjakan perbuatan ini (tukang kikir) dan minta supaya dikikir.
Kalau ada laki-laki yang berbuat
demikian, maka dia akan lebih berhak mendapat laknat.
Termasuk diharamkan seperti halnya mengikir gigi, yaitu menjarangkan gigi. Dalam hal ini Rasulullah pernah melaknatnya, yaitu seperti tersebut dalam hadisnya:
"Dilaknat perempuan-perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang mengubah ciptaan Allah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Termasuk diharamkan seperti halnya mengikir gigi, yaitu menjarangkan gigi. Dalam hal ini Rasulullah pernah melaknatnya, yaitu seperti tersebut dalam hadisnya:
"Dilaknat perempuan-perempuan yang menjarangkan giginya supaya menjadi cantik, yang mengubah ciptaan Allah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Yang disebut al-Falaj, yaitu meletakkan
sesuatu di sela-sela gigi, supaya nampak agak sedikit jarang. Di antara
perempuan memang ada yang oleh Allah dicipta demikian, tetapi ada juga yang
tidak begitu. Kemudian dia meletakkan sesuatu di sela-sela gigi yang
berhimpitan itu, supaya giginya menjadi jarang. Perbuatan ini dianggap
mengelabui orang lain dan berlebih-lebihan dalam berhias yang samasekali
bertentangan dengan jiwa Islam yang sebenarnya.
Dari hadis-hadis yang telah kita sebutkan di atas, maka kita dapat mengetahui tentang hukum operasi kecantikan seperti yang terkenal sekarang karena perputaran kebudayaan badan dan syahwat, yakni kebudayaan Barat materialistis, sehingga banyak sekali perempuan dan laki-laki yang mengorbankan uangnya beratus bahkan beribu-ribu untuk mengubah bentuk hidung, payudara atau yang lain. Semua ini termasuk yang dilaknat Allah dan RasulNya, karena di dalamnya terkandung penyiksaan dan perubahan bentuk ciptaan Allah tanpa ada suatu sebab yang mengharuskan untuk berbuat demikian, melainkan hanya untuk pemborosan dalam hal-hal yang bersifat show dan lebih mengutamakan pada bentuk, bukan inti; lebih mementingkan jasmani daripada rohani.
Dari hadis-hadis yang telah kita sebutkan di atas, maka kita dapat mengetahui tentang hukum operasi kecantikan seperti yang terkenal sekarang karena perputaran kebudayaan badan dan syahwat, yakni kebudayaan Barat materialistis, sehingga banyak sekali perempuan dan laki-laki yang mengorbankan uangnya beratus bahkan beribu-ribu untuk mengubah bentuk hidung, payudara atau yang lain. Semua ini termasuk yang dilaknat Allah dan RasulNya, karena di dalamnya terkandung penyiksaan dan perubahan bentuk ciptaan Allah tanpa ada suatu sebab yang mengharuskan untuk berbuat demikian, melainkan hanya untuk pemborosan dalam hal-hal yang bersifat show dan lebih mengutamakan pada bentuk, bukan inti; lebih mementingkan jasmani daripada rohani.
Adapun kalau ternyata orang tersebut
mempunyai cacat yang kiranya akan dapat menjijikkan pandangan, misalnya karena
ada daging tambah yang dapat menimbulkan sakit secara perasaan ataupun secara
kejiwaan kalau daging lebih itu dibiarkan, maka waktu itu tidak berdosa orang
untuk berobat selama untuk tujuan demi menghilangkan penyakit yang bersarang
dan mengancam hidupnya. Karena Allah tidak menjadikan agama buat kita ini
dengan penuh kesukaran.
Barangkali yang memperkuat permasalahan
tersebut di atas, yaitu tentang hadis "dilaknat perempuan-perempuan yang
menjarangkan giginya supaya cantik" seperti tersebut di atas. Dari hadis
itu pula dapat difahamkan, bahwa yang tercela itu ialah perempuan yang
mengerjakan hal tersebut semata-mata untuk tujuan keindahan dan kecantikan yang
dusta. Tetapi kalau hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan
penyakit atau bahaya yang mengancam, maka sedikitpun tidak ada halangan.1
2.Operasi Kelamin
2.Operasi Kelamin
Segala sesuatu yang kita kerjakan tentu
ada tujuannya. Kita diperbolehkan melakukan operasi kelamin kalau tujuannya
untuk pengobatan. Dalam dunia kedokteran dikenal tiga bentuk operasi kelamin,
1. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki cacat kelamin, seperti penis atau vagina yang tidak berlubang.
2. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua jenis kelamin (penis dan vagina)
3. Operasi penggantian jenis kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memilikikelaminnormal.
1. Operasi perbaikan atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki cacat kelamin, seperti penis atau vagina yang tidak berlubang.
2. Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua jenis kelamin (penis dan vagina)
3. Operasi penggantian jenis kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memilikikelaminnormal.
Mencermati tiga bentuk operasi kelamin
yang disebutkan di atas, kita bisa memastikan bahwa jenis operasi kelamin
pertama dan kedua, yaitu opreasi kelamin dengan tujuan untuk memperbaiki
kelamin yang cacat atau kelamin ganda, hukumnya mubah (boleh) bahkan dianjurkan
karena dikategorikan sebagai pengobatan, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat
berikut. Diceritakan bahwa seorang Arab Badui mendatangi Rasulullah saw. seraya
bertanya, Apakah kita harus berobat? Rasulullah menjawab, Ya hamba Allah,
berobatlah kamu, sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan juga
(menentukan) obatnya, kecuali untuk satu penyakit, yaitu “penyakit tua.” (HR.
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad) Sedangkan jenis operasi kelamin yang
ketiga, yaitu operasi yang tujuannya bukan untuk pengobatan, tapi sekedar
mengikuti nafsu --merasa sudah bosan menjadi laki-laki, akhirnya kelaminnya
dioperasi jadi perempuan atau sebaliknya, atau bisa juga dilakukan untuk
menarik perhatian publik (bikin sensasi)--, hukumnya haram. Sebagaimana
dijelaskan dalam keterangan berikut. “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(QS. Al-Hujurat 49:13)
Imam Athabari menyebutkan, yang dimaksud
“Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan” adalah
bahwa kodrat laki-laki tidak bisa diubah menjadi perempuan atau sebaliknya.
Jadi, kalau kita ditakdirkan menjadi laki-laki, haram diubah menjadi perempuan,
demikian pula sebaliknya.
Kesimpulannya, operasi kelamin hukumnya mubah (boleh) bahkan dianjurkan kalau tujuannya untuk pengobatan. Hukumnya menjadi haram kalau tujuannya sekedar mengikuti hawa nafsu, mencari popularitas, atau menentang kodrat yang Allah swt. tetapkan.
Kesimpulannya, operasi kelamin hukumnya mubah (boleh) bahkan dianjurkan kalau tujuannya untuk pengobatan. Hukumnya menjadi haram kalau tujuannya sekedar mengikuti hawa nafsu, mencari popularitas, atau menentang kodrat yang Allah swt. tetapkan.
No comments:
Post a Comment