Tuesday, August 5, 2025

Tokoh pendidikan Islam Fazlur Rahman

  Oleh : Rahmad Fitriyanto, M.Pd

1.      Fazlur Rahman

Fazlur Rahman dilahirkan pada 21 September 1919 di distrik Hazara, Punjab, suatu daerah di Anak benua Indo-Pakistan yang sekarang terletak di barat laut Pakistan. Ia dibesarkan dalam suatu keluarga dengan tradisi keagamaan mazhab mazhab Hanafi yang cukup kuat[1], salah satu mazhab sunni yang memiliki corak rasional. Fazlur Rahman didik dalam dalam keluarga muslim yang taat beragama. Ibunya sangat berpengaruh dalam pembentukan watak dan keyakinan-keyakian awal relegius Fazlur Rahman. Ibunya mengajarkan nilai-nilai kebenaran, kasih sayang, ketabahan dan cinta. Ayahnya, Maulana Sahab al-Din adalah seorang alim terkenal lulusan Deoband, meskipun ayahnya terdidik dengan pola keyakinan dalam pola pemikiran Islam tradisional, ia berkeyakinan bahwa Islam melihat modernitas sebagai tantangan-tantangan dan kesempatan-kesempatan yang harus dihadapi.

Hal penting yang telah mempengaruhi pemikiran keagamaan Fazlur Rahman adalah bahwa dia dididik dalam sebuah keluarga dengan tradisi mazhab hanafi ; sebuah mazhab sunni yang lebih banyak menggunakan rasio (ra’yu) dibandingkan dengan mazhab sunni lainnya. Selain itu di India ketika itu telah berkembang pemikiran yang agak liberal seperti yang dikembangkan oleh Syah Waliyullah, Sayid Ahmad Khan, Sir Sayid, Amir Ali dan Muhammad Iqbal.[2]

Ayahnya sangat memperhatikan betul pendidikan Fazlur Rahman. Ketika umur sepuluh tahun, hafal Alqur’an, ia sudah mengahafal Al-Qur’an di luar kepala. Ketika berusian empat belas tahun, ia mulai belajar filsafat, bahasa Arab, teologi hadits, dan tafsir. Intelektualnya semakin teguh dengan penguasaannya dalam berbagai bahasa : Persia, Urdu, Inggris, Perancis dan Jerman.Di samping itu, ia juga mempunyai pengetahuan yang workkable tentang bahasa-bahasa Eropa kuna, seperti Latin dan Yunani.[3]

Kemudian, pada tahun 1933, Fazlur Rahman melanjutkan studiya ke Lahore dan memasuki sekolah modern. Pada tahun 1940 ia menyelesaikan program Bachelor of Art (B.A) dalam bimbingan bahasa Arab pada Universitas Punjab. Dan pada tahun (1942) ia menyelesaikan program Masternya dalam bidang yang sama dan universitas yang sama. Dengan latar belakang pendidikan formal semacam ini tidak mengherankan jika Fazlur Rahman terpacu terus untuk mampu meraih sampai pada gelar akademis tertinggi. Namun kiranya untuk melangkah ke san, perguruan tinggi Islam khususnya yang ia lihat di negerinya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan perguruan tinggi di Barat.[4] Karena di Anak Benua India itu pendidikannya lebih bersifat farmalitas-akademik dibandingkan dengan aspek intelektual.

Empat tahun kemudian Fazlur Rahman (1946), ia berangkat ke Inggris untuk melanjutkan studinya di Universitas Oxford. Di bawah bimbingan Profesor S. Van den Bergh dan H.A.R. Gibb, Fazlur Rahman menyelesaikan desertasinya tentang ibn Sina dan ia mendapatkan gelar Philosopi Doctor (Ph.D.) pada tahun 1949. Dua tahun berikutnya desertasinya diterbitkan oleh Oxfrod University Press dengan judul Avecinna’s Psychology. Pada tahun 1959 karya suntingan Fazlur Rahman dari kitab Al-Nafs karya ibnu sina diterbitkan oleh penerbit yang sama dengan judul avcinna’s De Anima.[5]

Dengan gelar akademik itu dan penguasaanya terhadap berbagai bahasa, Fazlur Rahman benar-benar seorang scholar yang intelektual. Ia menguasai secara luas dan mendalam sejarah Islam dalam bidang pemikiran, perkembangan sosial-politik dan kebudayaan.demikian pula dia dapat membaca dengan cermat khazanah keilmuan Islam di segala bidang, betatapun kunanya bahasa Arab yang yang digunakan dan meskipun hanya berupa manuskrip yang belum menggunakan cara penulisan standar.[6]

Dengan diraihnya gelar Doktor ini menunjukkan bahwa Fazlur Rahman adalah figur intelektual, seorang yang banyak dituntut bekerja melalui telaa-telaah pemikiran, sehingga ia tidak langsung pulang kenegerinya dan mengajar di Universitas Durham di Inggris dan berhasil menyelesaikan karyanya yang berjudul Prophechy in Islam: Philosophy and Ortodoxy. Lalu dalam perkembangan selanjutnya ia pindah ke Kanada dan mengajar di Institute of islamic Studies, Universitas McGill, dan menjabat sebagai associate Propesor of Philocophy sampai awal tahun 1960. Di sinilah ia berkenalan dan menjalin persahabatan erat dengan seorang orientalis kenamaan, Prof. Dr. Wilfred C. Smith yang ketika itu menjabat sebagai Direktur Institut tersebut.[7]

Pada tahun itu ia meninggalkan Eropa karena diminta kembali ke Pakistan oleh presidennya Ayub Khan, untuk ikut berpartisipasi membangun negeri Pakistan.  Dua tahun berikutnya (1962) ia ditunjuk sebagai Direktur Lembaga Riset Islam (Institute of Islamic Reseach) setelah ia menjabat sebagai staf di lembaga tersebut. Selama kepemimpinannya lembaga ini berhasil menerbitkan dua jurnal ilmiah, yaitu Islamic Studies berbahasa Inggris dan  Fikru-Nazhr berbahasa Urdu. Ketika mengelola lembaga riset ia bekerja dengan sungguh-sungguh untuk memajukannnya, dengan strategi seperti yang dituturkannya sebagai berikut :

Selama jabatan saya selaku Direktur Lembaga tersebut, saya mencoba menjalankan strategi ganda: mengangkat beberapa lulusan Madrasah yang menguasai bahasa Inggris sebagai staf yunior dan mencoba melatih mereka dalam teknik-teknik riset modern dan sebaliknya merekrut staf-staf senior dari kalangan lulusan Universitas di bidang filsafat atau ilmu-ilmu sosial dan memberi mereka pelajaran bahasa Arab serta disiplin-disiplin Islam klasikyang utam seperti Hadits dan Usul Fiqh. Saya juga mengirim beberapa orang keluar negeri untuk mendapatkan training dan jika memungkinkan gelar-gelar dengan kajian keislaman baik di Universitas Barat Maupun Timur. Usaha saya untuk mengundang seorang sarjana Barat pasca Doktor yang masih muda sebagai guru tamu untuk bekerja sama dan mengawasi kerja para riset para staf- terutama dari segi-segi teknik riset ilmiah dan standar-standar kesarjanaan modern yang bermutu gagal, sebab tidak ada sarjana seperti itu yang berhasil didapatkan, meskipun saya telah memberanikan diri mengahdapi tantangan kuat terhadap gagasan tersebut yang datang dari harian Karachi berpengaruh,Daun.[8]

Disamping jabatan di atas sejak tahun 1964 Fazlur Rahman dipercaya unutk duduk sebagai anggota Advisory Council of Islamic Ideology (Dewan Penasehat Idiologi) Pemerintah Pakistan yang bertugas sebagai peninjau seluruh hukum baik yang telah ada maupun yang akan dibuat oleh pemerintah dengan tujuan untuk menyelaraskannya dengan misi Qur’an dan Sunnah serta bertugas dalam memberi saran-saran dan rekomondasi kepada Pemerintah Pusat dan Provinsi-provinsi tentang bagaimana seharusnya umat Islam dapat menjadi muslim-muslim secara lebih baik.

Rupanya Fazlur Rahman pada dua lembaga tersebut mendapat sorotan tajam terutama dari kalangan tradisional. Akibat tak henti-hentinya Fazlur Rahman menulis dan melontarkan pikiran-pikiran pembaharuannya, kontroversi pun berlangsung cukup keras. Sebagai implikasinya banyak kalangan yang kurang mendukung eksistensi lembaga yang dipimpin Fazlur Rahman tersebut dan secara tegas mengambil garis oposisi. Karena konterversi yang makin meruncing dan Fazlur Rahman menyadari keberadaanya yang kurang mendapat dukungan itu maka iapun mengajukan permohonan pengunduran diri[9] yang ditandatangani pada tanggal 5 September 1968 dan dikabulkan oleh Presiden Pakistan Ayub Khan.

Setelah melepas kedua jabatannya di Pakistan, Fazlur Rahman hijrah ke Barat. Ketika itu, ia diterima sebagai tenaga pengajar di Univeristas California, Los Angeles, Amerika. Kemudian, pada tahun 1969, ia mulai menjabat sebagai Guru Besar kajian Islam dalam berbagai aspeknya di Departement of Near Eastern Languages and Civilization, University of Chicago. Ia menetap di Chicago kurang lebih 18 tahun, sampai akhirnya Tuhan memanggilnya pulang pada tanggal 26 Juli 1988.[10]

Di Univesitas Chicago, ia menjadi salah satu Guru Besar yang dihormati. Ia mengajar mata kuliah meliputi pemahaman Al-Qur’an,tasawuf, hukum Islam, filsafat Islam, pemikiran politik Islam, modernisme Islam, kajian-kajian tentang Al-Ghozali, Ibn Taimiyah, Syeikh Waliyullah, Muhammad Iqbal dan lain sebagainya.

Di samping memberikan kuliah, Fazlur Rahman aktif memimpin senagai proyek penelitian universitas tersebut. Salah satu proyek yang dipimpin bersama-sama dengan Prof. Leonard Binder, di antaranya adalah penelitian tentang Islam dan perubahan sosial yang melibatkan banyak sarjana yunior. Riset ini memusatkan perhatiannya pada lima masalah pokok, yaitu (1). pendidikan agam dan perubahan peran ulama dalam Islam; (2). Syariah dan kemajuan ekonomi;(3). keluarga dalam masyarakat dan hukum Islam masa kini; (4). Islam dan masalah legalitas politik; dan (5). perubahan konsepsi-konsepsi stratifikasi di dalam masyarakat Muslim masa kini. Riset ini di negara-negara Pakistan, Mesir, Turki, Iran, Maroko dan Indonesia.[11]



[1] Ibid., hal. 33

[2] Sutrisno, Fazlur Rahman : Kajian terhadap metode, epistimologi dan sistem pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hal. 61

[3] Abd a’la, Dari Neomodernisme ke Islam Liberal, hal 34

[4] Ahmad Amir Aziz, Pembaharuan Teologi:Perspektit Modernisme Muhammad Abduh dan neomodernisme Fazlur Rahman, (Yogyakarta,Teras,2009), hal.  60

[5] Sutrisno, Fazlur Rahman : Kajian terhadap metode, epistimologi dan sistem pendidikan, hal.62

[6] Abd a’la, Dari Modernisme ke Islam Liberal, hal. 35

[7] Ahmad Amir Aziz, Pembaharuan Teologi:Perspektit Modernisme Muhammad Abduh dan neomodernisme Fazlur Rahman, hal.  61

[8] Sutrisno, Fazlur Rahman : Kajian terhadap metode, epistimologi dan sistem pendidikan, hal.64

[9] Ahmad Amir Aziz, Pembaharuan Teologi:Perspektit Modernisme Muhammad Abduh dan neomodernisme Fazlur Rahman, hal. 63

[10] Sutrisno, Fazlur Rahman : Kajian terhadap metode, epistimologi dan sistem pendidikan, hal.64

[11]  Ibid. hal.  65


No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

Nama Bayi Perempuan Islami Modern Dan Artinya 1. Rashiqa Kata Rashiqa berasal dari Bahasa Arab ‘Rashiq’ yang punya makna anggun serta kale...