Oleh : Rahmad Fitriyanto, M.Pd
1. Neo
Modernisme
Neo
modernisme merupakan gerakan pembaharuan Islam yang muncul sebagai jawaban
terhadap kekurangan atau kelemahan yang terdapat pada gerakan-gerakan Islam
yang muncul sebelumnya, yaitu revivalisme pra modernis,modernisme klasik,
neo-revivalisme. Aliran pemikiran ini hadir untuk mengkritisi dan sekaligus
mengapresiasi aliran-aliran pemikiran Islam yang lain yang timbul sepanjang
sejarah perjalanan umat Islam, serta juga pemikiran yang berkembang di Barat.[1]
Dalam masa tersebut menurut Fazlur
Rahman dibagi menjadi empat tipologi yaitu :
a. Revivalisme
pra modernis
Dalam
prospektif historis, merupakan gerakan Islam yang tumbuh berkembang pada abad
kedelapan belas sebagai keprihatinan yang mendalam terhadapa kemerosotan
sosio-moral masyarakat Muslim yang terjadi saat itu. [2]Kelompok
ini melihat kemerosotan itu terjadi akibat umat Islam menyimpang dari ajaran
Islam yang benar, maka unutk mengatasinya, kelompok ini menyerukan untuk
kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi yaitu melalui Ijtihad dan meninggalkan
segala yang di anggap bid’ah. Akan tetapi gerakan revivalisme terlalu
menyederhanakan kurikulum pendidikan dan mengurangi penekanan perhatian (the
implaizing) terhadap warisan inrtelektual abad pertengahan sehingga
terjadi kemiskinan intelektual.[3] Pelopor
gerakan ini diprakarsai oleh gerakan Wahabiyah di Arab, Sanusiayah di Afrika
Utara dan Fulaniyah di Afrika Barat. Gerakan ini muncul pada akhir abad
kedelapan belas dan awal abad kesembilan belas.
b. Modernisme
klasik
Munculnya
gerakan modernisme klasik pada pertengahan abad kesembilan belas yang bersifat
terbuka terhadap Barat dan karena itu lebih apresiatif kepada intelektualisme
masih terbentur kepada dua kelemahan dasar. Pertama, kelompok ini belum
mengelaborasi secara tuntas metode yang dikembangkannya.kedua, masalah-masalah ad
hoc yang dipilihnya merupakan masalah pada dan bagi dunia Barat.Hal ini
meninggalkan kesan kuat bahwa kelompok modernis bersikap westernized (kenbarat-baratan).[4] Pelopor
dari gerakan modernisme klasik ini dipelopori oleh Jamaluddin Al-Afgani (1838-1897 M) di seluruh Timur Tengah, Sayyid Ahmad Khan (1817-1898) di India, dan Muhammad
Abduh (1845-1905 M) di Mesir.
c. Neo
revivalisme
Neo
revivalisme ini bersifat reaktif sehingga tidak menerima metode dan semangat
modernis klasik. Meskipun realitasnya kolompok ini menerima masalah-malasah
yang substansif yang diangkat oleh modernis, tetapi mereka bersifat
keterpaksaan. Oleh karena itu kelompok
ini tidak bisa mengembangkan suatu metode dari gerakan sebelumnya sehingga bahkan mereka menemukan kesulitan untuk
merumuskan tujuan mereka secara jelas dan akurat. Selain itu mereka tidak bisa
mengembagkan perangkat intelektual untuk menegaskan posisi mereka sehingga
mereka terperangkap dalam kebingungan dalm golongan ini. Gerakan ini dipelopori
oleh Abul A’la Al-mawdudi dengan
Jemaat Islaminya menjadi tipikal dari gerakan ini.
d. Neo modernisme
Neomodernisme
menjadi gerakan pembaharuan yang berbeda dengan gerakan-gerakan sebelumnya.
Gerakan ini mencoba melihat dan mwenyingkapi secara kritis dan objektif
hasil-hasil pemikiran umat Islam dan Barat sekaligus. Dalam paradigma aliran
ini, tidak semua hasil pemikiran ulama dan ilmuan Muslim selalu baik, benar dan
sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Demikian juga Barat, tidak selamanya diidentikkan
dengan segala kebobrokan dan hal-hal yang negatif. Masih banyak atau ada
hal-hal yang baik yang bisa diambil dari Dunia Barat yang dapat diolah dalam
bangunan intelektual Islam.
Melalui
sikap yang kritis dan objektif, neo modernisme ingin membangun Islam dalam
berbagai dimensinya dalam satu kerangka yang utuh, menyeluruh, sistematis,
serta mencerminkan nilai-nilai Al-Qur’an dan teladan Nabi yang sebenarnya.[5] Dalam
paradigma ini diharapkan umat Islam mampu dan eksis dalam dunia modern untuk
mengahadapi arus modersnisasi dan tetap pada ruh Islam yang kuat.
[1]
Abd A’la, Dari Neomodernisme ke
Islam Liberal, (Jakarta : Paramadina, 2003), hlm.1
[2]
Abd A’la, ibid, hlm. 1
[3]
Abd A’la, Ibid, hlm.2 , lihat
Fazlur Rahman, Health and Medicine in the Islamic Tradition: Cange and
identity (New York: Cross Road,1987) hlm.8
[4] Abd A’la, Ibid, hlm.2
[5]
Abd A’la, Ibid, hlm. 3
[6]Abd A’la, Ibid, hlm. 6
No comments:
Post a Comment