Oleh : Rahmad Fitriyanto, M.Pd
BAB I
A. Latar Belakang
Masalah
Dalam Al-Qur’an
pendidikan sangat diutamakan dalam kehidupan manusia. Sebagai khalifah
di muka bumi ini manusia menjadi sebagai pengemban dalam memakmurkan bumi dan
sebagai abdullah yang harus taat kepada Allah SWT, oleh karena itu harus
didukung dengan ilmu pengetahuan sebagai perantara dalam mengenal Allah SWT.
Ayat yang pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah tentang membaca,
jadi dengan membaca manusia dapat memahami dan bertafakur terhadap nikmat Allah
SWT yang telah diberikan kepadanya. Dalam surat al-Alaq ayat satu sampai lima
merupakan ayat yang pertama sekali turun kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu sebagi
berikut :
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
Artinya
: (1). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (2). Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah, (3). Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha
pemurah, (4). Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1]
(5). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.[2]
(Qs. Al-Alaq, Ayat 1-5)
Dalam ayat ini
sangatlah jelas bahwa Nabi Muhammad SAW diajarkan untuk membaca, walaupun pada
waktu itu Nabi Muhammad SAW tidah bisa membaca, maka Malaikat Jibril
mengulang-ulang sampai tiga kali sampai Nabi Muhammad SAW mengikutinya. Maka
dalam memahami ayat ini dalam konteks pendidikan sangatlah penting karena
dengan membaca akan bisa memahami ayat kauniyah maupun ayat kauliyah yang ada
dimuka bumi ini.
Dalam Al-qur’an juga dijelaskan agar bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu baik ilmu agama maupun ilmu dunia karena akan memberikan keutamaan yaitu orang yang memiliki ilmu akan dibedakan dengan orang yang tidak memilki ilmu bahkan, oleh Allah dijanjikan akan di angkat derajatnya dari mahluk lain di sekitarnya. Dalam ayat 11 surat Al-Mujadalah dijelaskan sebagai berikut :
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya
: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”( Qs.Al-Mujadalah:
11)[3]
Pendidikan
merupakan hal yang sangat urgen dalam kehidupan manusia untuk menopang
kehidupan dan masa depan yang baik dan cerah. Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara.[4]
Maka pendidikan sangatlah penting dalam pengembangan nalar kritis dalam
membangun dan mengembangkan pendidikan Islam sehingga mampu bersaing dalam arus
modernisasi dan globalisasi.
Pendidikan Islam adalah proses alih nilai (transfer of value)
yang dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku, dengan mengarahkan anak
didik supaya dapat menjadi masa depan yang ideal sesuai dengan ajaran agama
Islam, dengan cara menjadikan anak didik tersebut sebagai manusia yang lebih
lengkap dalam dimensi religiusnya.[5] Keutamaan pendidikan Islam
sebagai landasan dalam membentuk moral anak didik dalam mendapatkan pencerahan
untuk mencapai tujuan yang hakiki yaitu ahlakul karimah sehingga dapat
menyelaraskan antara pendidikan Islam serta pendidikan modern.
Pendidikan Islam sangat berpengaruh dalam perkembangan agama Islam,
karena dari masa Nabi Muhammad SAW hingga sekarang pendidikan Islam sangat berpenganruh
dalam memajukan dunia. Pada masa Nabi Muhammad
SAW merupakan era peradaban Islam sejak masa turun Al-Qur’an pada abad ke-13 Masehi. Dan disusul
dengan periode Islam klasik yang ditandai dengan kemajuan kepustakaan Arab,
berbagai hasil pengajaran dan asal-usul peradaban tiga unsur kebudayaan (etnis-kesukuan,
keagamaan dan aristokratik).[6] Pada masa Rasulullah ini
pendidikan dan pengajaran lansung diberikan oleh Rasulullah SAW kepada para
sahabat dan para pengikutnya, baik melalui majlis-majlis maupun melalui hadist
Rasulullah SAW.
Selanjutnya pada perkembangan ilmu pengetahuan dimulai pada masa
khulafa’ Ar-Rasyidin pendidikan dilanjutkan dengan membukukan Al-Qur’an yang
ditulis oleh Zaid bin Tsabit. Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa khulafa’
ur-rasyidin dibedakan menjadi dua macam yaitu : Ulum an-Naqliyah yang
bersumber pada Al-Qur’an atau dalil naql ( disebut juga Ulum as-syari’ah),
Ulum al-aqliyah yang bersumber pada akal bukan dalil naql ( disebut juga
Ulum al-‘Ajam).[7]
Dalam perkembangan pada masa ini lahirlah ilmu Qiro’at yaitu
membaca dan mempelajari Al-Qur’an, ilmu Tafsir untuk memahami ayat-ayat
Al-Qur’an, ilmu Hadits, ilmu Nahwu, khath Al-Qur’an, Ilmu Fiqh, serta perkembangan
perkembangan sastra dan arsitektur
dalam membangun masjid-masjid dan kota.
Selanjutnya perkembang agama Islam dalam pendidikan dilanjutkan
oleh daulah Umawiyah (41-132 H / 661-750 M) yang didirikan oleh keturunan
Umayyah atas rintisan Muawiyah yang berpusat di Damaskus. Dalam perkembangan
pendidikan Islam pada masa ini yaitu dengan berkembangnya arsitektur, pengorganisasian
militer, perdagangan dan kerajinan pada masa ini.
Perkembangan Islam dalam masa bani Umayyah II yang terletak di
Andalusia (138-422 H / 756-1031M), perkembangan pada masa ini bahasa dan sastra
Arab, perkembangan ilmu pengetahuan dalam ilmu Hadits, tafsir, fiqh, logika dan
filsafat, astronomi, kedokteran, dan sejarah. Dalam masa ini untuk memajukan
ilmu pengetahuan yaitu dengan kerja keras pertama dengan penerjemahan
kitab-kitab klasik Yunani,Romawi, India dan Persia, lalu dilakukan pensyarahan
dan komentar terhadap terjemahan tersebut. Setelah itu dilakukan koreksi
terhadap teori-teori yang ada dan melahirkan teori baru dalam pengembangan
pendidikan Islam pada masa tersebut.
Kejayaan dan peradaban Islam dengan berkembangnya daulah Abbasiyah pada
tahun (132-656 H/750-1261M). Perkembangan pendidikan Islam sangat pesat pada
periode ini yaitu dengan gerakan penerjemahan manuskrip-manuskrip bahasa
Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab pada masa khalifah al-Mansur, berdirinya
perpustakaan Bailtul Hikmah sebagai perpustakaan dan observatorium
pengembang ilmu pengetahuan dalam pengembangan filsafat, hukum, astronomi,
logika, geometri, seni musik dan lain sebagainya. Banyak tokoh-tokoh yang
muncul pada masa ini yaitu dalam bidang sejarah, kesusastraan Arab, kesustraan
Persi, teologi, filsafat tasawuf dan fiqh. Pada masa inilah perkembangan
keilmuan sangat pesat di bandingkan dengan daulah-daulah yang lainnya.
Masa kebangkitan Islam dimulai pada periode modern (1800 M),
disebut sebagai masa kebangkitan Islam. Kebangkitan tersebut sebagai akibat
dari terbukanya mata dunia Islam atas kemunduran dan ketertinggalan mereka dari
dunia Barat. Para penguasa Muslim berupanya mencari cara untuk memunculkan balance
of power bagi upaya meningkatkanharga diri umat yang hilang.[8]
Dalam perkembangan keilmuan dan pendidikan Islam akan menjadikan
banyak problem-problem yang dihadapi dewasa ini, baik karena adanya dikotomi
pendidikan agama dan pendidikan umum, maupun adanya stagnasi inovasi dalam
pendidikan sehingga masih mengandalkan idiologi ortodoks yang tidak
menerima perkembangan zaman. Dalam perkembangan zaman Islam harus mampu
bersaing dan berkembang dalam menghadapi modernisasi baik dalam intelektual dan
penyelarasan konsep agama dengan kebutuhan umat Islam dewasa ini yaitu dengan
cara mengkritis dan menganalisa teori-teori dengan menggunakan filsafat sebagai
mencari model pendidikan Islam yang relevan dengan situasi dan kondisi saat
ini.
Fungsi filsafat pendidikan Islam adalah fungsi
normatif yaitu senantiasa mencari model pendidikan yang ideal menurut nilai dan
norma ajaran Islam maupun konteks dan dinamika kebutuhan masyarakat. Hal ini
dilakukan dengan melakukan kontemplasi secara mendasar dan menyeluruh tentang hakekat
pendidikan Islam serta analisa dan evaluasi kritis terhadap realitas pendidikan
yang ada. Kontribusi filsafat pendidikan Islam dengan demikian adalah lahirnya
ide-ide, wacana, cita-cita, semangat dan perilaku baru dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam.[9] Begitu
juga menurut Fazlur Rahman perlu adanya telaah idiologi-idiologi dalam
pendidikan Islam dan Barat, maka muncullah gerakan neomodernisme.
Neomodernisme pendidikan merupakan pembaharuan dalam
dunia pendidikan agar bisa bersaing dan berkembang dalam mengahadapi arus dunia
modern. Selama ini menurut Fazlur Rahman pandangan Islam hanya berpegang teguh
terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah secara tektual sehingga menghambat
perkembangan dunia pendidikan Islam, sehingga disinalah Fazlur Rahman
mencanangkan neomodernisme dalam dunia pendidikan Islam agar mampu menerapkan
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang bisa dipahami secara kontektual.
Neomodernisme dan
pendidikan Islam saling berkaitan karena pendidikan Islam harus mampu bersaing
dan siap untuk mengahadapi perubahan dunia dan modernisasi zaman yang begitu
cepat sehingga kemajuan pendidikan terutama pendidikan Islam sesuai dengan kebutuhan
manusia. Jadi menurut Fazlur Rahman solusi untuk memajukan dunia pendidikan
Islam yaitu harus bisa tampil mengikuti perkembangan zaman dan intektualiatas
yang konferhensif.
Fazlur Rahman
merupakan tokoh secara intelektual dididik dan dibesarkan dalam tradisi keagamaan
Islam yang kuat dan dunia keilmuan Barat yang kritis. Pengembaraan
intelektualnya akhirnya mengantarkan dia ke arah mazhab neomodernisme dengan
wacana yang bersifat humanistarianistik dan sarat dengan pemikiran yang liberal
tapi tetap otentik sekaligus historis.[10]
Dengan percampuran intelektualnya antara Islam
klasik (ortodoksi ) serta pengaruh pendidikannya di Barat menjadikannya
kritis serta objektif terhadap permasalahan yang terjadi di dunia Islam. Neomodernisme
adalah pembaharuan Islam yang muncul sebagai jawaban atas kekurangan atau
kelemahan yang ada pada gerakan-gerkan pembaharuan Islam yang muncul sebelumnya
baik revivalisme pra modernisme, modernisme klasik maupun neo-Revivalisme.
Aliran ini muncul untuk mengkritisi dan mengapresiasi aliran-aliran dalam
pemikiran Islam dimasa awal dan pertengahan serta menyikapinya secara objektif
dari hasil-hasil pemikiran umat Islam, maupun pemikiran di Barat.
Pada masa Fazlur
Rahman, sejarah gerakan pembaharuan Islam selama dua abad (abad 19 dan abad
20), terbagi menjadi empat tipologi. Dia menempatkan dirinya masuk dalam corak
gerakan yang keempat. Tipologi itu sebagai berikut :
1.
Golongan Revivalisme (pra-modernis), mulai muncul pada akhir
abad ke-18 dan awal abad ke 19 yang dipelopori oleh gerakan Wahabiyah di Arab,
Sanusiah di Afrika Utara dan Fulaniyah di Afrika Barat.
2.
Gerakan Modernis, yang dipelopori oleh Jamaluddin
Al-Afgani(1838-1897 M) di seluruh Timur Tengah, Sayyid Ahmad Khan(1817 – 1898)
di India, dan Muhammad Abduh (1845-1905 M) di Mesir.
3.
Gerakan Neo-revivalisme, yang menjadi corak moderen akan
tetapi masih agak reaksioner, yaitu dengan pelopor Abul A’la Al-mawdudi dengan
Jemaat Islaminya menjadi tipikal gerakan ini.
4.
Gerakan Neomodernisme, Fazlur Rahman mengatagorikan bahwa
dirinya termasuk dalam barisan ini. Sebab, menurutnya, neomodernisme mempunyai
sintesis-progresif dari rasionalitas modernis di satu sisi dengan ijtihad dan
tradisi klasik disisi lainnya. Maka aliran neomodernisme ini menjadi pra-syarat
utama bagi Renaissance Islam.
Dalam paradigma
neomodernisme Fazlur Rahman menjelaskan bahwa tidak semua pemikiran ulama dan
ilmuan muslim baik, benar dan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam, akan tetapi
ada juga pemikiran dan aspek spritual mereka yang tidak dapat dipertanggung jawabkan
secara Qur’ani, karena perubahan zaman yang selalu berubah serta kebutuhan yang
sangat komplek bagi umat Islam tampa meninggalkan Al-Qur’an dan As-Sunnah
sebagai landasannya, sehingga Ijtihad sangat dibuka dalam memecahkan
problem yang terjadi pada umat Islam. Begitu juga dalam pandangan Fazlur Rahman
ilmuan Barat tidak selamanya diidentikan dengan segala bebobrokan dan hal-hal
yang negative. Menurutnya masih banyak hal-hal dunia Barat yang dapat diambil
untuk memajukan intelektual Islam. Maka dalam hal ini umat Islam harus
menyikapinya secara objektif dan kritis tampa harus memilih pra-konsepsi yang
akan membuat bias terhadap pandangan mereka dari realitas sehingga mampu
membangun Islam menjadi kerangka yang utuh, menyeluruh dan sistematis, yang mencerminkan
nilai-nilai Al-Qur’an dan teladan Nabi Muhammad SAW yang sebenarnya, sehingga
umat Islam mampu dan eksis dalam menghadapi dunia modern dan tetap Islami. Maka
dalam disiplin ilmu ke Islaman mampu dibangun dan dikembangkan diatas
nilai-nilai dasar Al-Qur’an dan As-Sunnah agar bersaing dalam dunia modern dan
tampa meninggalkan idiologi Islam.
[1]
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan
perantaraan tulis baca.
[2]
Dapartemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahannya,(PT.Syamil Cipta Media), hlm.597
[3]
Dapartemen Agama RI, Al-Qur’an
dan Terjemahannya,(PT. Syamil Cipta Media), hlm.543
[4]
UU No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. BAB I, pasal 1. Hasbullah, Dasar-Dasar
Pendidikan. (Jakarta:grafindo
persada. 2009), hlm. 304-305
[5]
Muslih Usa (ed.), Pendidikan Islam di
[6]
Siti Maryam et.al, Sejarah
Peradaban Islam, (Yogyakarta, Fak.Adab IAIN Sunan Kalijaga dan LESFI,2003),
hlm.13
[7] Ibid, hlm.
72, lihat juga : Dirjen Binbaga Departemen Agam RI, Sejarah dan
kebudayaan Islam, jilid I, (Ujungpandang: proyek Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama IAIN Alaudin, 1981/1982), hlm.82
[8]
Pokja Akademik, Sejarah
Kebudayaan Islam, (Yogyakarta,Pokja akademik UIN Sunan Kalijaga,2005),
hlm.27
[9] Tobroni,“Pendidikan Islam”,
(Malang: UMM Press,2008),hlm.v
[10]
Abd A’la, Dari neomodernisme ke
Islam liberal,(Jakarta, Paramadina, 2003), hlm.1
No comments:
Post a Comment