Tuesday, August 5, 2025

Pendidikan Islam di Indonesia

 

 Oleh : Rahmad Fitriyanto, M.Pd

1.      Pendidikan Islam di Indonesia

Pendidikan dewasa ini sangat dipengaruhi oleh arus perubahan zaman dan globalisasi dalam segala aspek baik ekonomi, politik maupun pendidikan. Dalam mengendalikan dan mengatasi perubahan zaman maka maka umat Islam harus mampu menagktualisasikan dirinya dan bersaing dalam perkembangan dunia modern. Begitu pula pendidikan diharapkan mampu mengatasi dan mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga lulusan-lulusan pendidikan bisa mengembangkan dan mengaplikasikan intelektualnya dan kreatifitasnya.

Dalam pemdidikan diharapkan akan mengatasi stagnasi inovasi dan intelektual dan mengaktualiasasikan dirinya secara konprehensif sehingga mampu mengatasi arus globalisasi yang terjadi di Indonesia. Secara realitas global saat ini menuntutmasyarakat berfikir secara konprehensif, berparadigma global, namun tetap dengan kesadaran kritis dalm menguraikan keterkaitan persoalan satu dengan yang lain pada seluruh aspek kehidupan manusia.

Pendidikan Islam di Indonesia harus mampu dalam mengahdapi zaman modern. Oleh karena itu perlunya konsep-konsep pendidikan islam yang menjunjung tinggi intelektualitas dan nalar kritis dalam mengelaborasi penndidikan dan mengeksplorasi pemikiran modern kedalam dinamika Islam berdasarkan konsep neomodernisme.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.[1] Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.[2] Menurut Marimba pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siterdidik menuju terbentuknya manusia yang sempurna.[3] Sedangkan Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw dan ia adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal).[4] Jadi dalam konsep pemetaan pendidikan dan Islam bertujuan sebagai proses transfer ilmu pengetahuan dari pendidik ke peserta didik untuk membenahi moral, ahlak, dan rohani sehingga menjadi dewasa dan mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk sehingga ia berguna bagi masyarakat dan dengan agama Islam selamat di dunia dan akhiratnya.

Secara tektual, Pendidikan Islam adalah pendidikan yang berdasarkan normatifitas ajara Islam, yakni bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah. Adapun secara definitif konsepsual, pendidikan Islam memiliki pengertian sebagai proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang bersumber dan berpedoman ajaran Islam sebagai termaktub dalam Al-Qur’an dan dijabarkan dalam Sunnah Rosul. Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan norma-norma agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[5] Sedangkan pendidikan Islam menurut Abdurrahman an-Nahlawi adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta emosinya berdasarkan agama Islam, dengan maksud mengaplikasikan ajaran agama Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat yakni dalam seluruh kehidupan masyarakat.[6]

Dan menurut Zakiah Daradjat:“Pendidikan Islam merupakan bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar dapat memahami kandungan agama Islam secara keseluruhan, menghayati makna, maksud dan tujuan agama Islam serta dapat mengamalkannya dan menjadikannya pandagan hidup, sehingga mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.”[7] Begitu juaga menurut Muh. Fadlil al-Jamil berpendapat bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai lebih tinggi dan kehidupan yang mulia sehingga terbentuk pribadi yang sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun perbuatan.[8]

Dari beberapa pengertian pendidikan Islam diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah pengembangan intelektual, mendidik dan mengajari kepada peserta didik agar dapat memahami dan mengahayati isi ajaran Islam yang berlandaskan kepada Al-Qur’an dan AS-Sunnah sehingga menjadikan dirinya menjadi pribadi yang mulia dan tinggi dengan intelektualitasnya, ahlaknya serta selamat dunia dan akhiratnya.

Sistem pendidikan umat Islam yang terdikotomi kepada sistem tradisional (Islam) dan modern (sekuler) harus segera dicarikan solusinya. Proses pemecahan masalah atas problem ini dapat dilakukan dengan cara menintregrasikan antara ilmu-ilmu yang dipelajari pada sistem pendidikan modern secara organis dan menyeluruh. Diharapkan suatu saat nanti, sistem pendidikan uamat Islam dapat mengahsilkan ilmuan sekaliber Ibnu Sina, al-Kindi, al-Farabi dan Ibnu Rusyd. Mereka adalah ahli ilmu agama sekaligus ilmu umum karena kedua ilmu itu tidak dibedakan apalagi didikotomikan. Pada prinsipnya, ilmu pengetahuan melalui ayat-ayat Qur’aniyah dan sebagian lain ayat-ayat kauniyah.[9]

Pendidikan dewasa ini dipengaruhi oleh arus globalisasi dan modernisasi dalam segala bidang, oleh karena itu terjadilah dikotomi pendidikan dalam Islam. Akibat dari adanya sistem pendidikan yang dikotomis ini lahirlah pribadi-pribadi yang memiliki standar moral ganda. Misalnya, seorang  muslim yang taat beribadah, pada saat yang lain melakukan korupsi melakukan korupsi, menindas orang lain dan melakukan perbuatan-perbuatan tercela. Untuk mengatasi hal ini, peserta didik harus diberikan pelajaran Al-Qr’an melalui metode-metode yang memungkinkan kitab suci itu bukan sekedar sebagai sumber inspirasi, tetapi juga sebagai sumber rujukan tertinggi untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakinkompleks dan menantang. Cara mengatasi hal itu di atas perlu juga dilakukandengan mengajarkan disiplin-disiplin ilmu Islam secara historis, kritis, dan holistik kepada peserta didik.[10]

Maka pendidikan prespektif Fazlur Rahman yaitu pendidikan yang selalu objektif dan kritis terhadap perkembangan pendidikan agar dapat bersaing dengan perubahan zaman yang sangat komplek. Pendidikan yang demikian tersebut tampa membedakan ilmu agama dan ilmu umum dalam saran pendidikannya, sehingga mencetak generasi-generasi yang Qur’ani dan berdaya intelektual yang medern. Menurut Fazlur Rahman pengembangan pendidikan dapat dibagi dalam empat unsur utama dalam kurikulum sebagai tujuan pendidikan yaitu sebagai berikut:

a.       Unutuk mengembangkan manusia sedemikian rupasehingga semua pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada seluruh pribadi yang kreatif, yang memungkin manusia untuk memanfaatkan sumber-sumber alam untuk kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan,kemajuan dan keteratuaran dunia,

b.      Untuk menyelamatkan manusia dari diri sendiri oleh diri sendiri dan untuk diri sendiri,

c.       Untuk melahirkan ilmuan yang padanya terintegrasikan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum modern, yang ditandai oleh adanya sifat kritis dan kreatif yang dapat mengahasilkan temuan-temuan yang berguna bagi manusia. [11]

Menurut Zainudin Sardar dalam memecahkan dikotomi dalam pendidika ia memberikan solusi yakni dengan cara meletakkan epistimologi dan teori sistem pendidikan yang bersifat mendasar dan melakuakan usaha-usaha sebagai berikut :

a.       Pertama, dari segi Epistimologis, umat Islam harus berani mengembangkan kerangka pengetahuan masa kiniyang terarkulasi sepenuhnya. Ini berarti kerangka pengetahuan yang dirancang harus apliakatif, tidak sekedar menara gading saja. Kerangka pengetahuan di maksud setidaknya mengambarkan metode-motode dan pendekatan yang tepat, yang nantinya dapat membantu parapakar muslim dalam mengatasi masalah-masalah moral dan etika yang sangat dominan dimasa sekarang.

b.      Kedua, Perlu adanya suatu kerangka teoritis ilmu dan teknologi yang mengambarkan gaya-gaya dan metode aktivitas ilmiah dan teknologi yang sesuai tinjauan dunia dan mencerminkan nilai dan norma budaya Muslim.

c.       Ketiga, Perlu diciptakannya teori-teori sistem pendidikan yang memadukan ciri-ciri terbaik sistem tradisional dan  sistem modern. Sistem pendidikan integralistik itu secara sentral harus mengacu kepada konsep ajaran Islam, misalnya konsep tazkiyah al- nafs, tauhid dan sebagainya.[12]



[1]  UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. BAB I, pasal 1. Hasbullah, Dasar-Dasar Pendidikan. (Jakarta:grafindo persada. 2009), hlm. 304-305

[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 204

[3] Ahmad Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1964), hlm. 19

[4] Sayid Sabiq, Aqidah Islam (Ilmu Tauhid), (Bandung : CV. Diponegoro, 1988), hlm. 15

[5] Abudin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 292

[6] Abdurrahman an-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam (Bandung: Diponegoro, 1989), hlm.49

[7] Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), hlm. 339

[8] Muh. Fadlil al-Jamil, Filsafat Pendidikan dalam al-Qur’an (Surabaya: Bina Ilmu, 1986), hlm.3

[9] Muhaimin et. al.Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahman, Studi Kritis Pembaharuan Pendidikan Islam, (Cirebon,Pustaka Dinamika,1999), hlm.110

[10] Muhaimin, Ibid. hlm.111-112

[11] Sutrisno, Pendidikan Islam yang menghidupkan,(Yogyakarta, Kota Kembang, 2008), hlm.4-5

[12] Tim Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim,Pendidikan Islam; dari Paradigma Klasik hingga Kontemporer,(Malang, UIN Malang Press,2009), hlm.97

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

Nama Bayi Perempuan Islami Modern Dan Artinya 1. Rashiqa Kata Rashiqa berasal dari Bahasa Arab ‘Rashiq’ yang punya makna anggun serta kale...