Thursday, November 9, 2017

GAYA/TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Baik di dunia bisnis maupun dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, sosial, politik, pemerintahan negara, dan lain-lain. Kualitas pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya, sebab pemimpin yang sukses itu mampu mengelola organisasi, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukan jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama (melakukan kerjasama), dan bahkan kepemimpinan sangat mempengaruhi semangat dan kerja kelompok.[1]
Seorang pemimpin di dalam melakukan tugas-tugas kepemimpinannya tentu akan mengunakan gaya-gaya tertentu di dalam memerintah dan berinteraksi dengan bawahannya, agar mereka mampu mencapai tujuan atau target yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam makalah ini penyusun akan membahas tentang tipe-tipe dan ciri-ciri kepemimpinan.
B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana macam-macam tipe kepemimpinan ?
2.      Bagaimana ciri-ciri tipe kepemimpinan ?



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Macam-Macam Tipe Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya.[2] Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat. Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya atau bawahannya. Apa yang dipilih pemimpin untuk dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompoknya akan membentuk gaya kepemimpinannya.
Ada banyak gaya kepemimpinan yang telah dituturkan oleh para ahli, akan tetapi menurut Hadari Nawawi pada dasarnya secara teoretis gaya kepemimpinan itu dibedakan menjadi tiga yaitu gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya kepemimpinan demokratis.[3] Adapun penjelasan dari ketiga gaya kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:
1.      Gaya kepemimpinan otoriter
Gaya kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan pada seseorang atau ditangan sekelompok kecil orang yang disebut atasan atau orang yang kedudukannya sebagai pihak penguasa. Adapun sejumlah orang yang dipimpin jumlahnya lebih banyak yang disebut bawahan yang kedudukannya tidak lebih daripada pelaksana kehendak atau keputusan atasannya.
Di dalam kepemimpinan otoriter ini, pihak atasan atau pihak yang berkedudukan sebagai penguasa adalah penentu yang tidak dapat dibantah dan orang lain harus tunduk pada kekuasaannya dengan mempergunakan ancaman dan hukuman sebagai alat dalam menjalankan kepemimpinannya. Pihak atasan akan memandang dirinya lebih dalam segala hal bila dibandingkan dengan pihak bawahan yang dianggap kualitas kemampuannya jauh dibawahnya.
Gaya kepemimpinan otoriter ini mengembangkan cara yang disebut “working in his group” yaitu kegiatan hanya melaksanakan perintah atasan. Bawahan tidak diberi kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan pendapatnya. Suatu kreatifitas dalam suatu pekerjaan akan dianggap suatu penyimpangan, sekalipun terkadang kegiatan yang dilakukan tersebut bias emberikan hasil yang lebih efesien dan efektif bila dibandingkan dengan perintah yang telah diberikan. Secara sederhananya kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
                        Menganggap organisasi sebagai milik pribadi
a.       Menyamakan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
b.      Menganggap bawahan sebagai alat
c.       Tidak mau menerima kritis, saran dan pendapat
d.      Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.
e.       Dalam melakukan penggerakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung paksaan.
2.      Gaya kepemimpinan leissez faire
Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya tidak melaksanakan kegiatan dengan cara apapun. Pemimpin dalam hal ini Cuma berkedudukan sebagai symbol karena realitas kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada orang yang dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perseorangan. Pimpinan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya hanya berfungsi sebagai penasehat, dengan memberikan kesempatan bertanya bilamana dirasa perlu. Dengan demikian, bila orang yang dipimpin merasa mampu mengambil keputusan sendiri dan melaksanakannya sendiri pula, maka pemimpin tidak akan berfungsi.
     Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan leissez faire ini, antara lain adalah sebagai berikut :
a.       Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dan partisipasi minimal dari pemimpin.
b.      Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap sedia akan memberi informasi pada saat ditanya.
c.       Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam menentukan tugas.
d.      Pemimpin terkadang memberikan komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan akan tetapi tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
3.      Gaya kepemimpinan demokratis
Gaya kepemimpinan ini, menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting. Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat-sifat manusiawi seperti dirinya. Setiap orang dihargai dan dihormati sebagaimana manusia yang memiliki kemampuan, kehendak, pikiran, minat, perhatian, pandapat,  dan lain-lain yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, semua harus dimanfaatkan dan diikut sertakan dalam semua kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu tentunya disesuaikan dengan posisi masing-masing yang memiliki wewenang dan tanggung jawab yang sama pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama.
Gaya kepemimpinan demokratis ini merupakan gaya kepemimpinan yang aktif, dinamis dan terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan perkembangan organisasi. Saran-saran, kritik dan pendapat setiap anggota disalurkan dengan sebaik-baiknya dan diusahakan memanfaatkannya bagi pertumbuhan dan kemajuan organisasi sebagai perwujudan tanggung jawab bersama.
Adapun beberapa ciri dari gaya kepemimpinan demokratis, antara lain adalah sebagai berikut :
a.       Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang mulia.
b.      Senang menerima saran, kritik dan pendapat.
c.       Selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuaan.
d.      Selalu berusaha menjadikan bawahan lebih sukses darinya.
Sedangkan menurut Engkoswara dan Aan Komariah,[4] jenis gaya kepemimpinan yang sesuai dengan era desentralisasi sekarang ini adalah gaya kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan visioner. Adapun penjelasan dari tiga gaya kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:
1.      Gaya kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tuga yang diemban bawahan. Pemimpin adalah seorang yang mendesain pekerjaan beserta mekanimenya dan staf adalah seorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Peran kepemimpinan transaksional lebih kepada peran sebagai manajer, karena ia sangat terlibat dalam aspek prosedural manajerial  yang metodologis dan fisik. Kepemimpinan transaksional tidak mengembangkan pola hubungan “laissez faire” atau membiarkan personil menentukan sendiri pekerjaannya.
2.      Gaya kepemimpinan transformasional
Istilah transformasional mengandung makna bahwa menjadikan orang yang dipimpin sebagai seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan transformasional merupakan suatu proses yang pada dasarnya para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Seorang pemimpin transformasional memandang nilai-nilai organisasi sebagai nilai luhur yang perlu dirancang dan ditetapkan oleh seluruh staf sehingga para staf memilikinya dan komitmen dalam pelaksanaannya. Seorang pemimpin transformasional adalah agen perubahan dan bertindak sebagai katalisator yaitu yang memberi peran mengubah sistim kearah yang lebih baik.
3.      Gaya kepemimpinan visioner
Gaya kepemimpinan ini merupakan gaya kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan “scholl based management” dan didambakan bagi terciptanya kualitas pendidikan. Seorang pemimpin yang memiliki gaya visioner ini akan memiliki kerja pokok yag difokuskan pada rekayasa mas depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas.
Kepemimpinan visioner adalah kemampuan dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan/mentransformasikan dan mengimplemen- tasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi social diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil.
Selain gaya kepemimpinan yang telah diungkapkan diatas, masih ada gaya kepemimpinan yang lain, diantaranya adalah :[5]
1.      Tipe Militeristik
Gaya kepemimpinan tipe militeristik ini adalah seorang oemimpin di dalam memipin dengan mengguanakan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:
a.       Dalam menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan
b.      Senang bergantung pada pangkat dan jabatannya
c.       Senang pada formalitas yang berlebihan
d.      Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
e.       Sukar menerima kritik dari bawahan
2.      Tipe Paternalistik
Gaya kepemimpinan tipe paternalistik ini adalah seorang oemimpin di dalam memipin dengan mengguanakan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:
a.       Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
b.      Bersikap terlalu melindungi
c.       Jarang memberi kesempatan pada bawahannya untuk mengambil inisiatif danmengambil keputusan
d.      Jarang memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya
e.       Sering bersikap maha tahu
3.      Tipe Developer dan Tipe Compromiser
a.       Tipe developer (pembangun)
Sifat dari tipe developer, adalah kreatif, dinamis, inovatif, memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik dan menaruh kepercayaan kepada bawahannya.
b.      Tipe compromiser (kompromi)
Sifat dari tipe compromiser ini, antara lain: kurang tegas pendiriannya, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
4.      Tipe Kharismatik
Pemimpin yang kharismatik mempunyai daya tarik yang amat besar dan pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikutnya. Sementara itu Susilo Martoyo menyebutkan ada 6 tipe kepemimpinan[6], yaitu :
a.       Tipe pribadi, didasarkan pada kontak pribadi secara langsung dengan bawahannya.
b.      Tipe non pribadi, kurang adanya kontak pribadi dengan bawahannya, karena diantara mereka ada sarana atau media tertentu seperti rencana-rencana, intruksi-intruksi, sumpah-sumpah, sehingga hubungan tersebut bersifat tidak langsung.
c.       Tipe otoriter kepemimpinan merupakan hak pribadi dan berpendapat bahwa ia dapat menentukan apa saja dalam organisasi. .
d.      Tipe demokratis, menitik beratkan kepada partisipasi kelompok dengan memanfaatkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat kelompok.
e.       Tipe paternalistis, cenderung terlalu “kebapakan“sehingga sangat memikirkan keinginan dan kesejahteraan anak buahnya, terlalu melindungi dan membimbing.
f.        Tipe indegenous, timbul dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan yang bersifat informal, seperti perkumpulan-perkumpulan sepak bola, sekolah dan sebagainya, dimana interaksi antara orang seorang dalam organisasi tersebut ditentukan oleh sifat dan pembawaan pemimpin.
B.     Penerapan Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi
Pada dasarnya tidak ada satu gaya pun yang dapat diterapkan secara konsisten pada beragam situasi orgaisasi. Para ahli menyebutkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang baik untuk semua situasi sehingga masing-msinag memiliki keunggulan yang berbeda-beda. Karena itu, aspek penerapan gaya kepemimpinan tidak lebih penting daripada persoalan kemampuan kemampuan pemimpin memperlakukan semua unsur personel secara manusiawi.[7] Oleh karena itu, seorang pemimpin untuk mendapatkan hasil yang bagus dari gaya yang ia terapkan untuk pencapaian sebuah target atau target-target tertentu, hendaknya memperhatiakn hal-hal sebagai berikut:
1.      Kepemimpinan seharusnya memberikan kesan yang menarik, karena dalam kepemimpinan diperlukan gaya dan sikap yang sesuai dengan iklim organisasi yang sedang berlangsung.
2.      Seorang pemimpin harus memimpin dengan bergantung pada penetapan kriteria-kriteria tertentu yaitu tercapainya sasaran dan mampu mempertahankan kinerja organisasi secara tim yang terpadu, aplikasi kriteria tersebut dapat diukur dan terstruktur.
3.      Gaya kepemimpinan yang ideal menggunakan semua gaya yang ada sebaik mungkin pada situasi yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri. Hal ini berarti situasilah yang mungkin menentukan gaya apa yang digunakan, oleh karena itu tidak mungkin menerapkan satu gaya secara konsisten.




BAB III
PENUTUP
A.     Simpulan
Fungsi dari pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan secara koperatif diantara para pengikut dan pada saat yang sama menyediakan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan pribadi mereka. Seorang pemimpin, tentulah antara pemimpin yang satu dengan pemimpin yang lain memiliki kemampuan yang berbeda-beda, oleh karena itu dalam menetapkan dan menentukan gaya kepemimpinan pasti juga akan berbeda.
Gaya kepemimpinan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi terutama dalam konteks pengambilan keputusan adalah menjadi sesuatu hal yang penting, karena pada dasarnya gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin akan memberikan pengaruh terhadap kinerja bawahan dalam mencapai suatu target.
Pada dasarnya seluruh gaya kepemimpinan itu baik dan bisa digunakan untuk memimpin suatu organisasi asalkan seorang pemimpin di dalam menerapkan gaya kepeimpinan tersebut sesuai dan tepat dengan situasi dan kondisi yang ada.














[1] Abd. Wahab & Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spritual, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011). Hal. 79.
[2] E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007) Hal: 108
[3] Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1997), Hal: 91- 96.
[4] Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), Hal: 189-195.
[5]Wirjana, Bernardine. Kepemimpinan (dasar-dasar dan pengembangannya). (Yogyakarta: CV. Andi Offset, 2002).

[6] Martoyo Susilo, Pengetahuan Dasar Manajemen dan Kepemimpinan, (Yogyakarta: BPFE, 1989).
[7] Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung; Alfabeta, 2006), Hal: 151-157.

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِ...