BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemimpin merupakan faktor penentu dalam
kesuksesan atau gagalnya suatu organisasi dan usaha. Baik di dunia bisnis
maupun dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, sosial, politik,
pemerintahan negara, dan lain-lain. Kualitas pemimpin menentukan keberhasilan
lembaga atau organisasinya, sebab pemimpin yang sukses itu mampu mengelola
organisasi, bisa mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukan
jalan serta perilaku benar yang harus dikerjakan bersama-sama (melakukan
kerjasama), dan bahkan kepemimpinan sangat mempengaruhi semangat dan kerja
kelompok.[1]
Seorang pemimpin di dalam melakukan
tugas-tugas kepemimpinannya tentu akan mengunakan gaya-gaya tertentu di dalam
memerintah dan berinteraksi dengan bawahannya, agar mereka mampu mencapai
tujuan atau target yang telah ditentukan. Oleh karena itu, dalam makalah ini
penyusun akan membahas tentang tipe-tipe dan ciri-ciri kepemimpinan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana macam-macam tipe
kepemimpinan ?
2.
Bagaimana ciri-ciri tipe kepemimpinan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Macam-Macam
Tipe Kepemimpinan
Gaya
kepemimpinan adalah cara yang dipergunakan pemimpin untuk mempengaruhi
bawahannya.[2]
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat.
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola perilaku seorang pemimpin yang khas pada
saat mempengaruhi anak buahnya atau bawahannya. Apa yang dipilih pemimpin untuk
dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompoknya akan
membentuk gaya kepemimpinannya.
Ada banyak gaya
kepemimpinan yang telah dituturkan oleh para ahli, akan tetapi menurut Hadari
Nawawi pada dasarnya secara teoretis gaya kepemimpinan itu dibedakan menjadi
tiga yaitu gaya kepemimpinan otoriter, gaya kepemimpinan laissez faire dan gaya
kepemimpinan demokratis.[3]
Adapun penjelasan dari ketiga gaya kepemimpinan ini adalah sebagai berikut:
1.
Gaya
kepemimpinan otoriter
Gaya
kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan pada seseorang atau ditangan sekelompok
kecil orang yang disebut atasan atau orang yang kedudukannya sebagai pihak
penguasa. Adapun sejumlah orang yang dipimpin jumlahnya lebih banyak yang
disebut bawahan yang kedudukannya tidak lebih daripada pelaksana kehendak atau
keputusan atasannya.
Di dalam
kepemimpinan otoriter ini, pihak atasan atau pihak yang berkedudukan sebagai
penguasa adalah penentu yang tidak dapat dibantah dan orang lain harus tunduk
pada kekuasaannya dengan mempergunakan ancaman dan hukuman sebagai alat dalam
menjalankan kepemimpinannya. Pihak atasan akan memandang dirinya lebih dalam
segala hal bila dibandingkan dengan pihak bawahan yang dianggap kualitas kemampuannya
jauh dibawahnya.
Gaya
kepemimpinan otoriter ini mengembangkan cara yang disebut “working in his
group” yaitu kegiatan hanya melaksanakan perintah atasan. Bawahan tidak
diberi kesempatan untuk berinisiatif dan mengeluarkan pendapatnya. Suatu kreatifitas
dalam suatu pekerjaan akan dianggap suatu penyimpangan, sekalipun terkadang
kegiatan yang dilakukan tersebut bias emberikan hasil yang lebih efesien dan
efektif bila dibandingkan dengan perintah yang telah diberikan. Secara
sederhananya kepemimpinan otoriter adalah kepemimpinan yang dilakukan
berdasarkan ciri-ciri sebagai berikut:
Menganggap
organisasi sebagai milik pribadi
a.
Menyamakan
tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
b.
Menganggap
bawahan sebagai alat
c.
Tidak
mau menerima kritis, saran dan pendapat
d.
Terlalu
bergantung kepada kekuasaan formalnya.
e.
Dalam
melakukan penggerakan sering mempergunakan pendekatan yang mengandung paksaan.
2.
Gaya
kepemimpinan leissez faire
Gaya
kepemimpinan ini pada dasarnya tidak melaksanakan kegiatan dengan cara apapun.
Pemimpin dalam hal ini Cuma berkedudukan sebagai symbol karena realitas
kepemimpinannya dilakukan dengan memberikan kebebasan sepenuhnya pada orang
yang dipimpin untuk berbuat dan mengambil keputusan secara perseorangan.
Pimpinan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya hanya berfungsi sebagai
penasehat, dengan memberikan kesempatan bertanya bilamana dirasa perlu. Dengan
demikian, bila orang yang dipimpin merasa mampu mengambil keputusan sendiri dan
melaksanakannya sendiri pula, maka pemimpin tidak akan berfungsi.
Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan
leissez faire ini, antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Kebebasan
penuh bagi keputusan kelompok atau individu dan partisipasi minimal dari
pemimpin.
b.
Bahan-bahan
yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap
sedia akan memberi informasi pada saat ditanya.
c.
Sama
sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam menentukan tugas.
d.
Pemimpin
terkadang memberikan komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau pertanyaan
akan tetapi tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian.
3.
Gaya
kepemimpinan demokratis
Gaya
kepemimpinan ini, menempatkan manusia sebagai faktor utama dan terpenting.
Pemimpin memandang orang lain sebagai subyek yang memiliki sifat-sifat
manusiawi seperti dirinya. Setiap orang dihargai dan dihormati sebagaimana
manusia yang memiliki kemampuan, kehendak, pikiran, minat, perhatian,
pandapat, dan lain-lain yang berbeda
antara yang satu dengan yang lain. Oleh karena itu, semua harus dimanfaatkan
dan diikut sertakan dalam semua kegiatan organisasi. Keikutsertaan itu tentunya
disesuaikan dengan posisi masing-masing yang memiliki wewenang dan tanggung
jawab yang sama pentingnya bagi pencapaian tujuan bersama.
Gaya
kepemimpinan demokratis ini merupakan gaya kepemimpinan yang aktif, dinamis dan
terarah yang berusaha memanfaatkan setiap orang untuk kepentingan kemajuan dan
perkembangan organisasi. Saran-saran, kritik dan pendapat setiap anggota
disalurkan dengan sebaik-baiknya dan diusahakan memanfaatkannya bagi
pertumbuhan dan kemajuan organisasi sebagai perwujudan tanggung jawab bersama.
Adapun beberapa
ciri dari gaya kepemimpinan demokratis, antara lain adalah sebagai berikut :
a.
Dalam
proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia
itu adalah makhluk yang mulia.
b.
Senang
menerima saran, kritik dan pendapat.
c.
Selalu
berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuaan.
d.
Selalu
berusaha menjadikan bawahan lebih sukses darinya.
Sedangkan menurut Engkoswara dan Aan Komariah,[4]
jenis gaya kepemimpinan yang sesuai dengan era desentralisasi sekarang ini
adalah gaya kepemimpinan transaksional, kepemimpinan transformasional dan
kepemimpinan visioner. Adapun penjelasan dari tiga gaya kepemimpinan ini adalah
sebagai berikut:
1.
Gaya
kepemimpinan transaksional
Kepemimpinan
transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada tuga yang diemban
bawahan. Pemimpin adalah seorang yang mendesain pekerjaan beserta mekanimenya
dan staf adalah seorang yang melaksanakan tugas sesuai dengan kemampuan dan
keahliannya. Peran kepemimpinan transaksional lebih kepada peran sebagai
manajer, karena ia sangat terlibat dalam aspek prosedural manajerial yang metodologis dan fisik. Kepemimpinan
transaksional tidak mengembangkan pola hubungan “laissez faire” atau membiarkan
personil menentukan sendiri pekerjaannya.
2.
Gaya
kepemimpinan transformasional
Istilah
transformasional mengandung makna bahwa menjadikan orang yang dipimpin sebagai
seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan transformasional merupakan suatu proses
yang pada dasarnya para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ketingkat
moralitas dan motivasi yang lebih tinggi. Seorang pemimpin transformasional
memandang nilai-nilai organisasi sebagai nilai luhur yang perlu dirancang dan
ditetapkan oleh seluruh staf sehingga para staf memilikinya dan komitmen dalam
pelaksanaannya. Seorang pemimpin transformasional adalah agen perubahan dan
bertindak sebagai katalisator yaitu yang memberi peran mengubah sistim kearah
yang lebih baik.
3. Gaya kepemimpinan visioner
Gaya
kepemimpinan ini merupakan gaya kepemimpinan yang relevan dengan tuntutan “scholl
based management” dan didambakan bagi terciptanya kualitas pendidikan.
Seorang pemimpin yang memiliki gaya visioner ini akan memiliki kerja pokok yag
difokuskan pada rekayasa mas depan yang penuh tantangan, menjadi agen perubahan
yang unggul dan menjadi penentu arah organisasi yang tahu prioritas.
Kepemimpinan
visioner adalah kemampuan dalam mencipta, merumuskan,
mengkomunikasikan/mensosialisasikan/mentransformasikan dan mengimplemen-
tasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil
interaksi social diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini
sebagai cita-cita organisasi di masa depan yang harus diraih atau diwujudkan
melalui komitmen semua personil.
Selain gaya kepemimpinan yang telah diungkapkan diatas, masih ada
gaya kepemimpinan yang lain, diantaranya adalah :[5]
1.
Tipe
Militeristik
Gaya
kepemimpinan tipe militeristik ini adalah seorang oemimpin di dalam memipin
dengan mengguanakan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:
a.
Dalam
menggerakkan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan
b.
Senang
bergantung pada pangkat dan jabatannya
c.
Senang
pada formalitas yang berlebihan
d.
Menuntut
disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
e.
Sukar
menerima kritik dari bawahan
2.
Tipe
Paternalistik
Gaya
kepemimpinan tipe paternalistik ini adalah seorang oemimpin di dalam memipin
dengan mengguanakan sifat-sifat antara lain sebagai berikut:
a.
Menganggap
bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
b.
Bersikap
terlalu melindungi
c.
Jarang
memberi kesempatan pada bawahannya untuk mengambil inisiatif danmengambil
keputusan
d.
Jarang
memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan
fantasinya
e.
Sering
bersikap maha tahu
3.
Tipe
Developer dan Tipe Compromiser
a. Tipe developer (pembangun)
Sifat dari tipe developer, adalah kreatif, dinamis, inovatif,
memberikan atau melimpahkan wewenang dengan baik dan menaruh kepercayaan kepada
bawahannya.
b. Tipe compromiser (kompromi)
Sifat dari tipe compromiser ini, antara lain: kurang tegas
pendiriannya, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai
keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
4.
Tipe
Kharismatik
Pemimpin yang
kharismatik mempunyai daya tarik yang amat besar dan pada umumnya mempunyai
pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula
tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikutnya. Sementara itu
Susilo Martoyo menyebutkan ada 6 tipe kepemimpinan[6],
yaitu :
a.
Tipe
pribadi, didasarkan pada kontak pribadi secara langsung dengan bawahannya.
b.
Tipe
non pribadi, kurang adanya kontak pribadi dengan bawahannya, karena diantara
mereka ada sarana atau media tertentu seperti rencana-rencana,
intruksi-intruksi, sumpah-sumpah, sehingga hubungan tersebut bersifat tidak
langsung.
c.
Tipe
otoriter kepemimpinan merupakan hak pribadi dan berpendapat bahwa ia dapat
menentukan apa saja dalam organisasi. .
d.
Tipe
demokratis, menitik beratkan kepada partisipasi kelompok dengan memanfaatkan
pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat kelompok.
e.
Tipe
paternalistis, cenderung terlalu “kebapakan“sehingga sangat memikirkan
keinginan dan kesejahteraan anak buahnya, terlalu melindungi dan membimbing.
f.
Tipe
indegenous, timbul dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan yang bersifat
informal, seperti perkumpulan-perkumpulan sepak bola, sekolah dan sebagainya,
dimana interaksi antara orang seorang dalam organisasi tersebut ditentukan oleh
sifat dan pembawaan pemimpin.
B.
Penerapan
Gaya Kepemimpinan dalam Organisasi
Pada
dasarnya tidak ada satu gaya pun yang dapat diterapkan secara konsisten pada beragam situasi
orgaisasi. Para ahli menyebutkan bahwa tidak ada gaya kepemimpinan yang baik
untuk semua situasi sehingga masing-msinag memiliki keunggulan yang
berbeda-beda. Karena itu, aspek penerapan gaya kepemimpinan tidak lebih penting
daripada persoalan kemampuan kemampuan pemimpin memperlakukan semua unsur
personel secara manusiawi.[7]
Oleh karena itu, seorang pemimpin untuk mendapatkan hasil yang bagus dari gaya
yang ia terapkan untuk pencapaian sebuah target atau target-target tertentu,
hendaknya memperhatiakn hal-hal sebagai berikut:
1.
Kepemimpinan
seharusnya memberikan kesan yang menarik, karena dalam kepemimpinan diperlukan
gaya dan sikap yang sesuai dengan iklim organisasi yang sedang berlangsung.
2.
Seorang pemimpin
harus memimpin dengan bergantung pada penetapan kriteria-kriteria tertentu
yaitu tercapainya sasaran dan mampu mempertahankan kinerja organisasi secara
tim yang terpadu, aplikasi kriteria tersebut dapat diukur dan terstruktur.
3.
Gaya
kepemimpinan yang ideal menggunakan semua gaya yang ada sebaik mungkin pada
situasi yang mendukung dan memenuhi kebutuhan kinerja kepemimpinan itu sendiri.
Hal ini berarti situasilah yang mungkin menentukan gaya apa yang digunakan,
oleh karena itu tidak mungkin menerapkan satu gaya secara konsisten.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Fungsi dari
pemimpin adalah memudahkan pencapaian tujuan secara koperatif diantara para
pengikut dan pada saat yang sama menyediakan kesempatan bagi pertumbuhan dan
perkembangan pribadi mereka. Seorang pemimpin, tentulah antara pemimpin yang
satu dengan pemimpin yang lain memiliki kemampuan yang berbeda-beda, oleh
karena itu dalam menetapkan dan menentukan gaya kepemimpinan pasti juga akan
berbeda.
Gaya
kepemimpinan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi terutama dalam konteks
pengambilan keputusan adalah menjadi sesuatu hal yang penting, karena pada
dasarnya gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin akan memberikan
pengaruh terhadap kinerja bawahan dalam mencapai suatu target.
Pada dasarnya
seluruh gaya kepemimpinan itu baik dan bisa digunakan untuk memimpin suatu
organisasi asalkan seorang pemimpin di dalam menerapkan gaya kepeimpinan
tersebut sesuai dan tepat dengan situasi dan kondisi yang ada.
No comments:
Post a Comment