Evolusi organisme terjadi melalui perubahan pada sifat-sifat
yang terwariskan. Sifat terwariskan dikontrol oleh gen dan keseluruhan gen
dalam suatu genom organisme disebut sebagai genotipe.
Keseluruhan sifat-sifat yang terpantau pada perilaku dan
struktur organisme disebut sebagai fenotipe. Sifat-sifat ini berasal dari
interaksi genotipe dengan lingkungan. Oleh karena itu, tidak setiap aspek
fenotipe organisme diwariskan. Sifat-sifat terwariskan diwariskan antar generasi
via DNA, sebuah molekul yang dapat menyimpan informasi genetika. Urutan DNA
dapat berubah melalui mutasi, menghasilkan alel yang baru. Jika mutasi terjadi
pada gen, alel yang baru dapat mempengaruhi sifat individu yang dikontrol oleh
gen, menyebabkan perubahan fenotipe organisme. Walaupun demikian, manakala
contoh ini menunjukkan bagaimana alel dan sifat bekerja pada beberapa kasus,
kebanyakan sifat lebih kompleks dan dikontrol oleh interaksi banyak gen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi evolusi adalah: seleksi alam,
hanyutan genetika, aliran gen, rekombinasi, mutasi, perkawinan tak acak.
1.
Seleksi alam
Seleksi
alam adalah proses di mana mutasi genetika yang meningkatkan reproduksi menjadi
(dan tetap) lebih umum dari generasi yang satu ke genarasi yang lain pada
sebuah populasi. Ia sering disebut sebagai mekanisme yang "terbukti
sendiri" karena:
- Variasi terwariskan terdapat
dalam populasi organisme.
- Organisme menghasilkan
keturunan lebih dari yang dapat bertahan hidup
- Keturunan-keturunan ini
bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan bereproduksi.
Kondisi-kondisi
ini menghasilkan kompetisi antar organisme untuk bertahan hidup dan
bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat yang lebih
menguntungkan akan lebih berkemungkinan mewariskan sifatnya, sedangkan yang
tidak menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke generasi selanjutnya.
Konsep
pusat seleksi alam adalah kebugaran evolusi organisme. Kebugaran evolusi
mengukur kontribusi genetika organisme pada generasi selanjutnya. Namun, ini
tidaklah sama dengan jumlah total keturunan, melainkan kebugaran mengukur
proporsi generasi tersebut untuk membawa gen sebuah organisme. Karena itu, jika
sebuah alel meningkatkan kebugaran lebih daripada alel-alel lainnya, maka pada
tiap generasi alel tersebut menjadi lebih umum dalam popualasi. Contoh-contoh
sifat yang dapat meningkatkan kebugaran adalah peningkatan keberlangsungan dan
fekunditas. Sebaliknya, kebugaran yang lebih rendah yang disebabkan oleh alel
yang kurang menguntungkan atau merugikan mengakibatkan alel ini menjadi lebih
langka. Adalah penting untuk diperhatikan bahwa kebugaran sebuah alel bukanlah
karakteristik yang tetap. Jika lingkungan berubah, sifat-sifat yang sebelumnya
bersifat netral atau merugikan bisa menjadi menguntungkan dan yang sebelumnya
menguntungkan bisa menjadi merugikan.
Seleksi
alam dalam sebuah populasi untuk sebuah sifat yang nilainya bervariasi,
misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan menjadi tiga jenis. Yang pertama
adalah seleksi berarah (directional selection), yang merupakan geseran nilai
rata-rata sifat dalam selang waktu tertentu, misalnya organisme cenderung
menjadi lebih tinggi. Kedua, seleksi
pemutus
(disruptive selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering
mengakibatkan dua
nilai yang berbeda menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata).
Hal ini terjadi apabila baik organisme yang pendek ataupun panjang
menguntungkan, sedangkan organisme dengan tinggi sedang tidak. Ketiga, seleksi
pemantap
(stabilizing selection), yaitu seleksi terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan
penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini dapat menyebabkan
organisme secara pelahan memiliki tinggi badan yang sama.
Kasus
khusus seleksi alam adalah seleksi
seksual,
yang merupakan seleksi untuk sifat-sifat yang meningkatkan keberhasilan
perkawinan dengan meningkatkan daya tarik suatu organismeSifat-sifat yang
berevolusi melalui seleksi seksual utamanya terdapat pada pejantan beberapa
spesies hewan. Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan hidup
individu jantan tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang
cerah dapat menarik predator). Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini
diseimbangkan oleh keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.
Bidang
riset yang aktif pada saat ini adalah satuan
seleksi,
dengan seleksi alam diajukan bekerja pada tingkat gen, sel, organisme individu,
kelompok organisme, dan bahkan spesies. Dari model-model ini, tiada yang
eksklusif, dan seleksi dapat bekerja pada beberapa tingkatan secara serentak.
Di bawah tingkat individu, gen yang disebut transposon berusaha menkopi dirinya
di seluruh genom. Seleksi pada tingkat di
atas individu, seperti seleksi
kelompok,
dapat mengijinkan evolusi ko-operasi.
2.
Hanyutan genetika
Hanyutan
genetika atau ingsut genetik merupakan perubahan frekuensi alel dari satu
generasi ke generasi selanjutnya yang terjadi karena alel pada suatu keturunan
merupakan sampel acak (random sample) dari orang tuanya; selain itu ia juga
terjadi karena peranan probabilitas dalam penentuan apakah suatu individu akan
bertahan hidup dan bereproduksi atau tidak. Dalam istilah matematika, alel berpotensi
mengalami galat percontohan (sampling error). Karenanya, ketika gaya dorong
selektif tidak ada ataupun secara relatif lemah, frekuensi-frekuensi alel
cenderung "menghanyut" ke atas atau ke bawah secara acak (langkah
acak). Hanyutan ini berhenti ketika sebuah alel pada akhirnya menjadi tetap,
baik karena menghilang dari populasi, ataupun menggantikan keseluruhan alel
lainnya. Hanyutan genetika oleh karena itu dapat mengeliminasi beberapa alel
dari sebuah populasi hanya karena kebetulan saja. Bahkan pada ketidadaan gaya
selektif, hanyutan genetika dapat menyebabkan dua populasi yang terpisah dengan
stuktur genetik yang sama menghanyut menjadi dua populasi divergen dengan set
alel yang berbeda
Waktu
untuk sebuah alel menjadi tetap oleh hanyutan genetika bergantung pada ukuran
populasi, dengan fiksasi terjadi lebih cepat dalam populasi yang lebih kecil.
Pengukuran populasi yang tepat adalah ukuran populasi efektif, yakni
didefinisikan oleh Sewal Wright sebagai bilangan teoritis yang mewakili jumlah
individu berkembangbiak yang akan menunjukkan derajat perkembangbiakan
terpantau yang sama.
Walaupun
seleksi alam bertanggung jawab terhadap adaptasi, kepentingan relatif seleksi
alam dan hanyutan genetika dalam mendorong perubahan evolusi secara umum
merupakan bidang riset pada biologi evolusi. Investigasi ini disarankan oleh
teori netral evolusi molekul, yang mengajukan bahwa kebanyakan perubahan
evolusi merupakan akibat dari fiksasi mutasi netral yang tidak memiliki efek
seketika pada kebugaran suatu organisme. Sehingga, pada model ini, kebanyakan
perubahan genetika pada sebuat populasi merupakan akibat dari tekanan mutasi
konstan dan hanyutan genetika.
3.
Aliran gen (migrasi)
Aliran
gen merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya merupakan spesies
yang sama. Contoh aliran gen dalam sebuah spesies meliputi migrasi dan
perkembangbiakan organisme atau pertukaran serbuk sari. Transfer gen antar
spesies meliputi pembentukan organisme hibrid dan transfer gen
horizontal.
Migrasi
ke dalam atau ke luar populasi dapat mengubah frekuensi alel, serta menambah
variasi genetika ke dalam suatu populasi. Imigrasi dapat menambah bahan
genetika baru ke lungkang
gen yang telah ada pada
suatu populasi. Sebaliknya, emigrasi dapat menghilangkan bahan genetika. Karena
pemisahan
reproduksi
antara dua populasi yang berdivergen diperlukan agar terjadi spesiasi, aliran gen dapat memperlambat proses ini
dengan menyebarkan genetika yang berbeda antar populasi. Aliran gen dihalangi
oleh barisan gunung, samudera, dan padang pasir. Bahkan bangunan manusia
seperti Tembok Raksasa Cina dapat menghalangi
aliran gen tanaman.
Bergantung
dari sejauh mana dua spesies telah berdivergen sejak MRCA (most recent common
ancestor) mereka, adalah mungkin kedua spesies tersebut menghasilkan keturunan,
seperti pada kuda dan keledai yang hasil perkawinan campurannya menghasilkan bagal. Hibrid tersebut biasanya mandul, oleh karena dua set
kromosom yang berbeda tidak dapat berpasangan selama meiosis. Pada kasus ini,
spesies yang berhubungan dekat dapat secara reguler saling kawin, namun hibrid
yang dihasilkan akan terseleksi keluar, dan kedua spesies ini tetap berbeda.
Namun, hibrid yang berkemampuan berkembang biak kadang-kadang terbentuk, dan
spesies baru ini dapat memiliki sifat-sifat antara kedua spesies leluhur
ataupun fenotipe yang secara keseluruhan baru.
Pentingnya hibridisasi dalam pembentukan spesies baru hewan tidaklah
jelas, walaupun beberapa kasus telah ditemukan pada banyak jenis hewan, Hyla versicolor merupakan contoh hewan yang telah dikaji dengan
baik.
Hibridisasi
merupakan cara spesiasi yang penting pada tanaman, karena poliploidi (memiliki lebih dari dua kopi pada setiap
kromosom) dapat lebih ditoleransi pada tanaman dibandingkan hewan. Poliploidi
sangat penting pada hibdrid karena ia mengijinkan reproduksi, dengan dua set
kromosom yang berbeda, tiap-tiap kromosom dapat berpasangan dengan pasangan
yang identik selama meiosis. Poliploid juga memiliki keanekaragaman genetika
yeng lebih, yang mengijinkannya menghindari depresi penangkaran sanak (inbreeding depression)
pada populasi yang kecil.
Transfer gen
horizontal
merupakan transfer bahan genetika dari satu organisme ke organisme lainnya yang
bukan keturunannya. Hal ini paling umum terjadi pada bakteri. Pada bidang pengobatan, hal ini berkontribusi
terhadap resistansi
antibiotik.
Ketika satu bakteri mendapatkan gen resistansi, ia akan dengan cepat
mentransfernya ke spesies lainnya. Transfer gen horizontal dari bakteri ke
eukariota seperti khamir Saccharomyces cerevisiae dan kumbang
Callosobruchus chinensis juga dapat terjadi. Contoh transfer dalam skala besar
adalah pada eukariota bdelloid
rotifers,
yang tampaknya telah menerima gen dari bakteri, fungi, dan tanaman. Virus juga dapat membawa DNA
antar organisme, mengijinkan transfer gen antar domain. Transfer gen berskala
besar juga telah terjadi antara leluhur sel eukariota dengan prokariota selama akuisisi kloroplas dan mitokondria.
4.
Rekombinasi
Pada
organisme aseksual, gen diwariskan bersama, atau ditautkan, karena ia tidak
dapat bercampur dengan gen organisme lain selama reproduksi. Keturunan
organisme seksual mengandung campuran acak kromosom leluhur yang dihasilkan
melalui pemilahan bebas. Pada proses rekombinasi genetika terkait, organisme
seksual juga dapat bertukarganti DNA antara dua kromosom yang berpadanan.
Rekombinasi dan pemilahan ulang tidak mengubahan frekuensi alel, namun mengubah
alel mana yang diasosiasikan satu sama lainnya, menghasilkan keturunan dengan
kombinasi alel yang baru. Manakala proses ini meningkatkan variasi pada
keturunan individu apapun, pencampuran genetika dapat diprediksi untuk tidak
menghasilkan efek, meningkatkan, ataupun mengurangi variasi genetika pada
populasi, bergantung pada bagaimana ragam alel pada populasi tersebut
terdistribusi. Sebagai contoh, jika dua alel secara acak terdistribusi pada
sebuah populasi, maka jenis kelamin tidak akan memberikan efek pada variasi.
Namun, jika dua alel cenderung ditemukan sebagai satu pasang, maka pencampuran
genetika akan menyeimbangkan distribusi tak-acak ini, dan dari waktu ke waktu
membuat organisme pada populasi menjadi lebih mirip satu sama lainnya. Efek
keseluruhan jenis kelamin pada variasi alami tidaklah jelas, namun riset
baru-baru ini menunjukkan bahwa jenis kelamin biasanya meningkatkan variasi
genetika dan dapat meningkatkan laju evolusi.
Rekombinasi
mengijinkan alel sama yang berdekatan satu sama lainnya pada unting DNA
diwariskan secara bebas. Namun laju rekombinasi adalah rendah, karena pada
manusia dengan potongan satu juta pasangan basa DNA, terdapat satu di antara
seratus peluang kejadian rekombinasi terjadi per generasi. Akibatnya, gen-gen
yang berdekatan pada kromosom tidak selalu disusun ulang menjauhi satu sama
lainnya, sehingga cenderung diwariskan bersama. Kecenderungan ini diukur dengan
menemukan bagaimana sering dua alel gen yang berbeda ditemukan bersamaan, yang
disebut sebagai ketakseimbangan pertautan (linkage disequilibrium). Satu set
alel yang biasanya diwariskan bersama sebagai satu kelompok disebut sebagai
haplotipe.
Reproduksi
seksual membantu menghilangkan mutasi yang merugikan dan mempertahankan mutasi
yang menguntungkan. Sebagai akibatnya, ketika alel tidak dapat dipisahkan
dengan rekombinasi (misalnya kromosom Y mamalia yang diwariskan dari ayah ke
anak laki-laki), mutasi yang merugikan berakumulasi. Selain
...
itu, rekombinasi dan pemilahan ulang dapat menghasilkan individu dengan
kombinasi gen yang baru dan menguntungkan. Efek positif ini diseimbangkan oleh
fakta bahwa proses ini dapat menyebabkan mutasi dan pemisahan kombinasi gen
yang menguntungkan.
5. Mutasi
Variasi
genetika berasal dari mutasi acak yang terjadi pada genom organisme. Mutasi
merupakan perubahan pada urutan DNA sel genom dan diakibatkan oleh radiasi,
virus, transposon, dan bahan kimia mutagenik, serta kesalahan selama proses
meiosis atau replikasi DNA. Mutagen-mutagen ini menghasilkan beberapa jenis
perubahan pada urutan DNA. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan produk gen,
mencegah gen berfungsi, atupun tidak menghasilkan efek sama sekali. Kajian pada
lalat Drosophila melanogaster menunjukkan bahwa jika sebuah mutasi mengubah
protein yang dihasilkan oleh sebuah gen, kemungkinan ini akan merugikan, dengan
70% mutasi ini memiliki efek yang merugikan, dan sisanya netral ataupun sedikit
menguntungkan. Oleh karena efek-efek merugikan dari mutasi terhadap sel,
organisme memiliki mekanisme reparasi DNA untuk menghilangkan mutasi. Oleh
karena itu, laju mutasi yang optimal untuk sebuah spesies merupakan bayaran
laju mutasi tinggi yang merugikan, dengan bayaran metabolik sistem mengurangi
laju mutasi, seperti enzim reparasi DNA. Beberapa spesies seperti retrovirus
memiliki laju mutasi yang tinggi, sedemikian rupanya keturunannya akan memiliki
gen yang bermutasi. Mutasi cepat seperti ini dipilih agar virus ini dapat
secara konstan dan cepat berevolusi, sehingga dapat menghindari respon sistem
immun manusia.
Mutasi
dapat melibatkan duplikasi fragmen DNA yang besar, yang merupakan sumber utama
bahan baku untuk gen baru yang berevolusi, dengan puluhan sampai ratusan gen
terduplikasi pada genom hewan setiap satu juta tahun. Kebanyakan gen merupakan
bagian dari famili gen leluhur yang sama yang lebih besar.
Gen
dihasilkan oleh beberapa metode, umumnya melalui duplikasi dan mutasi gen
leluhur, atau dengan merekombinasi bagian gen yang berbeda, membentuk kombinasi
baru dengan fungsi yang baru. Sebagai contoh, mata manusia menggunakan empat
gen untuk menghasilkan struktur yang dapat merasakan cahaya: tiga untuk sel
kerucut, dan satu untuk sel batang; keseluruhannya berasal dari satu gen
leluhur tunggal. Keuntungan duplikasi gen (atau bahkan keseluruhan genom)
adalah bahwa tumpang tindih atau fungsi berlebih pada gen ganda mengijinkan
alel-alel dipertahankan (jika tidak akan membahayakan), sehingga meningkatkan
keanekaragaman genetika.
Perubahan
pada bilangan kromosom dapat melibatkan mutasi yang bahkan lebih besar, dengan
segmen DNA dalam kromosom terputus kemudian tersusun kembali. Sebagai contoh,
dua kromosom pada genus Homo bersatu membentuk kromosom 2 manusia; pernyatuan
ini tidak terjadi pada garis keturunan kera lainnya, dan tetap dipertahankan
sebagai dua kromosom terpisah. Peran paling penting penataan ulang kromosom ini
pada evolusi kemungkinan adalah untuk mempercepat divergensi populasi menjadi
spesies baru dengan membuat populasi tidak saling berkembang biak, sehingga
mempertahankan perbedaan genetika antara populasi ini.
Urutan
DNA yang dapat berpindah pada genom, seperti transposon, merupakan bagian utama
pada bahan genetika tanaman dan hewan, dan dapat memiliki peran penting pada
evolusi genom. Sebagai contoh, lebih dari satu juta kopi urutan Alu terdapat
pada genom manusia, dan urutan-urutan ini telah digunakan untuk menjalankan
fungsi seperti regulasi ekspresi gen. Efek lain dari urutan DNA yang bergerak
ini adalah ketika ia berpindah dalam suatu genom, ia dapat memutasikan atau
mendelesi gen yang telah ada, sehingga menghasilkan keanekaragaman genetika.
6.
Perkawinan Acak
Pada
kenyataannya, tidak ada perkawinan yang benar-benar acak. Perkawinan umumnya
dipengaruhi faktor pilihan. Misalnya, burung merak betina lebih memilih merak
jantan dengan bulu ekor yang besar dan indah, dan manusia cenderung mengembang
biakkan hewan atau tanaman yang menguntungkan. Akibar dari perkawinan tak acak
ini, alel yang membawa sifat yang lebih disukai akan menjadi lebih sering
dijumpai dalam populasi. Alel dengan sifat yang tidak disukaiakan menjadi
berkurang dan mungkin akan berkurang dari populasi.
Implikasi
Evolusi dalam Kehidupan
Evolusi
mempengaruhi setiap aspek dari bentuk dan perilaku organisme. Yang paling
terlihat adalah adaptasi perilaku dan fisik yang diakibatkan oleh seleksi alam.
Adaptasi-adaptasi ini meningkatkan kebugaran dengan membantu aktivitas seperti
menemukan makanan, menghindari predator, dan menarik lawan jenis. Organisme
juga dapat merespon terhadap seleksi dengan berkooperasi satu sama lainnya,
biasanya dengan saling membantu dalam simbiosis. Dalam jangka waktu yang lama,
evolusi menghasilkan spesies yang baru melalui pemisahan populasi leluhur
organisme menjadi kelompok baru yang tidak akan bercampur kawin.
Akibat
evolusi kadang-kadang dibagi menjadi makroevolusi dan mikroevolusi.
Makroevolusi adalah evolusi yang terjadi pada tingkat di atas spesies, seperti kepunahan
dan spesiasi. Sedangkan mikroevolusi adalah perubahan evolusioner yang kecil,
seperti adaptasi yang terjadi dalam spesies atau populasi. Secara umum,
makroevolusi dianggap sebagai akibat jangka panjang dari mikroevolusi. Sehingga
perbedaan antara mikroevolusi dengan makroevolusi tidaklah begitu banyak
terkecuali pada waktu yang terlibat dalam proses tersebutNamun, pada
makroevolusi, sifat-sifat keseluruhan spesies adalah penting. Misalnya, variasi
dalam jumlah besar di antara individu mengijinkan suatu spesies secara cepat
beradaptasi terhadap habitat yang baru, mengurangi kemungkinan terjadinya
kepunahan. Sedangkan kisaran geografi yang luas meningkatkan kemungkinan
spesiasi dengan membuat sebagian populasi menjadi terisolasi. Dalam pengertian
ini, mikroevolusi dan makroevolusi dapat melibatkan seleksi pada
tingkat-tingkat yang berbeda, dengan mikroevolusi bekerja pada gen dan
organisme, versus makroevolusi yang bekerja pada keseluruhan spesies dan
mempengaruhi laju spesiasi dan kepunahan.
Terdapat
sebuah miskonsepsi bahwa evolusi bersifat "progresif", namun seleksi
alam tidaklah memiliki tujuan jangka panjang dan tidak perlulah menghasilkan
kompleksitas yang lebih besar. Walaupun spesies kompleks berkembang dari
evolusi, hal ini terjadi sebagai efek samping dari jumlah organisme yang
meningkat, dan bentuk kehidupan yang sederhana tetap lebih umum. Sebagai
contoh, mayoritas besar spesies adalah prokariota mikroskopis yang membentuk
setengah biomassa dunia walaupun bentuknya yang kecil, serta merupakan
mayoritas pada biodiversitas bumi. Organisme sederhana oleh karenanya merupakan
bentuk kehidupan yang dominan di bumi dalam sejarahnya sampai sekarang.
Kehidupan kompleks tampaknya lebih beranekaragam karena ia lebih mudah diamati.
No comments:
Post a Comment