BAB
I
PENDAHULUAN
Penulis : Rahmad F
PENDAHULUAN
Penulis : Rahmad F
A.
Latar
Belakang Masalah
Penidikan pada hakekatnya merupakan tali untuk mengantarkan peserta
didik menuju pada kesadaran sosial yang
lebih tinggi dari sebelum ia mengenyam pendidikan. Namun, kadang dalam
perjalanannya pendidikan islamkerap malah memisahkan pesrta didik dari
kehidupan sosialnya. Hal ini terjadi
karena pendidikan islamyang diberikan bukan lagi berbasis akan realitas
masyarakat. Akan tetapi lebih berorientasi apada pemenuhan kebutuhan pasar.
Sehingga peserta didik setelah selesai mendapatkan pendidiakn bukan peka akan
realitas sosial malah hilang dari realitas sosial.
Melihat realitas tersebut perlu kiranya merubah akan orientasi dari
pendidikan islam
tersebut. Agar pendidikan islamdapat memainkan perananya
sebagai motor penggerak mobilitas sosial. Sebab, pendidikan islamsebagai
pembentuk intelektual peserta didiknya merupakan faktor yang sangat penting
dalam peruabahan yang terjadi di masyarakat. Bahkan boleh dikatakan, perubahan
dalam masyarakat tergantung akan pendidikan islamapa yang diterima oleh peserta
didiknya. Sebagai contoh, apabila pendidikan islammengajarkan bahwa komunis,
kapitalisme, dan anakirme tidak baik. Maka pesetrta didik tidak akan melakukan
hal tersebut. Misalnya juga, bahwa untuk dapat mendekatkan diri kepada Tuhan
harus dengan peka terhadap realitas sosial maka peserta didik yang dihasilkan
akan selalu melakukan analisa sosial.
Mobilitas sebagai salah satu indikator bahwa masyarakat kita mengalami kamjuan atau
tidak cukup pantas kiranya dijadikan sebuah orientasi dari pendidikan. Sebab,
tanpa adabya Mobilitas sosial masyarakat tidak mungkin untuk mencapai kemajuan
dan kesejahteraan.
Dari gambaran di atas maka dalam makalah ini akan mencoba membahas
sedikit perubahan orientasi pendidikan, Mobilitas sosial dan peranan pendidikan
islamislam dalam upaya melakukan Mobilitas sosial.
B.
Pokok
Bahasan
1.
Apa
pengertian pendidikan islam?
2.
Apa
pengertian Mobilitas social?
3.
Bagaimana
Strategi Pembaharuan Pendidikan islamIslam Demi tercapainya Mobilitas Sosial?
4.
Apa
Peranan Pendidikan islamDalam Mewujudkan Mobilitas Sosial?
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pendidikan
Islam
B.
Mobilitas
Sosial
Mobilitas sosial adalah sebuah alat untuk menggerakkan masyarakat
dalam kegiatan dan mengalamai perubahan yang lebih baik. Mobilitas sosial ada
yang terjadi secara vertikal dan ada yang horisontal. Mobilitas secara vertikal
terjadi apabila seorang mengalamai kemajuan dan peningkatan dalam taraf sosialnya.
Contohnya: seorang buruh pabrik yang giat bekerja, karena ia dipandang ulet dan
rajin oleh atasannya lalu diangkat menjadi kepala bagian. Sedangkan mobilitas
sosial horisontal adalah apabila perubahan yang terjadi secara linier.
Contohnya: seorang petani yang berubah pekerjaanya menjadi buruh pabrik. Dalam
melakukan mobilitas sosial ada beberapa faktor yang menjadi penghambat
dianataranya: kesenjangan ekonomi, kebodohan, perbedaan kasta, kemalasan.
Faktor yang paling menghambat dalam mobilitas sosial adalah kebodohan atau
kurangnya pendidikan. Seperti faktor penghambat, faktor yang mempengaruhi
mobilitas sosial pun cukup banyak. Diantaranya: keinginan untuk berubah, bosan
dengan keadaan yang sudah ada, dan pendidikan.
Disinilah pendidikan islam memainkan peranannya untuk membentuk
intelektual manusia, sehingga kemampuan intelektual ini menjadi lokomotif
mobilitas sosial, ekonomis. Sebab, dalam kehidupan nyata, kekuatan intelektual
ini tentu saja tidak dapat dipisahkan dari kekuatan sosial. Akibat dari faktor
keterpelajaran, keterdidikan atau intelektualitas ini, citra pendidikan islam
dalam masyarakat kita selalu berada pada lingkaran persoalan konseptual berupa:
(1) perbenturan modern dan tradisional, (2) masalah Barat dan Timur, (3)
ketegangan antara kaya dan miskin, dan (4) ketegangan dan upaya memperoleh
ruang publik dan otonomi.
Gambaran teori
Marxis nampaknya dapat dijadikan bahan refleksi untuk melakukan perubahan.
Meskipun teori ini lahir dari dunia barat. Namun, pola perubahan yang dilakukan
cukup baik. Teori Marxisme mengajarkan kita untuk mampu melakukan perubahan
agar terbentuknya masyarakat yang tanpa kelas. Dalam artian semuanya sama dalam
kelas masyarakat. Tidak ada lagi kelas borjuis dan kelas proletar. Kesenjangan
ekonomi yang ada dijadikan sebagai alat untuk malakukan mobilitas sosial.
Masyarakat diajak untuk melakukan perubahan agar dapat sejajar dengan golongan
kelas lain. Dan kelas yang borjuis dipaksa untuk mau berbagi dengan kelas
proletar. Contoh mobilitas sosial yang paling sukses di dunia ini adalah apa
yang telah dilakukan oleh Rasulullah SAW, dimana Rasul mampu untuk mengubah
tatanan masyarakat yang jahiliah menjadi masyarakat yang sangat beradab. Dan
jalan yang ditempuh untuk merubah tatanan masyarakat pada waktu itu adalah melalui
pendidikan.
C.
Strategi
Pembaharuan Pendidikan Islam Demi tercapainya Mobilitas Sosial
Strategi pembaharuan pendidikan islam merupakan perspektif baru
dalam dunia pendidikan islam yang mulai dirintis sebagai alternatif untuk
memecahkan masalah-masalah pendidikan islamyang belum diatasi secara tuntas.
Jadi pembaharuan pendidikan islam dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah
yang ada dalam dunia pendidikan islam dan menyongsong arah perkembangan dunia pendidikan
islam yang lebih memberikan harapan kemajuan ke depan.
Dalam proses perubahan pendidikan islam paling tidak memiliki dua
peran yang harus diperhatikan, yaitu: 1) Pendidikan islam akan berpengaruh
terhadap perubahan masyarakat, dan 2) Pendidikan islam harus memberikan
sumbangan optimal terhadap proses trnasformasi menuju terwujudnya masyakat
madani. Proses perubahan sistem pendidikan islam harus dilakukan secara
terencana dengan langkah-langkah yang strategis, yaitu “mengidentifikasi
berbagai problem yang menghambat terlaksansya pendidikan islam dan merumuskan
langkah-langkah pembaharuan yang lebih bersifat strategis dan praktis sehingga
dapat diimplementasikan dilapangan” langkah-langkah tersebut harus dilakukan
secara terencana, sistematis, dan menyentuh semua aspek, mengantisipasi
perubahan yang terjadi, mampu merekayasa terbentuknya sumber daya manusia yang
cerdas, yang memiliki kemampuan inovatif dan mampu meningkatkan kualitas
manusia. Oleh karena itu, pendidikan islam betul-betul akan berpengaruh terhadap
perubahan kehidupan masyarakat dan dapat memberikan sumbangsi secara optimal
terhadap proses transformasi ilmu pengetahuan dan pelatihan dan dapat
diimplementasikan dalam kehidupan manuisa.
D.
Peranan
Pendidikan Islam Dalam Mewujudkan Mobilitas Sosial
Pendidikan islam dalam kaitannya dengan mobilitas sosial harus
mampu untuk mengubah mainstrem pesrta didik akan realitas sosialnya. Pendidikan
islam yang tepat untuk mengubah paradigma ini adalah pendidikan kritis yang pernah digulirkan oleh Paulo Freire.
Sebab, pendidikan kritis mengajarkan kita selalu memperhatikan kepada
kelas-kelas yang terdapat di dalam masyakarakat dan berupaya memberi kesempatan
yang sama bagi kelas-kelas sosial tersebut untuk memperoleh pendidikan. Disini
fungsi pendidikan islam bukan lagi hanya sekedar usaha sadar yang
berkelanjutan. Akan tetapi sudah merupakan sebuah alat untuk melakukan
peruabahan dalam masyarakat. Pendidikan islam harus bisa memberikan pemahaman
kepada peserta didik tentang realitas sosial, analisa sosial dan cara melakukan
mobilitas sosial.
Orang bisa mendebat balik, dengan pendidikan islam seseorang bisa
mengalami mobilitas sosial. Mereka tak harus terus menjadi petani dan orang
miskin jika bisa mengenyam pendidikan. Itulah masalahnya. Di banyak negara berkembang
lain mobilitas sosial tidak selalu dimungkinkan. Di India kasta adalah salah
satu hambatan mobilitas sosial, selain banyak hambatan lain. Di negara seperti
Indonesia, korupsi yang sudah mengakar hingga ke tingkat penerimaan pegawai
bisa jadi alasan lain mengapa mobilitas sosial relatif sulit terjadi.
Cengkeraman kapitalisme nampaknya begitu kental dalam dunia pendidikan
islam di Indonesia. Didorong oleh misi untuk meningkatkan akumulasi kapital
sebesar-besarnya, lembaga pendidikan islam akan lebih banyak menerima
pelajar-pelajar gedongan meski memiliki IQ pas-pasan. Pelajar yang berprestasi
tetapi miskin, tidak dapat sekolah atau melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi. Mobilitas sosial vertikal hanya akan menjadi milik orang kaya yang
mampu sekolah tinggi, meskipun secara intelektual diragukan.
Berbarengan dengan meningkatnya gejala privatisasi pendidikan islam
dan aspirasi atas pendidikan islam yang berkualitas memang juga terjadi
peningkatan kecenderungan dalam masyarakat untuk mendirikan pendidikan islam yang
mahal tetapi menjanjikan mutu: Buktinya sekolah/madrasah -baik swasta maupun
negeri semakin meningkat jumlahnya dalam kurun hampir dua dasawarsa terakhir.
Jelas, hanya terdapat segelintir kalangan masyarakat biasa disebut
sebagai “kelas menengah” – yang mampu membeli pendidikan islam yang mahal
tersebut. Tetapi lembaga lembaga pendidikan islam yang mahal itu sudah telanjur
eksis di mana-mana. dan tersebar dimana-mana dan kalangan publik yang inisk.
sekalipun beranak anak mereka ke sana. Dan ini jelas dan perlu dihargai dan
didukung.
Disinilah terletak dilema klasik. Pendidikan islammerupakan akses
yang sangat penting – jika tidak satu satunya – untuk mencapai mobilitas
sosial; tetapi kaum miskin tidak dapat menjangkau akses tersebut, karena
mahalnya biaya. Akhirnya terciptalah vicious circle (lingkaran setan);
kerniskinan menciptakan keterbelakangan pendidikan, dan sosial ekonomi, dan
keterbelakangan terakhir ini menghasilkan keterbelakangan pendidikan.
Dalam konteks terakhir inilah kebutuhan pada filantrofi
(kedermawanan) secara khusus untuk pendidikan islamterasa semakin dibutuhkan
dan mendesak. Jika tidak, sekolah/madrasah yang berkualitas hanya bisa dimasuki
anak anak dari keluarga kaya. Padahal, kita juga tahu, terdapat cukup banyak anak
dari kalangan miskin yang cerdas, berbakat, rajin, mau bekerja keras dan dengan
demikian, cukup menjanjikan.
Memang tradisi filantropi untuk pendidikan islam bukanlah sesuatu
hal baru di Indonesia. Kita tahu sangat banyak lembaga pendidikan, seperti madrasah/sekolah,
pesantren, dan perguruan tinggi yang didirikan dan dikembangkan dengan dana
filantropi. Agaknya, hampir bisa dipastikan, lembaga lembaga pendidikan islam yang
dibangun dengan dana filantropi swasta dan masyarakat jauh lebih banyak,
dibandingkan dana pemerintah.
BAB III
PENUTUP
Orientasi pendidkan sangat perlu
dilakukan agar pendidikan islamselalu peka akan realitas sossial yang ada.
Perubahan orientasi bukan lagi hanya pada wilayah materi. Akan tetapi harus
sudah dapat menyentuh pada wilayah orientasi di masyatakat Pendidikan islambukan
Jelasnya terlihat bahwa pendidikan islampada hakekatnya adalah suatu jalan yang harus ditempatkan dan ditempuh untuk malakukan perubahan dalam tatanan masyakat (mobilitas sosial). Sebab, saat kita akan melakukan perubahan mau tidak harus menyadarkan masyarakat tentang kesejajaran kelas. Dan ini hanya bisa dilakukan saaat masyarakat sudah mendapatkan pendidikan islam yang benar.
Jelasnya terlihat bahwa pendidikan islampada hakekatnya adalah suatu jalan yang harus ditempatkan dan ditempuh untuk malakukan perubahan dalam tatanan masyakat (mobilitas sosial). Sebab, saat kita akan melakukan perubahan mau tidak harus menyadarkan masyarakat tentang kesejajaran kelas. Dan ini hanya bisa dilakukan saaat masyarakat sudah mendapatkan pendidikan islam yang benar.
Ada beberapa faktor yang menjadi
penghambat dianataranya: kesenjangan ekonomi, kebodohan, perbedaan kasta,
kemalasan Faktor yang paling menghambat dalam mobilitas sosial adalah kebodohan
atau kurangnya pendidikan. Faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial pun cukup
banyak. Diantaranya: keinginan untuk berubah, bosan dengan keadaan yang sudah
ada, dan pendidikan. Disinilah pendidikan islammenja di faktor penentu dalam
mobilitas sosial. Oleh karena itu saaat kita akan melakukan mobilitas sosial
maka yang harus dibenahi adalah pendidikannya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen FIP-IKIP Malang. 1987. Pengantar Dasar-dasar
Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Kelompok Kerja Pengkajian dan perumusan. 1999. Rangkuman Filosofi,
Kebijaksanaan dan Strategi Pendidikan islamNasional, Jakarta: Departemen Pendidikan
islamdan Kebudayaan Republik Indonesia.
Ritzer, George -Dougla J. Goodman. 2004. Teori Sosiologi odern.
Jakarta: Kencana.
Widijanto, Tjahjono. Wajah Perempuan dalam Sastra Indonesia. www.Republika.Com.
Perdana, Ari A.. Pendidikan, pertumbuhan ekonomi, dan pemerataan. WWW.CSIS.Com
Suharto, Edi. Bahaya Sosial Privatisasi Pendidikan. http://relawan.net
Suyanto. Mobilitas Horizontal bagi Guru Bermutu. www.UNY.Co.id
No comments:
Post a Comment