Monday, August 15, 2016

Manajemen Personalia di Sekolah



Oleh    : Rahmad Fitriyanto
 
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Birokrasi sebagai salah satu sistem dalam pemerintahan, di dalamnya ditandai dengan berbagai indikasi, seperti kedudukan yang bersifat hierarki, hubungan otoritas, fungsi-fungsi khusus, peraturan dan undang-undang yang mengatur pengelolaan, tugas-tugas, interaksi dengan lingkungan yang mendukung. Menurut Max Weber (Wahjosumidjo, 2007 : 62), seorang pakar sosiologi Jerman, birokrasi adalah salah satu bentuk ideal organisasi, di mana titik sentral dari teori Weber ini diletakkan pada pola-pola interaksi yang legitimatif (legitimate interaction patterns) di antara para anggota organisasi dalam mencapai tujuan dan terlibat dalam kegiatan.

Ciri-ciri organisasi sebagai birokrasi menurut Max Weber adalah sebagai berikut :
a. Dalam organisasi terdapat proses interaksi antar sekelompok manusia dalam mencapai tujuan;
b. Dalam interaksi mencapai tujuan ada pembagian tugas;
c. Dalam organisasi hubungan kerja sama yang ada di dalamnya bersifat struktural atau merupakan hubungan hierarki yang di dalamnya berisi wewenang, tangung jawab dan pembagian kerja (a hierarchy of authority );
d. Dalam organisasi terdapat aturan yang mengatur proses interaksi diantara orang-orang yang melakukan kerja sama ;
e. Di dalam organisasi terdapat sistem komunikasi dan sistem insentif.
Sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terhimpun kelompok-kelompok manusia yang masing-masing baik secara perorangan maupun kelompok saling melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan. Kelompok-kelompok manusia yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang terdiri dari : Kepala Sekolah, guru-guru, tenaga administrasi / staf, peserta didik, dan kelompok orang tua siswa.
Pada setiap organisasi di dalamnya selalu ada pembagian tugas. Pembagian tugas ini diadakan untuk mendukung agar proses interaksi antar manusia dapat berjalan dengan baik. Demikian juga di dalam kehidupan sekolah, pembagian tugas ini dilaksanakan dengan tegas oleh kepala sekolah, sehingga masing-masing kelompok dan orang-orang dengan jelas melakukan tugas apa, kapan, dan bagaimana melakukan tugas tersebut. Job description ini merupakan manifestasi dari pemberdayaan sumber daya manusia (personal). Dalam pembahasan ini, pengelolaan personal ini difokuskan pada pengelolaan staf / karyawan non guru.
2. Rumusan Masalah
2.1. Tinjauan Awal Personalia
2.2. Manajemen Personalia di Sekolah
2.3. Peranan Kepala Sekolah Dalam Pengelolaan Personalia
3. Tujuan
Deskripsi singkat mengenai manajemen personalia ini diharapkan dapat memberi pemahaman pada para pimpinan organisasi pada umumnya, pada para kepala sekolah pada khususnya. Selain itu tulisan ini juga diharapkan memberi kontribusi pada mahasiswa dalam menambah wawasan mengenai menejemen personalia dalam sebuah organisasi.
Penampilan dan pemeliharaan sumber daya manusia adalah kunci keberhasilan kelompok kerja atau organisasi. Dan penampilan serta pemeliharaan sumber daya manusia bergantung pada menejemen personalia yang diterapkan oleh pimpinan. Menejemen yang rendah jelas akan merugikan organisasi, kelompok, dan anggota kelompok. Pada akhirnya, diharapkan mahasiswa dapat menerapkan teori pengelolaan personel ini dalam kehidupan berorganisasi demi tercapainya suatu tingkat tertinggi penampilan kerja dan pemeliharaan sumber daya manusia suatu waktu.
BAB II
PENDAHULUAN
1. Tinjauan Awal Tentang Personalia
Kepegawaian disebut juga personalia dan pegawainya disebut juga personel atau karyawan. Pegawai pada suatu sekolah ialah mereka yang tergabung dalam suatu sekolah untuk melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. (Burhanuddin, 2005 : 65).
Pada prinsipnya yang dimaksud personel ialah orang-orang yang melaksanakan sesuatu tugas untuk mencapai tujuan. Karena itu , personel di sekolah meliputi unsur guru yang disebut tenaga edukatif dan unsnur karyawan yang disebut tenaga administratif. ( Suryosubroto, 2004 : 86 ).
Seringkali juga untuk mengasumsikan seorang pegawai menggunakan istilah staf. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia staf berarti sekelompok orang yang bekerja sama membantu seorang ketua dalam mengelola sesuatu. Staf yang dimaksud dalam bahasan kita adalah sekelompok sumber daya manusia yang bertugas membantu kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang terdiri dari para guru, laboran, pustakawan, dan kelompok sumber daya manusia yang bertugas sebaai tenaga administrasi yang khusus dalam hal keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan sebagainya.
Guru sebagai tenaga pendidik, ialah sekelompok sumber daya manusia yang ditugasi untuk membimbing, mengajar dan atau melatih para peserta didik menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Laboran adalah orang (ahli kimia dan sebagainya) yang bekerja di laboratorium. Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perpustakaan; ahli perpustakaan.
Tenaga administrasi atau administrator adalah pengurus, penata usaha di bidang-bidang tertentu seperti keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan sebagainya.
2. Menejemen Personalia di Sekolah
Keberadaan sumber daya manusia merupakan bagian integral dalam kehidupan suatu sekolah. Karena masing-masing sumber daya manusia mempunyai peranan yang strategis. Oleh sebab itu, pembinaan terhadap personal yang ada menjadi tanggung jawab kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di suatu sekolah. Konsekwensinya setiap kepala sekolah harus memahami benar mengenai lingkup atau dimensi-dimensi kepegawaian.
Banyak masalah yang tidak terpisahkan dari kehidupan sekolah sebagai suatu organisasi. Masalah –masalah itu mencakup beberapa aspek, seperti mendefinisikan tujuan, menentukan kebijaksanaan, mengembangkan program, mempekerjakan orang, mengadakan fasilitas, mencapai hasil dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah. Semua kegiatan tersebut memerlukan keterlibatan orang-orang dengan latar belakang kemampuan yang berbeda-beda , seperti para guru yang professional, kelompok orang-orang yang tidak terlibat dalam tugas mengajar, seperti pustakawan, laboran, dan sebagainya.
Secara umum kita akui bahwa keberhasilan usaha seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan kualitas manusia yang melakukan usaha atau tugas tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang nampak melalui kompetensi yang dimilikinya merupakan hal esensial untuk menjadi manusia professional. Begitu juga dengan keberhasilan suatu sekolah.
Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Pengelolaan atau manajemen tenaga kependidikan bertujuan untuk memberdayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan.
Oleh sebab itu, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mengolah dan memanfaatkan segala sumber daya manuasi yang ada, sehingga tercapai efektivitas sekolah yang pada ujungnya menghasilkan perubahan yang diharapkan pada anak didik.
Untuk mengelola sumber daya manusia agar memiliki kecakapan, motivasi dan kreativitas secara maksimal, maka hendaknya melalui tahapan - tahapan sebagai berikut :
a. Identifikasi staf / pegawai
Tahapan ini erat kaitannya dengan rencana pengadaan pegawai. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu sekolah, lembaga ataupun organisasi, maka diperlukan adanya rencana kepegawaian. Namun sebelumnya harus dilakukan analisis pekerjaan ( job analysis ) dan analisis jabatan untuk memperoleh diskripsi tentang tugas – tugas dan pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Identifikasi staf atau pegawai merupakan pengenalan terhadap kualitas yang dimiliki oleh para calon staf baik dari sisi derajat kepribadian, keinginan atau harapan, motivasi serta keahlian yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan atau jenis pekerjaan / kedudukan yang diberikan pada mereka.
Identifikasi dibedakan menjadi rekruitmen dan seleksi. Rekruitmen merupakan proses identifikasi calon-calon staf yang secara potensial akan diterima. Sedang seleksi merupakan proses pemilihan calon-calon yang tingkat kualitasnya seperti kepribadian, kebutuhan atau harapan, motivasi serta kecakapan / keahlian memang betul-betul telah memiliki persyaratan untuk melaksanakan pekerjaan / jabatan khusus yang akan ditugaskan. Seleksi itu biasanya dilakukan dengan serangkaian ujian baik secar lisan, maupun praktek. Namun adakalanya, pada suatu organisasi, pengadaan pegawai dapat didatangkan secara intern atau dari dalam organisasi saja, apakah melalui promosi atau mutasi.
b. Penempatan
Bila rekruitmen pegawai telah mendapatkan calon – calon pegawai yang sesuai dengan kualifikasi pegawai yang ditetapkan, maka pimpinan menentukan kemungkinan penempatannya. Tujuan pokok penempatan adalah mencari kepastian secara maksimal tentang kesesuaian antara jabatan / tugas yang harus diisi dengan kemampuan dan keahlian individu serta karakteristik pribadi para individu.
c. Penyesuaian diri
Tujuan utama penyesuaian adalah untuk membantu seorang pegawai baru memahami dan beradaptasi pada harapan, peran, dan mengembangkan rasa ikut memiliki dan mengenali sekolah dan masyarakat. Tahapan ini berkaitan erat dengan pembinaan dan pengembangan staf atau pegawai. Di mana fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan pengelolaan personil yang mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja pegawai. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training. Kegiatan pembinaan dan pengembangan ini tidak hanya menyangkut aspek kemampuan, tetapi juga menyangkut karier pegawai.
d. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan dan keberhasilan pegawai seorang pimpinan perlu mengadakan evaluasi terhadap kinerja pegawainya. Evaluasi mencakup penilian terhadap tingkat penampilan dari masing-masing personel / staf dalam mencapai hasil yang diharapkan. Penampilan yang dimaksud di sini mencakup. prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah, dan juga kepribadian pegawai. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu sendiri. Bagi para pegawai, penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal, seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan pengembangan karir. ( Mulyasa, 2007 : 42 – 45 ).
Menurut Ismed Syarif, ada beberapa hal yang penting untuk dinilai dalam daftar penilian pegawai, yaitu :
- Kemampuan kerja
- Kerajinan
- Kepatuhan disiplin kerja
- Rasa tanggung jawab terhadap tugas
- Hubungan kerja sama
- Kelakuan di dalam dan di luar dinas
- Prakarsa (inisiatif)
- Kepemimpinan
- Pekerjaan pada umumnya ( Suryosubroto, 2004 : 90 – 91 ).
e. Perbaikan
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, maka perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan professionalisme dan memperbaiki kelemahan dan kekurangan pegawai yang telah diidentifikasi. Perbaikan itu bisa berupa pendidikan dan latihan yang merupakan suatu bentuk program pengembangan sumber daya manusia ( personal development ). Hal ini mengacu pada arti daripada pendidikan dan latihan yang merupakan suatu program belajar yang direncanakan untuk menghasilkan anggota staf demi memperbaiki penampilan seseorang yang telah mendapatkan tugas menduduki jabatan
( Wahjosumidjo, 2007: 380 ).
f. Kompensasi pegawai.
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan organisasi kepada pegawai, yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai kecenderungan diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi selain dalam bentuk gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan, dan lain-lain. Masalah kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus dihadapi manajemen, karena imbalan oleh para pegawai tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya, akan tetapi sudah dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia.
g. Pemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak dan kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai. Untuk selanjutnya mungkin masing-masing pihak terikat dalam perjanjian dan ketentuan sebagai bekas pegawai. Sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat dikelompokkan kedalam tiga jenis yaitu :
- Pemberhentian atas permohonan sendiri;
- Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah,bagi yang berstatus pns;
- Pemberhentian oleh sebab-sebab lain, seperti meninggal dunia, hilang, habis masa cuti tetapi tidak melaporkan, dan lain-lain.
.3. Peranan Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Personel
Seorang kepala sekolah harus mampu mengerakkan sumber daya manusia yang memiliki kecakapan, motivasi dan kreativitas secara maksimal untuk :
a. Memungkinkan sekolah mengatasi ketidakpastian atau kelemahan (infirmity);
b. Menyesuaikan progam pendidikan secara terus-menerus terhadap kebutuhan hidup individu dan kebutuhan kompetisi di dalam masyarakat yang dinamis;
c. Menggunakan kepemimpinan yang membentuk organisasi kemanusiaan didalam cara yang sesuai antara kepentingan individu dengan kepentingan sekolah;
d. Menciptakan kondisi dan suasana kondusif untuk meningkatkan pertumbuhan sikap kepeloporan / sukarela dan efektifitas individu secara maksimal;
e. Mempengaruhi orang-orang biasa, sehingga mampu tampil dalam bentuk yang luar biasa.
( Wahjosumidjo, 2007 ).
Strategi kepegawaian yang mengacu kepada lima hal diatas memerlukan konsentrasi kepemimpinan dalam arti kesungguhan dalam mencapai tujuan organisasi yaitu memelihara para anggotanya, berinisiatif dan berkreativitas dalam melaksanakan tugas-tugasnya sehingga terjadi hubungan proses administrasi, yang pada akhirnya akan tercipta keserasian antara tujuan organisasi dan usaha-usaha individu.
Peranan sumber daya manusia terkait erat dengan keberhasilan sebuah organisasi. Dan yang penting juga untuk diketahui bahwa di dalam organisasi seperti sekolah akan selalu terjadi problem kemanusiaan, yang menurut William B. Castetter ( dalam Wahjosumidjo, 2007 ) adalah sebagai berikut :
a. Kesenjangan komunikasi;
b. Pemberian penghargaan yang tidak efektif;
c. Ketiadaan ( lack ) otoritas;
d. Supervisi yang tidak tepat;
e. Pemberian kompensasi yang tidak seimbang;
f. Kedudukan yang tidak aman;
g. Ketidaklenturan karir;
h. Keusangan personil;
i. Rekruitmen dan usaha seleksi yangh tidak produktif;
j. Ketidakpuasan jabatan;
k. Pergantian yang berlebih-lebihan;
l. Kelambatan dan ketidakhadiran;ketidakadilan pemberian tugas dan kesempatan promosi; dan
m. Akibat negative yang tumbuh sehingga klien sekolah seringkali bersekutu dengan tawar menawar bersama ( bargaining ) di dalam sector masyarakat umum.
Staf memegang peranan penting dalam kehidupan persekolahan, sehingga kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai arti vital dalam proses pendidikan harus mampu mengolah dan memanfaatkan segala sumber daya manusia yang ada sehingga tercapai efektivitas sekolah yang diharapkan akan membawa perubahan pada peserta didik.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh kepala sekolah agar dapat mencapai efektivitas sekolah, yaitu :
a. Sekolah harus secara terus menerus menyesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal yang mutakhir;
b. Mampu mengkoordinasikan dan mempersatukan usaha seluruh sumber daya manusia kea rah pencapaian tujuan;
c. Perilaku sumber daya manusia kea rah pencapaian tujuan dapat dipengaruhi secara positif apabila kepala sekolah mampu melakukan pendekatan secara manusiawai;
d. Sumber daya manusia merupakan suatu komponen penting dari keseluruhan perencanaan organisasi;
e. Dalam rangka pengelolaan, seorang kepala sekolah harus mampu menegakkan hubungan yang serasi antara tujuan sekolah dengan perilaku sumber daya manusia yang ada;
f. Dalam meningkatkan efektivitas dan efesiensi sekolah, fungsi sumber daya manusia harus ditumbuhkan sebagai satu kesatuan utama.
Jelas sekali dari paparan di atas betapa peranan sumber daya manusia sangat dominan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi sekolah, sehingga sudah seharusnya seorang kepala sekolah betul-betul memahami pengelolaan sumber daya manusia mulai dari proses rekrutmen sampai pemberhentian.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah memiliki tanggung jawab pembinaan sumber daya manusia yang harus diarahkan pada :
a. Pencapaian tujuan sekolah;
b. Bantuan terhadap individu untuk memperoleh kedudukan dan standart penampilan kerja kelompok;
c. Pengembangan karier anggota secara maksimal;
d. Rekonsiliasi antara tujuan individu-individu dengan tujuan organisasi.
Begitu berat tugas seorang kepala sekolah , sehingga untuk mencapai hasil yang diharapkan dari organisasi yang dipimpinnya dia harus memiliki kemampuan :
  1. mendorong timbulnya kemauan yang kuat serta penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing – masing;
  2. memberikan bimbingan dan tuntunan terhadap para guru, staf dan siswa memacu dan berdiri di depan untuk memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan.
Untuk dapat berhasil menggerakkan para guru , staf dan siswa seorang kepala sekolah perlu memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
  1. menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa dan bertindak keras ;
  2. mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kesadaran dan rasa tanggung jawab dengan cara :
  1. meyakinkan, berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang diperbuat adalah benar;
  2. membujuk ( induce ), berusaha meyakinkan apa yan dilakukan oleh para guru, staf dan siswa adalah benar selama berpegang pada aturan yang berlaku.
Demikianlah uraian singkat mengenai pengelolaan sumber daya manusia di sekolah yang dalam hal ini menuntut peran dari kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sebuah sekolah. Pengelolaan sumber daya manusia harus dilakukan secara professional untuk mencapai hasil yang diharapkan, mengingat sekolah bukan hanya sebagai agen pembelajaran tapi juga agen perubahan.
BAB III
KESIMPULAN
Sekolah sebagai sebuah organisasi melibatkan begitu banyak individu yang memiliki kecenderungan yang berbeda satu sama lain. Baik dari latar belakang social, pendidikan bahkan sebagai individu yang memiliki kepribadian yang juga berbeda satu sama lain. Masing – masing individu itu saling bekerja sama satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang sama dari organisasi yang menaunginya.
Bukan hal mudah bagi seorang pemimpin organisasi untuk membangun kerja sama yang harmonis dalam organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin organisasi yang dalam hal ini diperankan oleh kepala sekolah harus mampu mengelola organisasi dengan baik lebih – lebih pada aspek pengelolaan personalia sebagai sumber daya manusia yang menjadi motor penggerak suatu organisasi.
Pengelolaan personalia ini dimanifestasikan pada job description yang jelas untuk menghindari terjadinya job overlapping. Pengelolaan personalia ini dimulai sejak tahap rencana pengadaan pegawai, penempatan, penyesuaian diri, evaluasi, perbaikan, kompensasi pegawai sampai pemberhentian pegawai. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan profil pegawai yang benar - benar memiliki kualifikasi dari segi keahlian, kecakapan, motivasi, dan kreatifitas yang maksimal.
Maka, pada akhirnya orang yang paling menentukan keberhasilan suatu sekolah adalah kepala sekolah. Dibutuhkan konsentrasi kepemimpinan dalam arti kesungguhan dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara : memelihara para anggotanya, berinisiatif dan berkreatifitas dalam menjalankan tugas – tugasnya sehingga terjadi hubungan proses administrative dan akan saling mengaitkan proses administrasi yang pada akhirnya akan tercipta keserasian antara tujuan organisasi dan usaha – usaha individu.
Demikianlah kesimpulan akhir dari pengelolaan personel pada suatu organisasi yang dalam hal ini terfokus pada organisasi sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin, Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
Mulyasa. 2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Rosda Karya Purwanto, M. Ngalim, 2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta
Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Wahjosumidjo. 2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Raja Grafindo
Persada





Jumat, 2008 Juli 18

DEMOKRATISASI PENGELOLAAN SEKOLAH / MADRASAH SEBUAH TINJAUAN

DEMOKRATISASI PENGELOLAAN SEKOLAH / MADRASAH SEBUAH TINJAUAN
Zaenuddin Kabai
Peningkatan kualitas pendidikan masih menjadi perbincangan , suatu pertanda bahwa pendidikan itu merupakan suatu kebutuhan paling mendasar . Betapa sulitnya suatu bangsa untuk maju dan berkembang manakala mereka tidak mampu menata pendidikan kearah peningkatan kualitas . Sebab hanya dengan jalan inilah sehingga negara dapat berkomprtisi dimanca negara . Melalui undang – undang pendidikan no.20 tahun 2003 . mengenai upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas manuasia indonesia melalui pendidikan .Selain itu berbagai upaya dilakukan baik melalui pelatihan guru , pendidikan penyetaraan dari non S1 menjadi S1, maupun peningkatan kesejahteraan guru.
Kendatipun kenyataannya mutu pendidikan kita masih jauh dari harapan . Hal ini mengundang tanda tanya bagi pemerhati pendidikan. Disinyalir bahwa kebekuan kreatifitas guru merupakan salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di indonesia..Sementara penyebab rendahnya kreatifitas guru secara umum diakibatkan oleh faktor motivasi (interen) , dan faktor lingkungan / iklim (eksteren).Padahal Guru adalah petugas terdepan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Sebab basis utama dari pada pendidikan formal adalah sekolah .Maka sudah barang tentu kepala sekolah tidak terlepas didalamnya.Karena kepala sekolah sebagai penanggung jawab, maka peningkatan kreatifitas guru adalah merupakan salah satu tanggung jawabnya.Terutama dalam mengatasi keterbatasan dana pendidikan ,kreatifitas guru sangat diharapkan .
Kepala sekolah disamping bertanggung jawab ,dan juga mempertanggungjawabkan .Terutama dalam menciptakan iklim yang dapat membangkitkan kreatifitas dalam melaksanaka tugas keseharian guru.Sebab tanpa itu maka tidak akan mungkin kebekuan kreatifitas guru dapat tercairkan .Oleh karena itu demokratisasi dalam pengelolaan sekolah / madrasah adalah merupaka suatu keharusan untuk dipersoalkan.Jika tidak maka kreatifitas dan inovasi guru sulit ditingkatkan . Sehingga pada gilirannya peningkatan kualitas pendidikan ikut terhambat. Pertanyaan mendasar adalah : Mengapa demokratisasisi pengelolaan sekolah diperlukan didalam pengelolaan sekolah / madrasah.Jawaban singkat agar supaya ;baik kepala sekolah ,maupun guru dapat mengerti pentingnya menciptakan iklim sekolah yang demokratis. Selain itu bagi guru dapat mengetahui pentingnya kreatifitas dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai salah satu upaya untuk mengklarifikasi penyebab kebekuan kreatifitas guru menuju peningkatan kualitas pendidikan . Lebih penting lagi dapat dijadikan sebagai bahan masukan baik kepada calon pengelola maupun sebagai pengelola sekolah / madrasah.
Demokratisasi
Demokrasi pada dasarnya adalah forum dialogis bagi siapa saja yang berpikir rasional , dan bukan semata-mata dari rakayat dan oleh rakyat dan untuk rakyat.Ataukah bukan dari orang banyak semata tapi dari orang banyak yang berpikir rasional sehingga terjadi kesepakatan yang lahir dari forum dialogis,dan bukan lahir dari kekuasaan sambil mengatas namakan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakayat.
Ketika kesepakatan lahir dari kekuasaan dalam dunia pendidikan, maka secara pasti akan melahirkan ketergantungan secara terus menerus sekaligus kreatifitas guru secara pasti ikut ter eliminasi.Sehingga dengan demikian akan menghambat peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di Kab.Bantaeng. Sebab ciri khas dari demokrasi konstitusional menurut Budiardjo (1982) adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang tehadap warga negaranya. Hal ini dibatasi oleh konstitusi.Mengapa diperlukan perlunya pembatasan karena sudah menjadi kuadrat manusia penuh dengan keterbatasan,kekeliruan sehingga dalm memutuskan sesuatu diperlukan suatu forum dialogis guna memperkecil kekeliruan tersebut.Selain itu manusia ketika mempunyai kekuasaan cenderung menyala gunakan kekuasaannya.Apatah lagi kalau mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti menyala gunakannya.
Dalam rangka memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengelolaan sekolah atau untuk lebih meningkatkan kreatifitas seluruh personil sekolah terutama guru maka pengambilan keputusan harus diputuskan melalui forum dialogis bagi siapa saja yang berpikir rasionil,dan bukan suara terbanyak semata tetapi dari orang banyak berpikir rasionil.Apatah lagi kalau dikatakan menang kalah .Sebab dalam pendidikan sebaiknya tidak dibenarkan adanya menang kalah akan tetapi kebenaran yang rasional menjadi suatu keutamaan.
Demokratisasi pengelolaan akan mengundang adanya patisipasi semua kalangan ,sehingga baik dari pihak komite sekolah ,tata usaha, alumni, maupun dari kalangan guru dan pengurus osis itu sendiri. Sehingga dengan demikian keputusan bukan keputusan semata dari atas tapi keputusan dari seluruh personil sekolah dan untuk kepentingan sekolah sendiri . Jika demikian halnya maka secara pasti akan dapat meningkatkan kreatifitas semua kalangan terutama guru ,karena mereka adalah pelaksana terdepan untuk mewujudkan kualitas pendidikan nasional .
Partisipasi dari semua kalangan dalam pengelolaan sekolah adalah wujud nyata keikut sertaan semua kalangan yang berbeda – beda kepentingannya dalam memberikan gagasan , kritik membangun , dukungan dari pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan secara rasional dan menerima secara sukarela segala keputusan yang telah ditetapkan bersama . Kesemuanya itu akan terwujud manakala pengelola sekolah menciptakan iklim yang demokratis .Sebab imron (2002) mengatakan bahwa partisipasi dalam arti luas tidak bisa dipisahkan dengan demokratisasi.Karenanya demokratisasi diperlukan untuk membangkitkan metivasi semua kalangan untuk berpartisipasi terutama guru ,maka secara pasti peningkatan kreatifitas pasti semakin meningkat karena iklim berkreasi dan berinovasi guru semakin terbuka lebar. Apatah lagi kalau memang ada upaya nyata dilakukan untuk meningkatkan partisipasi baik melalui persuasip , menawarkan program yang realistik, maupun menggunakan toko kunci .
Memang disadari bahawa terkadang ada kalangan enggan berpartisipasi dalam kebijaksanaan yang diinginkan, karena ; (1)tidak adanya legalitas sebagai partisipan sehingga sulit dipisahkan mana partisipan dan mana non partisipan.(2)terlalu ambisius dan ideal sehingga muncul anggapan bahwa kebijaksanaan tidak realistis,akibatnya akan muncul keraguan bahwa partisipasi mereka akan sia-sia .(3) partisipan merasa tidak memperoleh keuntungan pribadi secara cepat.(4) Rumusan kebijaksanaan tidak jelas sehingga cenderung melahirkan persepsi negatif,(5) Transfaransi , dan akuntabilitas bagi pengelola mengundang kecurigaan semua pihak.
Pengelolaan Sekolah/Madrasah
Mulyasa (2003) .Mengemukakan empat isu kebijakan penelolaan pendidikan Nasional yang perlu direkomendasikan dalam rangka otonomi daerah yakni;peningkatan mutu,peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan,peningkatan relevansi pendidikan,pemerataan pelayanan pendidikan .Hal tersebut jika dikaitkan dengan upaya peningkatan kualitas pendidikan ,maka tidak terlepas dengan mutu pengelolaan disekolah.Karena sekolah adalah basis utama bagi pendidikan formal,sedangkan kepala sekolah bersama guru,komite sekolah adalah penanggung jawab terdepan terhadap kualitas pendidikan nasional ,khsusnya kualitas pendidikan di kabupaten Bantaeng. Makanya itu pengelolaan sekolah secara demokratis adalah merupakan suatu keharusan.Agar pengembangan kreatifitas guru tidak mengalami stagnasi. Sebab pengelolaan menurut Sardiman (2003) adalah suatu proses yang pada dasarnya meliputi :pengadaan,pendayagunaan,dan pengembangan tenaga kependidikan,tanah,dan gedung serta pemilikannya. Makanya itu kepala sekolah sebagai penanggung jawab kata wahjosumidjo (2003) senantiasa melakukan pembinaan secara terus menerus mengenai program pengajaran,sumber daya manusia,sumber daya fisik,dan hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat .
Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari peningkatan pengelolaan sekolah,dan pada fokus utamanya adalah peningkatan kualitas pembelajaran.Apatah lagi dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat sekolah dituntut untuk mengatasi persaingan agar mutu pendidikan kita senantiasa mengalami peningkatan lebih cepat dari pada perubahan zaman. Sehingga alumni sekolah tidak merasa terasing oleh zaman yang sedang melaju kedepan Olehnya itu pengelola sekolah diharapkan menurut Syafaruddin (2005) menerapkan dua strategi utama.Pertama, sistem re evaluasi lebih cepat terhadap proses yang berhubungan langsung dengan pelajar.Kedua,keterlibatan guru secara aktif dalam pembuatan keputusan dan manajemen sekolah yang partisipatif. Dengan demikian maka secara pasti kreatifitas dan inovasi guru pasti ikut meningkat karena segala keputusan mereka secara nyata dilibatkan dengan demikian secara pasti guru ikut bertanggung jawab. .
Mensinyalir sekolah adalah merupakan basis utama pendidikan formal , sedangkan Guru adalah pelaksana tugas terdepan sehingga merupakan suatu kewajaran manakala kegagalan pendidikan , yang menjadi sorotan publik paling utama adalah guru.Akan tetapi manakala sebaliknya maka guru terlupakan yang teringat hanya pahlawan tampa tanda jasa.Karenanya untuk menepis kesemuanya itu maka upaya pengembangan kreatifitas guru sangat diperlukan .
Kepala sekolah adalah Guru yang diberi tugas tambahan sebagai penanggung jawab,maka pengembangan kreatifitas guru adalah marupakan salah satu tanggung jawabnya , dengan tidak melupakan tanggung jawab lainnya. Sebab kreatifitas jika ditinjau dari asal katanya adalah kreatif,yang memiliki daya cipta,memiliki kemampuan untuk mencipta,bersifat daya cipta.Olehnya itu guru yang kreatif adealah guru yang memiliki kecerdasan dan kemampuan imanjinasi yang tinggi ( Rivai 2003).
Sekalipun diakui bahwa kreatifitas itu tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dan motivasi.Tapi manakala keduanya teratasi maka secara pasti guru akan berpikir kreatif,sekaligus berpikir imanjinatif yakni:cara berpikir yang menghasilkan gagasan-gagasan baru,cara baru untuk melihat hal-hal yang sebelumnya tidak berkaitan.Sebaliknya jika guru tidak berpikir kreatif maka dapatlah dipastikan bahwa peningkatan kualitas pendidikan sulit diwujudkan.Sebab hanya dengan berpikir kreatiflah yang mampu mengatasi bahaya diatur oleh kelemahan (Armstrong 2003).Dengan kelemahan yang dimiliki oleh seorang guru maka secara pasti kurang mampu berinteraksi dengan lingkungannya.Karena kreatifitas kata Munandar (1999) adalah hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Peningkatan Kemampuan untuk Berpikir Kreatif. Arthur Koestler(dalam Armstrong 2003)untuk berpikir kreatif ada tiga hal perlu dilakukan ;(1) memahami hambatan terhadap berpikir kreatif,(2) mengembangkan kemampuan indifidual untuk berpikir kreatif,(3) mengembangkan kemampuan kolektif sekolompok orang untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru dengan braistorming maupun melalui brainwriting(J.Salusu.2003)
Pemerintah daerah sebagai penanggung jawab seluruh aspek ,sudah saatnya menyadari pentingnya menggali dan meningkatkan kreatifitas guru.Selain itu kepala sekolah sebagai perpanjangan tangan pemerintah diharapkan senantiasa secara terus menerus berusaha memberi motivasi personil sekolah yang menjadi potensi kreatif dan berani mengaktualisasikannya agar kebekuan kreatifitas guru dapat mencair.
Kepala sekolah sebagai pengelola utama sekolah,maka sudah barang tentu tanggung jawab kualitas pendidikan tak terelakkan ,oleh karenanya menurut Rivai (2003) diharuskan ;(1)menciptakan iklim sekolah yang merangsang kreatifitas guru,dan bukan menciptakan iklim yang mmematikan kreatifitas dengan berbagai macam ancaman kedisiplinan (2) menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama dengan berbasis pada manajemen partipatif, (3) merumuskan tujuan yang menyentuh kepentingan bersama dengan tidak melupakan kepentingan kualitas pendidikan.
Adapun beberapa hal yang sering menghambat kreatifitas setiap individu ;(1) terlena dalam pemikiran dominan sehingga cenderung ikut-ikutan ,(2) terbatasnya pertumbuhan bebas gagasan dengan berbagai macam alasan yang tidak rasional,(3)asumsi yang dibuat tidak bermuara pada gagasan baru tapi sesuai dengan pengalaman nasa lalu dimana waktu , situasi , dan orientasi proses sudah jauh berbeda ,(4)mengurangi setiap keputusan ketika mungkin terdapat cara-cara baru sehingga berakibat output dari pada proses tertinggal oleh perkembangan zaman,(5)terkondisi oleh pencarian gagasan terbaik dan bukan gagasan yang berbeda sehingga melestarikan ketergantungan,dan mematikan kedewasaan berpikir ,(6) kurang berusaha menentang hal hal yang jelas salah karena mereka terbius oleh berbagai macam retorika sehingga musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan hanya untuk menutupi kesalahan maka lahirlah kesalahan berjamaah,(7)kecenderungan menyesuaikan diri sekalipun mereka tidak sependapat dengan istilah terserah bapak karena mereka takut ditanggapi tidak setia ,tidak loyal pada atasan ,(8)takut ditekan sehingga cenderung menerima apa adanya ,akibatnya terjadilah kesewenang-wenangan ,akhirnya dapat mempermudah lahirnya penyalah gunaan wewenang.
Berdasar dari beberapa faktor penghambat tersebut, kepala sekolah sebagai penanggung jawab sekolah senantiasa mencari solusi terbaik melalui musyawarah untuk melahirkan kesepakatan agar supaya tidak terjadi kepakuman kreatifitas .Sehingga pada gilirannya guru sebagai tenaga terdepan tidak merasa khawatir untuk : (1).melepaskan diri dari setiap batasan (2).membuka pikiran untuk menghasilkan gagasan baru.(3). membiasakan diri untuk mendalami gagasan-gagasan alternatif.
Upaya guru untuk melepaskan diri terhadap batasan yang selama ini membelenggu daya inisiatif ,dan imanjinasi untuk mengembangkan diri maka guru diharapkan : (1).mengidentifikasi gagasan dominan yang mempengaruhi untuk tidak kreatif.(2) .mendefinisikan batas-batas yakni ; pengalaman masa lalu,kebijakan,prosedur,dan peraturan.(3) .upayakan dalam bekerja untuk keluar dari batas-batas tersebut.
Selanjutnya membuka pikiran untuk menghasilkan gagasan baru dengan perinsif keberhasilan hari ini dengan cara terbaik belum tentu berhasil hari esok dengan menggunakan cara terbaik hari ini . Sehingga tertanam dalam pikiran tiada hari tanpa kreatifitas .Kalau hal ini dimiliki oleh setiap guru maka dapat dipastikan bahwa kualitas pembelajaran disekolah pasti dapat diwujudkan sesuai dengan tuntutan kualitas pendidikan . Akan tetapi manakala sebaliknya maka kualitas pendidikan hanya merupakan slogan belaka.
Kemudian guru diharapkan senantiasa membiasakan diri untuk mendalami gagasan – gagasan alternatif agar pada saat dibutuhkan pemikirannya bukanlah merupakan suatu dadakan .Akan tetapi merupakan suatu panggilan tugas yang bermuara pada pengembangan karir . Jika hal sepeti ini terbiasa maka secara pasti kreatifitas dan inovasi guru dapat terwujud menjadi suatu kenyataan .Dengan demikian kualitas pendidikan pasti ikut meningkat sesuai dengan tuntutan kompotitif . Sekalipun keberhasilan sangat ditentukan oleh faktor : (1). Sumber Daya Manusia (2).Sarana dan prasarana(3). Visi dan Misi Sekolah / Madrasah ( 4).Analisis lingkungan internal dan eksternal ( 5).Program kerja yang realistik (6).Dukungan masyarakat (7).Kualitas kinerja kepala sekolah / madrasah (8).pengukuran kinerja (9).Kepuasan kerja guru,dan stap TU.
Gambaran sekolah yang ideal
Optimalisasi proses merupaka syarat utama kualitas output , sementara proses sangat ditentukan oleh : (1)Lokasi sekolah diharapkan tanah yang luasnya minimal 10.000, meter persegi ,posisi tanah tidak tebing ,tidak dekat sungai besar gar tidak bermasalah ketika terjadi banjir . Sebab kalau tidak demikian maka kemungkinan kualitas proses pasti terhambat sekalipu dikelola oleh tenaga profesional .(2) Lingkungan sekolah diharapkan jauh dari kebisingan kendatipun mudah dijangkau oleh peserta didik dan tenaga pengajar.Selain itu berada pada posisi bebas banjir ,dan tidak berdebuh dimusim kemarau.(3)Halaman sekolah yang tersedia adalah merupakan salah satu penentu dari pada kualitas proses . Namun demikian diperlukan penataan kearah terwujudnya peningkatan kualitas kecerdasan hidup bagi siswa ,dengan tidak mengabaikan faktor keindahan seperti ; tanaman hidup bua – buahan ,dan untuk kesejukan sekolah,taman bungauntuk keindahan,kolam ikan disamping utuk keindahan juga berfungsi penyerap air dikala musim hujan,jalan –jalan penghubung antara taman maupun jalan utama menuju gedung utama , lapangan olah raga . (4) Gedung yang sesuai dengan kebutuhan ,serta kondisi tanah .Selain itu ruangan untuk kegiatan proses baik untuk administrasi maupun untuk keperluam pembelajaran serta kegiatan ekstra osis diharapkan terdiri dari : Kantor,ruang pimpinan ,ruang BP, ruang guru,ruang laboratorium, ruang perpustakaan, ruang komputer , ruangibadah, ruang rapat, aula, ruang belajar ,ruang unit kesehatan sekolah ,ruangan osis, ruangan PMR, ruang pramuka ,terpenting jumlah WC disesuaikan perbandingan secara rasional.(5) Sumberdaya manusia . Sekalipun sarana dan prasarana tersedia akan tetapi sumberdaya manusia sebagai pengelola tidak berkualitas,maka dapat dipastikan bahwa proses tidak akan mungkin berjalan sesuai dengan tuntutan kualitas . Sekalipun keberhasilan proses untuk mencapai output maksimal sangat ditentukan oleh ; pertama ,imput(peserta didik baru).kedua Kualitas proses manajemen ketiga, Sarana manajemen yang cukup keempat,Kualitas sumber daya manusia memadai kelima,Kualitas kemampuan manajerial kepala sekolah
Demokratisasi Kebijaksanaan Sebagai Idaman
Seiring dengan kekhawatiran munculnya tirani baru ,maka demokratisasi dalam menentukan kebijaksanaan disekolah merupakan suatu idaman menuju peningkatan kreatifitas guru , dan partisipasi masyarakat . Pemaksaan dengan berbagai dalih tidak akan mendapat tempat lagi dalam dunia pendidikan .Sudah jelas bahwa pemaksaan disekolah hanya akan menumbuhkan frustrasi yang akan melahirkan kemerosotan kemandirian,keputus-asaan . Oleh karena itu dalam menentukan kebijaksanaan disekolah diharapkan : (1) perencanaan tidak lagi satu- satunya bersumber dari atas melainkan sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan ,(2)pelaksanaan program kerja tdak lagi didasarkan instruksi atau petunjuk dari atas , akan tetapi didasarkan atas profesionalitas ,(3) dari segi penentuan standar tidak lagi hanya output dan proses nasional makro ,akan tetapi output nasional makro dan proses lokal ,(4) Target bukannya secara nasional makro melainkan level sekolah wilayah terbatas ,(5) pemahaman tujuan target tidak selamanya berpedoman dari pusat ,tapi didasarkan atas kondisi sekolah , (6) sistem pembagian insentif sebaiknya jangan seragam akan tetapi sistem prestasi agar kreatifitas untuk berprestasi semakin meningkat,(7) umpan balik orang tua siswa sekalipun anak didik tidak bermasalah senantiasa diperlukan secara teratur (8) orientasi bukan hanya pengembangan intelektual nilai ujian nasional melainkan pengembangan aspek intelektual , personal , dan sosial agar peserta didik tidak hanya belajar untuk lulus tapi untuk kepentingan masa datang ,(9) persepsi terhadap input bukan hanya sebagai masukan peserta didik untuk keperluan sebagai raw input yang menentukan hasil akhir melainkan sebagai klien yang memerlukan pelayanan jasa sekolah ,(10) evaluasi tidak hanya dilaksanakan pada titik –titik waktu tertentu dan bersifat seragam,akan tetapi dilaksanakan sepanjang waktu dengan menekankan kebuhan sekolah ,(11) Kontrol sekolah bukan semata-mata dari atasan , tapi dari orang tua peserta didik dan masyarakat sekitarnya,(12) pengambilan keputusan tidak boleh hanya ditangan kepala sekolah dengan perkenan atasan, melainkan berdasarkan hasil rapat guru-guru ,orang tua peserta didik , dan kepala sekolah .(13) peranan orang tua siswa dan masyarakat tidak hanya terbatas pada penyediaan dana ,akan tetapi sangat diharapkan terlibat dalam seluruh proses pendidikan ,kecuali menentukan nilai dan kelulusan .
Kesimpulan
Berdasar dari uraian pada halaman sebelumnya maka dapat disimpulkan bahawa demokratiasi dalam pengelolaan sekolah/Madrasah masih merupakan suatu keharusan ,guna mengatasi kebekuan kreatifitas baik guru maupun tenaga personil lainnya ,tampa itu maka pendidikan berkualitas sulit diwujudkan menjadi suatu kenyataan.
Saran
(1).Kepala sekolah hendaknya jangan merasa puas terhadap hasil yang telah dicapai sebab terkadang mamatikan kreatifitas .(2).Dalam hal pengambilan keputusan disekolah keterlibatan semua pihak sangat diharapkan,agar keberhasilan yang dicapai merupakan keberhasilan bersama.(3).Sebagai pengelola sekolah diharapkan memiliki minimal tiga keterampilan yakni ; keterampilan konseptual , keterampilan humanis , keterampilan tekhnis.
DAFTAR PUSTAKA
1 . Armstrong Michael ,2003 . How to be can even better manajer (menjadi
manajer yang lebih baik lagi) .Batam centre,
29432 ; Binarupa Aksara ,PO.BOX.238.
2 . Budiardjo Miriam , 1982 . Dsar – dasar Ilmu Politik .Jkarta ;PT Gramedia .
3 . Husba Mustafa , 2005. Administrasi Pendidikan .Makassar ; PT Pustaka Nusantara Padaidi.
4 . Imron Ali , 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia .Jakarta : Bigraf
Publishing .
5 . Kabai Zaenuddin .2007. Kreatifitas dan Inovasi Kepala Sekolah Dalam Memajukan Sekolah Sebuah Tinjauan.Bantaeng; (makalah) Seleksi Calon Kepala Sekolah .
6 . -------------------------- 2005 .Reformasi Sosial Budaya Kearah Demokratisasi Anti-KKN Melalui pengembangan Manajemen Pendidikan Bantaeng :(makalah) Pengembangan Profesi Guru untuk kenaikan pangkat dari IV/ a ke IV /b.
7 . ------------------------------ 2004 .Mutu Pendidikan Di Indonesia Antara Harapan dan Keprihatinan .(makalah) Bantaeng ;Disampaikan pada acara dialog akhir tahun pengurus osis dan alumni SMA Neg.2 .Bantaeng.
8 Munandar utami , 1999 .Pengembangan kreativitas anak Berbakat.Jakarta :
PT.Rineka C
9 .Mulyasa ,2003 . Kurikulum Berbasis Kompetensi ,Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
10 .Rivai ,Veithzal ,2003 . Kepemimpinan dan prilaku organisasi.Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
11 . Sardiman , 2003 . Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar .Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada .
12 . Syafaruddin ,2005. Manajemen Pembelajaran .Jakarta : Quantum Teaching.
13 . Salusu .J. 2003 . .Pengembangan Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi non Profit .Jakarta : PT.Gramedia Widia Srana Indonesia
14. U U .RI NO.20.TH.2003 . SISDIKNAS .Jakarta :BP.Cipta Jaya .
15 . Wahjosumidjo .2003. Kepemimpinan Kepala Sekolah .Jakarta :PT.Rajagrafindo Persada .
16 . Zamroni . 2003 .Pendidikan untuk Demokrasi .Jakarta ;BIGRAF Publishing .













MANAJEMEN SEKOLAH :Pengertian, Fungsi dan Bidang Manajemen
oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.
A.Pengertian Manajemen  Sekolah
Dalam konteks pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya, sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama. Selanjutnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995)  memberikan rumusan bahwa :“Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama yaitu merencanakan (
planning
), mengorganisasi (
organizing
), memimpin (
leading
), dan mengendalikan (
controlling
). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah kegiatan yang berkesinambungan”.Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip oleh  T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa :“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya  organisasi  lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980) memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses kerjasama  dengan




memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992)  mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan formal”. Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam, baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan, bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
B.Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa ahli,  sebagai berikut: Menurut G.R. Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu : 1)
planning
 (perencanaan); 2)
organizing
 (pengorganisasian); 3)
actuating
 (pelaksanaan); dan 4)
controlling
 (pengawasan).   Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi :1)
planning
 (perencanaan);  2)
organizing
 (pengorganisasian); 3)
commanding
 (pengaturan); 4)
coordinating
 (pengkoordinasian); dan 5)
controlling
   (pengawasan).



ementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’ Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup : 1)
planning
 (perencanaan); 2)
organizing
 (pengorganisasian); 3)
staffing
 (penentuan staf); 4)
directing
 (pengarahan); dan    5)
controlling
 (pengawasan).  Selanjutnya,  L. Gullick mengemukakan  tujuh  fungsi manajemen, yaitu :
1)
planning
 (perencanaan); 
2)
organizing
 (pengorganisasian);
3)
staffing
 (penentuan staf);
4)
directing
 (pengarahan); 
5)
coordinating
 (pengkoordinasian);
6)
reporting
 (pelaporan); dan
7)
budgeting
 (penganggaran).

Secara skematik, T. Hani Handoko (1995) mempetakan fungsi-fungsi manajemen dari beberapa ahli,  sebagaimana tampak dalam gambar 1 berikut: Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan yang tercermin pada fungsi-fungsi
planning, organizing, dan controlling
. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya merupakan cara penyebutan yang berbeda, namun sesungguhnya mengandung isi dan makna yang sama. Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di

wah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada pemikiran G.R. Terry, meliputi :  (1) perencanaan (
planning
); (2) pengorganisasian (
organizing
); (3) pelaksanaan (
actuating
) dan (4) pengawasan (
controlling
).
1.Perencanaan (
planning
)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L. Kurtz (1984) bahwa:   
planning may be defined  as the proses by which manager set objective, asses the future, and develop course of action designed to accomplish these objective.
Sedangkan  T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa :“ Perencanaan (
planning
) adalah  pemilihan atau penetapan tujuan organisasi  dan penentuan strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi ini.”  Arti penting perencanaan terutama adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif  mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan  sembilan manfaat  perencanaan bahwa perencanaan:  (a) membantu manajemen untuk menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi persesuaian pada masalah-masalah utama; (c) memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran; (d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e) memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi;  (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di antara berbagai bagian organisasi; (g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci dan lebih mudah dipahami; (h) meminimumkan  pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu, usaha dan dana.Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996)  mengemukakan langkah-langkah pokok dalam perencanaan, yaitu :


a.Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) menggunakan kata-kata yang sederhana, (2)  mempunyai sifat fleksibel, (3) mempunyai sifat stabilitas, (4) ada dalam perimbangan sumber daya, dan    (5) meliputi semua tindakan yang diperlukan.b.Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur sumber daya manusia,  sumber daya alam, dan sumber daya modal. c.Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas dan tegas.Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995)  bahwa terdapat empat tahap  dalam perencanaan, yaitu :  (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d)  mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.Pada bagian lain, Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan  jangka panjang, (2) rencana strategis merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang,  dan (3) rencana operasional yang merupakan rencana kegiatan-kegiatan  yang berjangka pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan global maupun perencanaan strategis. Bernard Taylor sebagaimana disampaikan oleh T. Hani Handoko (1996)  memerinci perbedaan antara perencanaan operasional dan perencanaan strategik, sebagaimana disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 1.  Perbedaan Perencanaan Operasional  dan Perencanaan Strategik
Perencanaan Operasional
Perencanaan Strategik
Pusat bahasanMasalah-masalah Kelangsungan dan



SasaranBatasanHasil yang diperoleh InformasiOrganisasiKepemimpinanPemecahan masalah
pengoperasianLaba sekarangLingkungan sumber daya sekarangEfisiensi dan stabilitasDunia bisnis sekarangBirokrasi/stabilKonservatifBerdasarkan pengalaman masa lalu.Resiko rendah
pengembangan jangka panjang.Laba di waktu yang akan datang.Lingkungan sumber daya waktu yang akan datang.Pengembangan potensi mendatang.Kesempatan di waktu yang akan datang.Kewiraswastaan/fleksibelMengilhami perubahan radikal Antisipasi, menemukan pendekatan – pendekatan baru Resiko tinggiSumber : T. Hani Handoko. 1995.
Manajemen
 (Edisi 2). Yogyakarta : BPFE. h. 93
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan sangat sulit diprediksikan, seperti  perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Pada bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:a.Penentuan misi dan tujuan, yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara



No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  الطريقة   المادة الترتيب (أقوم أمام الباب قائلا)   إلقاء السّلام ...