Oleh : Rahmad Fitriyanto
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Masalah
Birokrasi sebagai salah satu sistem dalam pemerintahan, di dalamnya
ditandai dengan berbagai indikasi, seperti kedudukan yang bersifat hierarki,
hubungan otoritas, fungsi-fungsi khusus, peraturan dan undang-undang yang
mengatur pengelolaan, tugas-tugas, interaksi dengan lingkungan yang mendukung.
Menurut Max Weber (Wahjosumidjo, 2007 : 62), seorang pakar sosiologi Jerman,
birokrasi adalah salah satu bentuk ideal organisasi, di mana titik sentral dari
teori Weber ini diletakkan pada pola-pola interaksi yang legitimatif (legitimate
interaction patterns) di antara para anggota organisasi dalam mencapai
tujuan dan terlibat dalam kegiatan.
Ciri-ciri organisasi sebagai birokrasi menurut Max Weber adalah sebagai
berikut :
a. Dalam organisasi terdapat proses interaksi
antar sekelompok manusia dalam mencapai tujuan;
b. Dalam interaksi mencapai tujuan ada
pembagian tugas;
c. Dalam organisasi hubungan kerja sama yang
ada di dalamnya bersifat struktural atau merupakan hubungan hierarki yang di
dalamnya berisi wewenang, tangung jawab dan pembagian kerja (a hierarchy of
authority );
d. Dalam organisasi terdapat aturan yang
mengatur proses interaksi diantara orang-orang yang melakukan kerja sama ;
e. Di dalam organisasi terdapat sistem
komunikasi dan sistem insentif.
Sekolah sebagai suatu organisasi di dalamnya terhimpun kelompok-kelompok
manusia yang masing-masing baik secara perorangan maupun kelompok saling
melakukan hubungan kerja sama untuk mencapai tujuan. Kelompok-kelompok manusia
yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang terdiri dari : Kepala Sekolah,
guru-guru, tenaga administrasi / staf, peserta didik, dan kelompok orang tua
siswa.
Pada setiap organisasi di dalamnya selalu ada pembagian tugas. Pembagian
tugas ini diadakan untuk mendukung agar proses interaksi antar manusia dapat
berjalan dengan baik. Demikian juga di dalam kehidupan sekolah, pembagian tugas
ini dilaksanakan dengan tegas oleh kepala sekolah, sehingga masing-masing
kelompok dan orang-orang dengan jelas melakukan tugas apa, kapan, dan bagaimana
melakukan tugas tersebut. Job description ini merupakan manifestasi
dari pemberdayaan sumber daya manusia (personal). Dalam pembahasan ini,
pengelolaan personal ini difokuskan pada pengelolaan staf / karyawan non guru.
2. Rumusan Masalah
2.1. Tinjauan Awal Personalia
2.2. Manajemen Personalia di Sekolah
2.3. Peranan Kepala Sekolah Dalam Pengelolaan Personalia
3. Tujuan
Deskripsi singkat mengenai manajemen personalia ini diharapkan dapat
memberi pemahaman pada para pimpinan organisasi pada umumnya, pada para kepala
sekolah pada khususnya. Selain itu tulisan ini juga diharapkan memberi
kontribusi pada mahasiswa dalam menambah wawasan mengenai menejemen personalia
dalam sebuah organisasi.
Penampilan dan pemeliharaan sumber daya manusia adalah kunci
keberhasilan kelompok kerja atau organisasi. Dan penampilan serta pemeliharaan
sumber daya manusia bergantung pada menejemen personalia yang diterapkan oleh
pimpinan. Menejemen yang rendah jelas akan merugikan organisasi, kelompok, dan
anggota kelompok. Pada akhirnya, diharapkan mahasiswa dapat menerapkan teori
pengelolaan personel ini dalam kehidupan berorganisasi demi tercapainya suatu
tingkat tertinggi penampilan kerja dan pemeliharaan sumber daya manusia suatu
waktu.
BAB II
PENDAHULUAN
1. Tinjauan
Awal Tentang Personalia
Kepegawaian disebut juga personalia dan pegawainya disebut juga personel
atau karyawan. Pegawai pada suatu sekolah ialah mereka yang tergabung dalam
suatu sekolah untuk melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
(Burhanuddin, 2005 : 65).
Pada prinsipnya yang dimaksud personel ialah orang-orang yang
melaksanakan sesuatu tugas untuk mencapai tujuan. Karena itu , personel di
sekolah meliputi unsur guru yang disebut tenaga edukatif dan unsnur karyawan
yang disebut tenaga administratif. ( Suryosubroto, 2004 : 86 ).
Seringkali juga untuk mengasumsikan seorang pegawai menggunakan istilah
staf. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia staf berarti sekelompok orang yang
bekerja sama membantu seorang ketua dalam mengelola sesuatu. Staf yang dimaksud
dalam bahasan kita adalah sekelompok sumber daya manusia yang bertugas membantu
kepala sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang terdiri dari para guru,
laboran, pustakawan, dan kelompok sumber daya manusia yang bertugas sebaai
tenaga administrasi yang khusus dalam hal keuangan, kepegawaian, perlengkapan
dan sebagainya.
Guru sebagai tenaga pendidik, ialah sekelompok sumber daya manusia yang
ditugasi untuk membimbing, mengajar dan atau melatih para peserta didik menuju
ke arah perubahan yang lebih baik. Laboran adalah orang (ahli kimia dan
sebagainya) yang bekerja di laboratorium. Pustakawan adalah orang yang bergerak
di bidang perpustakaan; ahli perpustakaan.
Tenaga
administrasi atau administrator adalah pengurus, penata usaha di bidang-bidang
tertentu seperti keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan sebagainya.
2. Menejemen
Personalia di Sekolah
Keberadaan sumber daya manusia merupakan bagian integral dalam kehidupan
suatu sekolah. Karena masing-masing sumber daya manusia mempunyai peranan yang
strategis. Oleh sebab itu, pembinaan terhadap personal yang ada menjadi
tanggung jawab kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di suatu sekolah.
Konsekwensinya setiap kepala sekolah harus memahami benar mengenai lingkup atau
dimensi-dimensi kepegawaian.
Banyak masalah yang tidak terpisahkan dari kehidupan sekolah sebagai
suatu organisasi. Masalah –masalah itu mencakup beberapa aspek, seperti
mendefinisikan tujuan, menentukan kebijaksanaan, mengembangkan program,
mempekerjakan orang, mengadakan fasilitas, mencapai hasil dan mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah. Semua kegiatan tersebut memerlukan
keterlibatan orang-orang dengan latar belakang kemampuan yang berbeda-beda ,
seperti para guru yang professional, kelompok orang-orang yang tidak terlibat
dalam tugas mengajar, seperti pustakawan, laboran, dan sebagainya.
Secara umum kita akui bahwa keberhasilan usaha seseorang mempunyai
hubungan yang erat dengan kualitas manusia yang melakukan usaha atau tugas
tersebut. Kualitas sumber daya manusia yang nampak melalui kompetensi yang
dimilikinya merupakan hal esensial untuk menjadi manusia professional. Begitu
juga dengan keberhasilan suatu sekolah.
Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya
mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Pengelolaan atau
manajemen tenaga kependidikan bertujuan untuk memberdayagunakan tenaga
kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal,
namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan
dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah menarik,
mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan.
Oleh sebab itu, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu
mengolah dan memanfaatkan segala sumber daya manuasi yang ada, sehingga
tercapai efektivitas sekolah yang pada ujungnya menghasilkan perubahan yang
diharapkan pada anak didik.
Untuk mengelola sumber daya manusia agar memiliki kecakapan, motivasi
dan kreativitas secara maksimal, maka hendaknya melalui tahapan - tahapan
sebagai berikut :
a.
Identifikasi staf / pegawai
Tahapan ini erat kaitannya dengan rencana pengadaan pegawai. Dalam
rangka memenuhi kebutuhan pegawai pada suatu sekolah, lembaga ataupun
organisasi, maka diperlukan adanya rencana kepegawaian. Namun sebelumnya harus
dilakukan analisis pekerjaan ( job analysis ) dan analisis jabatan
untuk memperoleh diskripsi tentang tugas – tugas dan pekerjaan yang harus
dilaksanakan.
Identifikasi staf atau pegawai merupakan
pengenalan terhadap kualitas yang dimiliki oleh para calon staf baik dari sisi
derajat kepribadian, keinginan atau harapan, motivasi serta keahlian yang
dimiliki sesuai dengan kebutuhan atau jenis pekerjaan / kedudukan yang
diberikan pada mereka.
Identifikasi dibedakan menjadi rekruitmen dan
seleksi. Rekruitmen merupakan proses identifikasi calon-calon staf yang secara
potensial akan diterima. Sedang seleksi merupakan proses pemilihan calon-calon
yang tingkat kualitasnya seperti kepribadian, kebutuhan atau harapan, motivasi
serta kecakapan / keahlian memang betul-betul telah memiliki persyaratan untuk
melaksanakan pekerjaan / jabatan khusus yang akan ditugaskan. Seleksi itu
biasanya dilakukan dengan serangkaian ujian baik secar lisan, maupun praktek.
Namun adakalanya, pada suatu organisasi, pengadaan pegawai dapat didatangkan
secara intern atau dari dalam organisasi saja, apakah melalui promosi atau
mutasi.
b.
Penempatan
Bila rekruitmen pegawai telah mendapatkan calon – calon pegawai yang
sesuai dengan kualifikasi pegawai yang ditetapkan, maka pimpinan menentukan
kemungkinan penempatannya. Tujuan pokok penempatan adalah mencari kepastian
secara maksimal tentang kesesuaian antara jabatan / tugas yang harus diisi
dengan kemampuan dan keahlian individu serta karakteristik pribadi para
individu.
c.
Penyesuaian diri
Tujuan utama penyesuaian adalah untuk membantu
seorang pegawai baru memahami dan beradaptasi pada harapan, peran, dan
mengembangkan rasa ikut memiliki dan mengenali sekolah dan masyarakat. Tahapan
ini berkaitan erat dengan pembinaan dan pengembangan staf atau pegawai. Di mana
fungsi pembinaan dan pengembangan pegawai merupakan pengelolaan personil yang
mutlak perlu, untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja pegawai.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in
service training. Kegiatan pembinaan dan pengembangan ini tidak hanya
menyangkut aspek kemampuan, tetapi juga menyangkut karier pegawai.
d.
Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kemampuan
dan keberhasilan pegawai seorang pimpinan perlu mengadakan evaluasi terhadap
kinerja pegawainya. Evaluasi mencakup penilian terhadap tingkat penampilan dari
masing-masing personel / staf dalam mencapai hasil yang diharapkan. Penampilan
yang dimaksud di sini mencakup. prestasi individu dan peran sertanya dalam
kegiatan sekolah, dan juga kepribadian pegawai. Penilaian ini tidak hanya
penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu sendiri. Bagi para pegawai,
penilaian berguna sebagai umpan balik berbagai hal, seperti kemampuan, kelebihan,
kekurangan dan potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan,
jalur, rencana, dan pengembangan karir. ( Mulyasa, 2007 : 42 – 45 ).
Menurut Ismed Syarif, ada beberapa hal yang
penting untuk dinilai dalam daftar penilian pegawai, yaitu :
- Kemampuan kerja
- Kerajinan
- Kepatuhan disiplin kerja
- Rasa tanggung jawab terhadap tugas
- Hubungan kerja sama
- Kelakuan di dalam dan di luar dinas
- Prakarsa (inisiatif)
- Kepemimpinan
- Pekerjaan pada umumnya ( Suryosubroto, 2004 :
90 – 91 ).
e.
Perbaikan
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan, maka
perlu adanya perbaikan untuk meningkatkan professionalisme dan memperbaiki
kelemahan dan kekurangan pegawai yang telah diidentifikasi. Perbaikan itu bisa
berupa pendidikan dan latihan yang merupakan suatu bentuk program pengembangan
sumber daya manusia ( personal development ). Hal ini mengacu pada
arti daripada pendidikan dan latihan yang merupakan suatu program belajar yang
direncanakan untuk menghasilkan anggota staf demi memperbaiki penampilan seseorang
yang telah mendapatkan tugas menduduki jabatan
( Wahjosumidjo, 2007: 380 ).
f. Kompensasi pegawai.
Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan
organisasi kepada pegawai, yang dapat dinilai dengan uang dan mempunyai
kecenderungan diberikan secara tetap. Pemberian kompensasi selain dalam bentuk
gaji, dapat juga berupa tunjangan, fasilitas perumahan, kendaraan, dan
lain-lain. Masalah kompensasi merupakan salah satu bentuk tantangan yang harus
dihadapi manajemen, karena imbalan oleh para pegawai tidak lagi dipandang
semata-mata sebagai alat pemuas kebutuhan materialnya, akan tetapi sudah
dikaitkan dengan harkat dan martabat manusia.
g. Pemberhentian pegawai
Pemberhentian pegawai merupakan fungsi
personalia yang menyebabkan terlepasnya pihak organisasi dan personil dari hak
dan kewajiban sebagai lembaga tempat bekerja dan sebagai pegawai. Untuk
selanjutnya mungkin masing-masing pihak terikat dalam perjanjian dan ketentuan
sebagai bekas pegawai. Sebab-sebab pemberhentian pegawai ini dapat
dikelompokkan kedalam tiga jenis yaitu :
- Pemberhentian atas permohonan sendiri;
- Pemberhentian oleh dinas atau pemerintah,bagi
yang berstatus pns;
- Pemberhentian oleh sebab-sebab lain, seperti
meninggal dunia, hilang, habis masa cuti tetapi tidak melaporkan, dan lain-lain.
.3. Peranan
Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Personel
Seorang kepala sekolah harus mampu mengerakkan sumber daya manusia yang
memiliki kecakapan, motivasi dan kreativitas secara maksimal untuk :
a. Memungkinkan sekolah mengatasi
ketidakpastian atau kelemahan (infirmity);
b. Menyesuaikan progam pendidikan secara
terus-menerus terhadap kebutuhan hidup individu dan kebutuhan kompetisi di
dalam masyarakat yang dinamis;
c. Menggunakan kepemimpinan yang membentuk
organisasi kemanusiaan didalam cara yang sesuai antara kepentingan individu
dengan kepentingan sekolah;
d. Menciptakan kondisi dan suasana kondusif
untuk meningkatkan pertumbuhan sikap kepeloporan / sukarela dan efektifitas
individu secara maksimal;
e. Mempengaruhi orang-orang biasa, sehingga
mampu tampil dalam bentuk yang luar biasa.
( Wahjosumidjo, 2007 ).
Strategi kepegawaian yang mengacu kepada lima hal diatas memerlukan konsentrasi
kepemimpinan dalam arti kesungguhan dalam mencapai tujuan organisasi yaitu
memelihara para anggotanya, berinisiatif dan berkreativitas dalam melaksanakan
tugas-tugasnya sehingga terjadi hubungan proses administrasi, yang pada
akhirnya akan tercipta keserasian antara tujuan organisasi dan usaha-usaha
individu.
Peranan sumber daya manusia terkait erat dengan keberhasilan sebuah
organisasi. Dan yang penting juga untuk diketahui bahwa di dalam organisasi
seperti sekolah akan selalu terjadi problem kemanusiaan, yang menurut William
B. Castetter ( dalam Wahjosumidjo, 2007 ) adalah sebagai berikut :
a. Kesenjangan komunikasi;
b. Pemberian penghargaan yang tidak efektif;
c. Ketiadaan ( lack ) otoritas;
d. Supervisi yang tidak tepat;
e. Pemberian kompensasi yang tidak seimbang;
f. Kedudukan yang tidak aman;
g. Ketidaklenturan karir;
h. Keusangan personil;
i. Rekruitmen dan usaha seleksi yangh tidak
produktif;
j. Ketidakpuasan jabatan;
k. Pergantian yang berlebih-lebihan;
l. Kelambatan dan ketidakhadiran;ketidakadilan
pemberian tugas dan kesempatan promosi; dan
m. Akibat negative yang tumbuh sehingga klien
sekolah seringkali bersekutu dengan tawar menawar bersama ( bargaining
) di dalam sector masyarakat umum.
Staf memegang peranan penting dalam kehidupan persekolahan, sehingga
kepemimpinan kepala sekolah yang mempunyai arti vital dalam proses pendidikan
harus mampu mengolah dan memanfaatkan segala sumber daya manusia yang ada
sehingga tercapai efektivitas sekolah yang diharapkan akan membawa perubahan
pada peserta didik.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh
kepala sekolah agar dapat mencapai efektivitas sekolah, yaitu :
a. Sekolah harus secara terus menerus
menyesuaikan dengan kondisi internal dan eksternal yang mutakhir;
b. Mampu mengkoordinasikan dan mempersatukan
usaha seluruh sumber daya manusia kea rah pencapaian tujuan;
c. Perilaku sumber daya manusia kea rah
pencapaian tujuan dapat dipengaruhi secara positif apabila kepala sekolah mampu
melakukan pendekatan secara manusiawai;
d. Sumber daya manusia merupakan suatu komponen
penting dari keseluruhan perencanaan organisasi;
e. Dalam rangka pengelolaan, seorang kepala
sekolah harus mampu menegakkan hubungan yang serasi antara tujuan sekolah
dengan perilaku sumber daya manusia yang ada;
f. Dalam meningkatkan efektivitas dan efesiensi
sekolah, fungsi sumber daya manusia harus ditumbuhkan sebagai satu kesatuan
utama.
Jelas sekali dari paparan di atas betapa peranan sumber daya manusia
sangat dominan dalam menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi sekolah,
sehingga sudah seharusnya seorang kepala sekolah betul-betul memahami
pengelolaan sumber daya manusia mulai dari proses rekrutmen sampai
pemberhentian.
Oleh karena itu seorang kepala sekolah memiliki tanggung jawab pembinaan
sumber daya manusia yang harus diarahkan pada :
a. Pencapaian tujuan sekolah;
b. Bantuan terhadap individu untuk memperoleh
kedudukan dan standart penampilan kerja kelompok;
c. Pengembangan karier anggota secara maksimal;
d. Rekonsiliasi antara tujuan individu-individu
dengan tujuan organisasi.
Begitu berat tugas seorang kepala sekolah , sehingga untuk mencapai
hasil yang diharapkan dari organisasi yang dipimpinnya dia harus memiliki
kemampuan :
- mendorong timbulnya kemauan yang kuat serta penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugas masing – masing;
- memberikan bimbingan dan tuntunan terhadap para guru, staf dan siswa memacu dan berdiri di depan untuk memberikan inspirasi dalam mencapai tujuan.
Untuk
dapat berhasil menggerakkan para guru , staf dan siswa seorang kepala sekolah
perlu memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
- menghindarkan diri dari sikap dan perbuatan yang bersifat memaksa dan bertindak keras ;
- mampu melakukan perbuatan yang melahirkan kesadaran dan rasa tanggung jawab dengan cara :
- meyakinkan, berusaha agar para guru, staf dan siswa percaya bahwa apa yang diperbuat adalah benar;
- membujuk ( induce ), berusaha meyakinkan apa yan dilakukan oleh para guru, staf dan siswa adalah benar selama berpegang pada aturan yang berlaku.
Demikianlah uraian singkat mengenai pengelolaan sumber daya manusia di
sekolah yang dalam hal ini menuntut peran dari kepala sekolah sebagai pimpinan
tertinggi di sebuah sekolah. Pengelolaan sumber daya manusia harus dilakukan
secara professional untuk mencapai hasil yang diharapkan, mengingat sekolah
bukan hanya sebagai agen pembelajaran tapi juga agen perubahan.
BAB III
KESIMPULAN
Sekolah sebagai sebuah organisasi melibatkan begitu banyak individu yang
memiliki kecenderungan yang berbeda satu sama lain. Baik dari latar belakang
social, pendidikan bahkan sebagai individu yang memiliki kepribadian yang juga
berbeda satu sama lain. Masing – masing individu itu saling bekerja sama satu
dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang sama dari organisasi yang
menaunginya.
Bukan hal mudah bagi seorang pemimpin organisasi untuk membangun kerja
sama yang harmonis dalam organisasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin
organisasi yang dalam hal ini diperankan oleh kepala sekolah harus mampu
mengelola organisasi dengan baik lebih – lebih pada aspek pengelolaan
personalia sebagai sumber daya manusia yang menjadi motor penggerak suatu
organisasi.
Pengelolaan personalia ini dimanifestasikan pada job description
yang jelas untuk menghindari terjadinya job overlapping.
Pengelolaan personalia ini dimulai sejak tahap rencana pengadaan pegawai,
penempatan, penyesuaian diri, evaluasi, perbaikan, kompensasi pegawai sampai
pemberhentian pegawai. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan profil pegawai yang
benar - benar memiliki kualifikasi dari segi keahlian, kecakapan, motivasi, dan
kreatifitas yang maksimal.
Maka,
pada akhirnya orang yang paling menentukan keberhasilan suatu sekolah adalah
kepala sekolah. Dibutuhkan konsentrasi kepemimpinan dalam arti kesungguhan
dalam mencapai tujuan organisasi dengan cara : memelihara para anggotanya,
berinisiatif dan berkreatifitas dalam menjalankan tugas – tugasnya sehingga
terjadi hubungan proses administrative dan akan saling mengaitkan proses
administrasi yang pada akhirnya akan tercipta keserasian antara tujuan
organisasi dan usaha – usaha individu.
Demikianlah
kesimpulan akhir dari pengelolaan personel pada suatu organisasi yang dalam hal
ini terfokus pada organisasi sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Burhanuddin,
Yusak. 2005. Administrasi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
Mulyasa.
2007. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Rosda Karya Purwanto, M. Ngalim,
2006. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta:
Rineka
Cipta
Suryosubroto.
2004. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta
Wahjosumidjo.
2007. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta : Raja Grafindo
Persada
Jumat, 2008 Juli 18
DEMOKRATISASI PENGELOLAAN SEKOLAH / MADRASAH SEBUAH TINJAUAN
DEMOKRATISASI
PENGELOLAAN SEKOLAH / MADRASAH SEBUAH TINJAUAN
Zaenuddin Kabai
Zaenuddin Kabai
Peningkatan kualitas
pendidikan masih menjadi perbincangan , suatu pertanda bahwa pendidikan itu
merupakan suatu kebutuhan paling mendasar . Betapa sulitnya suatu bangsa untuk
maju dan berkembang manakala mereka tidak mampu menata pendidikan kearah
peningkatan kualitas . Sebab hanya dengan jalan inilah sehingga negara dapat
berkomprtisi dimanca negara . Melalui undang – undang pendidikan no.20 tahun
2003 . mengenai upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas manuasia indonesia
melalui pendidikan .Selain itu berbagai upaya dilakukan baik melalui pelatihan
guru , pendidikan penyetaraan dari non S1 menjadi S1, maupun peningkatan
kesejahteraan guru.
Kendatipun kenyataannya mutu
pendidikan kita masih jauh dari harapan . Hal ini mengundang tanda tanya bagi
pemerhati pendidikan. Disinyalir bahwa kebekuan kreatifitas guru merupakan
salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di indonesia..Sementara penyebab
rendahnya kreatifitas guru secara umum diakibatkan oleh faktor motivasi
(interen) , dan faktor lingkungan / iklim (eksteren).Padahal Guru adalah petugas
terdepan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Sebab basis utama dari pada
pendidikan formal adalah sekolah .Maka sudah barang tentu kepala sekolah tidak
terlepas didalamnya.Karena kepala sekolah sebagai penanggung jawab, maka
peningkatan kreatifitas guru adalah merupakan salah satu tanggung
jawabnya.Terutama dalam mengatasi keterbatasan dana pendidikan ,kreatifitas
guru sangat diharapkan .
Kepala sekolah disamping
bertanggung jawab ,dan juga mempertanggungjawabkan .Terutama dalam menciptakan
iklim yang dapat membangkitkan kreatifitas dalam melaksanaka tugas keseharian
guru.Sebab tanpa itu maka tidak akan mungkin kebekuan kreatifitas guru dapat
tercairkan .Oleh karena itu demokratisasi dalam pengelolaan sekolah / madrasah
adalah merupaka suatu keharusan untuk dipersoalkan.Jika tidak maka kreatifitas
dan inovasi guru sulit ditingkatkan . Sehingga pada gilirannya peningkatan
kualitas pendidikan ikut terhambat. Pertanyaan mendasar adalah : Mengapa
demokratisasisi pengelolaan sekolah diperlukan didalam pengelolaan sekolah /
madrasah.Jawaban singkat agar supaya ;baik kepala sekolah ,maupun guru dapat
mengerti pentingnya menciptakan iklim sekolah yang demokratis. Selain itu bagi
guru dapat mengetahui pentingnya kreatifitas dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan. Sebagai salah satu upaya untuk mengklarifikasi penyebab kebekuan
kreatifitas guru menuju peningkatan kualitas pendidikan . Lebih penting lagi
dapat dijadikan sebagai bahan masukan baik kepada calon pengelola maupun
sebagai pengelola sekolah / madrasah.
Demokratisasi
Demokrasi pada dasarnya
adalah forum dialogis bagi siapa saja yang berpikir rasional , dan bukan
semata-mata dari rakayat dan oleh rakyat dan untuk rakyat.Ataukah bukan dari
orang banyak semata tapi dari orang banyak yang berpikir rasional sehingga
terjadi kesepakatan yang lahir dari forum dialogis,dan bukan lahir dari
kekuasaan sambil mengatas namakan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakayat.
Ketika kesepakatan lahir dari kekuasaan dalam dunia pendidikan, maka secara pasti akan melahirkan ketergantungan secara terus menerus sekaligus kreatifitas guru secara pasti ikut ter eliminasi.Sehingga dengan demikian akan menghambat peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di Kab.Bantaeng. Sebab ciri khas dari demokrasi konstitusional menurut Budiardjo (1982) adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang tehadap warga negaranya. Hal ini dibatasi oleh konstitusi.Mengapa diperlukan perlunya pembatasan karena sudah menjadi kuadrat manusia penuh dengan keterbatasan,kekeliruan sehingga dalm memutuskan sesuatu diperlukan suatu forum dialogis guna memperkecil kekeliruan tersebut.Selain itu manusia ketika mempunyai kekuasaan cenderung menyala gunakan kekuasaannya.Apatah lagi kalau mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti menyala gunakannya.
Ketika kesepakatan lahir dari kekuasaan dalam dunia pendidikan, maka secara pasti akan melahirkan ketergantungan secara terus menerus sekaligus kreatifitas guru secara pasti ikut ter eliminasi.Sehingga dengan demikian akan menghambat peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya di Kab.Bantaeng. Sebab ciri khas dari demokrasi konstitusional menurut Budiardjo (1982) adalah pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan bertindak sewenang-wenang tehadap warga negaranya. Hal ini dibatasi oleh konstitusi.Mengapa diperlukan perlunya pembatasan karena sudah menjadi kuadrat manusia penuh dengan keterbatasan,kekeliruan sehingga dalm memutuskan sesuatu diperlukan suatu forum dialogis guna memperkecil kekeliruan tersebut.Selain itu manusia ketika mempunyai kekuasaan cenderung menyala gunakan kekuasaannya.Apatah lagi kalau mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti menyala gunakannya.
Dalam rangka memperkecil
kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengelolaan sekolah atau untuk lebih
meningkatkan kreatifitas seluruh personil sekolah terutama guru maka
pengambilan keputusan harus diputuskan melalui forum dialogis bagi siapa saja
yang berpikir rasionil,dan bukan suara terbanyak semata tetapi dari orang
banyak berpikir rasionil.Apatah lagi kalau dikatakan menang kalah .Sebab dalam
pendidikan sebaiknya tidak dibenarkan adanya menang kalah akan tetapi kebenaran
yang rasional menjadi suatu keutamaan.
Demokratisasi pengelolaan
akan mengundang adanya patisipasi semua kalangan ,sehingga baik dari pihak
komite sekolah ,tata usaha, alumni, maupun dari kalangan guru dan pengurus osis
itu sendiri. Sehingga dengan demikian keputusan bukan keputusan semata dari
atas tapi keputusan dari seluruh personil sekolah dan untuk kepentingan sekolah
sendiri . Jika demikian halnya maka secara pasti akan dapat meningkatkan
kreatifitas semua kalangan terutama guru ,karena mereka adalah pelaksana
terdepan untuk mewujudkan kualitas pendidikan nasional .
Partisipasi dari semua
kalangan dalam pengelolaan sekolah adalah wujud nyata keikut sertaan semua
kalangan yang berbeda – beda kepentingannya dalam memberikan gagasan , kritik
membangun , dukungan dari pelaksanaan kebijaksanaan pendidikan secara rasional
dan menerima secara sukarela segala keputusan yang telah ditetapkan bersama .
Kesemuanya itu akan terwujud manakala pengelola sekolah menciptakan iklim yang
demokratis .Sebab imron (2002) mengatakan bahwa partisipasi dalam arti luas
tidak bisa dipisahkan dengan demokratisasi.Karenanya demokratisasi diperlukan
untuk membangkitkan metivasi semua kalangan untuk berpartisipasi terutama guru
,maka secara pasti peningkatan kreatifitas pasti semakin meningkat karena iklim
berkreasi dan berinovasi guru semakin terbuka lebar. Apatah lagi kalau memang
ada upaya nyata dilakukan untuk meningkatkan partisipasi baik melalui persuasip
, menawarkan program yang realistik, maupun menggunakan toko kunci .
Memang disadari bahawa
terkadang ada kalangan enggan berpartisipasi dalam kebijaksanaan yang
diinginkan, karena ; (1)tidak adanya legalitas sebagai partisipan sehingga
sulit dipisahkan mana partisipan dan mana non partisipan.(2)terlalu ambisius
dan ideal sehingga muncul anggapan bahwa kebijaksanaan tidak
realistis,akibatnya akan muncul keraguan bahwa partisipasi mereka akan sia-sia
.(3) partisipan merasa tidak memperoleh keuntungan pribadi secara cepat.(4)
Rumusan kebijaksanaan tidak jelas sehingga cenderung melahirkan persepsi
negatif,(5) Transfaransi , dan akuntabilitas bagi pengelola mengundang
kecurigaan semua pihak.
Pengelolaan
Sekolah/Madrasah
Mulyasa (2003) .Mengemukakan
empat isu kebijakan penelolaan pendidikan Nasional yang perlu direkomendasikan
dalam rangka otonomi daerah yakni;peningkatan mutu,peningkatan efisiensi
pengelolaan pendidikan,peningkatan relevansi pendidikan,pemerataan pelayanan
pendidikan .Hal tersebut jika dikaitkan dengan upaya peningkatan kualitas
pendidikan ,maka tidak terlepas dengan mutu pengelolaan disekolah.Karena
sekolah adalah basis utama bagi pendidikan formal,sedangkan kepala sekolah
bersama guru,komite sekolah adalah penanggung jawab terdepan terhadap kualitas
pendidikan nasional ,khsusnya kualitas pendidikan di kabupaten Bantaeng.
Makanya itu pengelolaan sekolah secara demokratis adalah merupakan suatu
keharusan.Agar pengembangan kreatifitas guru tidak mengalami stagnasi. Sebab
pengelolaan menurut Sardiman (2003) adalah suatu proses yang pada dasarnya
meliputi :pengadaan,pendayagunaan,dan pengembangan tenaga
kependidikan,tanah,dan gedung serta pemilikannya. Makanya itu kepala
sekolah sebagai penanggung jawab kata wahjosumidjo (2003) senantiasa melakukan
pembinaan secara terus menerus mengenai program pengajaran,sumber daya
manusia,sumber daya fisik,dan hubungan kerja sama antara sekolah dan masyarakat
.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari peningkatan pengelolaan sekolah,dan pada fokus utamanya adalah peningkatan kualitas pembelajaran.Apatah lagi dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat sekolah dituntut untuk mengatasi persaingan agar mutu pendidikan kita senantiasa mengalami peningkatan lebih cepat dari pada perubahan zaman. Sehingga alumni sekolah tidak merasa terasing oleh zaman yang sedang melaju kedepan Olehnya itu pengelola sekolah diharapkan menurut Syafaruddin (2005) menerapkan dua strategi utama.Pertama, sistem re evaluasi lebih cepat terhadap proses yang berhubungan langsung dengan pelajar.Kedua,keterlibatan guru secara aktif dalam pembuatan keputusan dan manajemen sekolah yang partisipatif. Dengan demikian maka secara pasti kreatifitas dan inovasi guru pasti ikut meningkat karena segala keputusan mereka secara nyata dilibatkan dengan demikian secara pasti guru ikut bertanggung jawab. .
Mensinyalir sekolah adalah merupakan basis utama pendidikan formal , sedangkan Guru adalah pelaksana tugas terdepan sehingga merupakan suatu kewajaran manakala kegagalan pendidikan , yang menjadi sorotan publik paling utama adalah guru.Akan tetapi manakala sebaliknya maka guru terlupakan yang teringat hanya pahlawan tampa tanda jasa.Karenanya untuk menepis kesemuanya itu maka upaya pengembangan kreatifitas guru sangat diperlukan .
Kepala sekolah adalah Guru yang diberi tugas tambahan sebagai penanggung jawab,maka pengembangan kreatifitas guru adalah marupakan salah satu tanggung jawabnya , dengan tidak melupakan tanggung jawab lainnya. Sebab kreatifitas jika ditinjau dari asal katanya adalah kreatif,yang memiliki daya cipta,memiliki kemampuan untuk mencipta,bersifat daya cipta.Olehnya itu guru yang kreatif adealah guru yang memiliki kecerdasan dan kemampuan imanjinasi yang tinggi ( Rivai 2003).
Peningkatan kualitas pendidikan tidak terlepas dari peningkatan pengelolaan sekolah,dan pada fokus utamanya adalah peningkatan kualitas pembelajaran.Apatah lagi dalam menghadapi persaingan yang begitu ketat sekolah dituntut untuk mengatasi persaingan agar mutu pendidikan kita senantiasa mengalami peningkatan lebih cepat dari pada perubahan zaman. Sehingga alumni sekolah tidak merasa terasing oleh zaman yang sedang melaju kedepan Olehnya itu pengelola sekolah diharapkan menurut Syafaruddin (2005) menerapkan dua strategi utama.Pertama, sistem re evaluasi lebih cepat terhadap proses yang berhubungan langsung dengan pelajar.Kedua,keterlibatan guru secara aktif dalam pembuatan keputusan dan manajemen sekolah yang partisipatif. Dengan demikian maka secara pasti kreatifitas dan inovasi guru pasti ikut meningkat karena segala keputusan mereka secara nyata dilibatkan dengan demikian secara pasti guru ikut bertanggung jawab. .
Mensinyalir sekolah adalah merupakan basis utama pendidikan formal , sedangkan Guru adalah pelaksana tugas terdepan sehingga merupakan suatu kewajaran manakala kegagalan pendidikan , yang menjadi sorotan publik paling utama adalah guru.Akan tetapi manakala sebaliknya maka guru terlupakan yang teringat hanya pahlawan tampa tanda jasa.Karenanya untuk menepis kesemuanya itu maka upaya pengembangan kreatifitas guru sangat diperlukan .
Kepala sekolah adalah Guru yang diberi tugas tambahan sebagai penanggung jawab,maka pengembangan kreatifitas guru adalah marupakan salah satu tanggung jawabnya , dengan tidak melupakan tanggung jawab lainnya. Sebab kreatifitas jika ditinjau dari asal katanya adalah kreatif,yang memiliki daya cipta,memiliki kemampuan untuk mencipta,bersifat daya cipta.Olehnya itu guru yang kreatif adealah guru yang memiliki kecerdasan dan kemampuan imanjinasi yang tinggi ( Rivai 2003).
Sekalipun diakui bahwa
kreatifitas itu tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dan motivasi.Tapi
manakala keduanya teratasi maka secara pasti guru akan berpikir
kreatif,sekaligus berpikir imanjinatif yakni:cara berpikir yang menghasilkan
gagasan-gagasan baru,cara baru untuk melihat hal-hal yang sebelumnya tidak
berkaitan.Sebaliknya jika guru tidak berpikir kreatif maka dapatlah dipastikan
bahwa peningkatan kualitas pendidikan sulit diwujudkan.Sebab hanya dengan
berpikir kreatiflah yang mampu mengatasi bahaya diatur oleh kelemahan
(Armstrong 2003).Dengan kelemahan yang dimiliki oleh seorang guru maka secara
pasti kurang mampu berinteraksi dengan lingkungannya.Karena kreatifitas kata
Munandar (1999) adalah hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Peningkatan Kemampuan untuk
Berpikir Kreatif. Arthur Koestler(dalam Armstrong 2003)untuk berpikir kreatif
ada tiga hal perlu dilakukan ;(1) memahami hambatan terhadap berpikir
kreatif,(2) mengembangkan kemampuan indifidual untuk berpikir kreatif,(3)
mengembangkan kemampuan kolektif sekolompok orang untuk mengembangkan
gagasan-gagasan baru dengan braistorming maupun melalui brainwriting(J.Salusu.2003)
Pemerintah daerah sebagai
penanggung jawab seluruh aspek ,sudah saatnya menyadari pentingnya menggali dan
meningkatkan kreatifitas guru.Selain itu kepala sekolah sebagai perpanjangan
tangan pemerintah diharapkan senantiasa secara terus menerus berusaha memberi
motivasi personil sekolah yang menjadi potensi kreatif dan berani
mengaktualisasikannya agar kebekuan kreatifitas guru dapat mencair.
Kepala sekolah sebagai
pengelola utama sekolah,maka sudah barang tentu tanggung jawab kualitas
pendidikan tak terelakkan ,oleh karenanya menurut Rivai (2003) diharuskan
;(1)menciptakan iklim sekolah yang merangsang kreatifitas guru,dan bukan
menciptakan iklim yang mmematikan kreatifitas dengan berbagai macam ancaman
kedisiplinan (2) menumbuhkan rasa tanggung jawab bersama dengan berbasis pada
manajemen partipatif, (3) merumuskan tujuan yang menyentuh kepentingan bersama
dengan tidak melupakan kepentingan kualitas pendidikan.
Adapun beberapa hal yang
sering menghambat kreatifitas setiap individu ;(1) terlena dalam pemikiran
dominan sehingga cenderung ikut-ikutan ,(2) terbatasnya pertumbuhan bebas
gagasan dengan berbagai macam alasan yang tidak rasional,(3)asumsi yang dibuat
tidak bermuara pada gagasan baru tapi sesuai dengan pengalaman nasa lalu dimana
waktu , situasi , dan orientasi proses sudah jauh berbeda ,(4)mengurangi setiap
keputusan ketika mungkin terdapat cara-cara baru sehingga berakibat output dari
pada proses tertinggal oleh perkembangan zaman,(5)terkondisi oleh pencarian
gagasan terbaik dan bukan gagasan yang berbeda sehingga melestarikan
ketergantungan,dan mematikan kedewasaan berpikir ,(6) kurang berusaha menentang
hal hal yang jelas salah karena mereka terbius oleh berbagai macam retorika
sehingga musyawarah untuk menghasilkan kesepakatan hanya untuk menutupi
kesalahan maka lahirlah kesalahan berjamaah,(7)kecenderungan menyesuaikan diri
sekalipun mereka tidak sependapat dengan istilah terserah bapak karena mereka
takut ditanggapi tidak setia ,tidak loyal pada atasan ,(8)takut ditekan
sehingga cenderung menerima apa adanya ,akibatnya terjadilah
kesewenang-wenangan ,akhirnya dapat mempermudah lahirnya penyalah gunaan
wewenang.
Berdasar dari beberapa
faktor penghambat tersebut, kepala sekolah sebagai penanggung jawab sekolah
senantiasa mencari solusi terbaik melalui musyawarah untuk melahirkan
kesepakatan agar supaya tidak terjadi kepakuman kreatifitas .Sehingga pada
gilirannya guru sebagai tenaga terdepan tidak merasa khawatir untuk :
(1).melepaskan diri dari setiap batasan (2).membuka pikiran untuk menghasilkan
gagasan baru.(3). membiasakan diri untuk mendalami gagasan-gagasan alternatif.
Upaya guru untuk melepaskan
diri terhadap batasan yang selama ini membelenggu daya inisiatif ,dan
imanjinasi untuk mengembangkan diri maka guru diharapkan : (1).mengidentifikasi
gagasan dominan yang mempengaruhi untuk tidak kreatif.(2) .mendefinisikan
batas-batas yakni ; pengalaman masa lalu,kebijakan,prosedur,dan peraturan.(3)
.upayakan dalam bekerja untuk keluar dari batas-batas tersebut.
Selanjutnya membuka pikiran
untuk menghasilkan gagasan baru dengan perinsif keberhasilan hari ini dengan
cara terbaik belum tentu berhasil hari esok dengan menggunakan cara terbaik
hari ini . Sehingga tertanam dalam pikiran tiada hari tanpa kreatifitas .Kalau
hal ini dimiliki oleh setiap guru maka dapat dipastikan bahwa kualitas
pembelajaran disekolah pasti dapat diwujudkan sesuai dengan tuntutan kualitas
pendidikan . Akan tetapi manakala sebaliknya maka kualitas pendidikan hanya
merupakan slogan belaka.
Kemudian guru diharapkan
senantiasa membiasakan diri untuk mendalami gagasan – gagasan alternatif agar
pada saat dibutuhkan pemikirannya bukanlah merupakan suatu dadakan .Akan tetapi
merupakan suatu panggilan tugas yang bermuara pada pengembangan karir . Jika
hal sepeti ini terbiasa maka secara pasti kreatifitas dan inovasi guru dapat
terwujud menjadi suatu kenyataan .Dengan demikian kualitas pendidikan pasti
ikut meningkat sesuai dengan tuntutan kompotitif . Sekalipun keberhasilan
sangat ditentukan oleh faktor : (1). Sumber Daya Manusia (2).Sarana dan
prasarana(3). Visi dan Misi Sekolah / Madrasah ( 4).Analisis lingkungan
internal dan eksternal ( 5).Program kerja yang realistik (6).Dukungan
masyarakat (7).Kualitas kinerja kepala sekolah / madrasah (8).pengukuran kinerja
(9).Kepuasan kerja guru,dan stap TU.
Gambaran sekolah yang
ideal
Optimalisasi proses merupaka
syarat utama kualitas output , sementara proses sangat ditentukan oleh :
(1)Lokasi sekolah diharapkan tanah yang luasnya minimal 10.000, meter persegi
,posisi tanah tidak tebing ,tidak dekat sungai besar gar tidak bermasalah
ketika terjadi banjir . Sebab kalau tidak demikian maka kemungkinan kualitas
proses pasti terhambat sekalipu dikelola oleh tenaga profesional .(2)
Lingkungan sekolah diharapkan jauh dari kebisingan kendatipun mudah dijangkau
oleh peserta didik dan tenaga pengajar.Selain itu berada pada posisi bebas
banjir ,dan tidak berdebuh dimusim kemarau.(3)Halaman sekolah yang tersedia
adalah merupakan salah satu penentu dari pada kualitas proses . Namun demikian
diperlukan penataan kearah terwujudnya peningkatan kualitas kecerdasan hidup
bagi siswa ,dengan tidak mengabaikan faktor keindahan seperti ; tanaman hidup
bua – buahan ,dan untuk kesejukan sekolah,taman bungauntuk keindahan,kolam ikan
disamping utuk keindahan juga berfungsi penyerap air dikala musim hujan,jalan
–jalan penghubung antara taman maupun jalan utama menuju gedung utama ,
lapangan olah raga . (4) Gedung yang sesuai dengan kebutuhan ,serta kondisi
tanah .Selain itu ruangan untuk kegiatan proses baik untuk administrasi maupun
untuk keperluam pembelajaran serta kegiatan ekstra osis diharapkan terdiri dari
: Kantor,ruang pimpinan ,ruang BP, ruang guru,ruang laboratorium, ruang
perpustakaan, ruang komputer , ruangibadah, ruang rapat, aula, ruang belajar
,ruang unit kesehatan sekolah ,ruangan osis, ruangan PMR, ruang pramuka
,terpenting jumlah WC disesuaikan perbandingan secara rasional.(5) Sumberdaya
manusia . Sekalipun sarana dan prasarana tersedia akan tetapi sumberdaya
manusia sebagai pengelola tidak berkualitas,maka dapat dipastikan bahwa proses
tidak akan mungkin berjalan sesuai dengan tuntutan kualitas . Sekalipun
keberhasilan proses untuk mencapai output maksimal sangat ditentukan oleh ; pertama
,imput(peserta didik baru).kedua Kualitas proses manajemen ketiga,
Sarana manajemen yang cukup keempat,Kualitas sumber daya manusia memadai
kelima,Kualitas kemampuan manajerial kepala sekolah
Demokratisasi
Kebijaksanaan Sebagai Idaman
Seiring dengan kekhawatiran
munculnya tirani baru ,maka demokratisasi dalam menentukan kebijaksanaan
disekolah merupakan suatu idaman menuju peningkatan kreatifitas guru , dan
partisipasi masyarakat . Pemaksaan dengan berbagai dalih tidak akan mendapat
tempat lagi dalam dunia pendidikan .Sudah jelas bahwa pemaksaan disekolah hanya
akan menumbuhkan frustrasi yang akan melahirkan kemerosotan
kemandirian,keputus-asaan . Oleh karena itu dalam menentukan kebijaksanaan
disekolah diharapkan : (1) perencanaan tidak lagi satu- satunya bersumber dari
atas melainkan sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan ,(2)pelaksanaan
program kerja tdak lagi didasarkan instruksi atau petunjuk dari atas , akan
tetapi didasarkan atas profesionalitas ,(3) dari segi penentuan standar tidak
lagi hanya output dan proses nasional makro ,akan tetapi output nasional makro
dan proses lokal ,(4) Target bukannya secara nasional makro melainkan level
sekolah wilayah terbatas ,(5) pemahaman tujuan target tidak selamanya
berpedoman dari pusat ,tapi didasarkan atas kondisi sekolah , (6) sistem
pembagian insentif sebaiknya jangan seragam akan tetapi sistem prestasi agar
kreatifitas untuk berprestasi semakin meningkat,(7) umpan balik orang tua siswa
sekalipun anak didik tidak bermasalah senantiasa diperlukan secara teratur (8)
orientasi bukan hanya pengembangan intelektual nilai ujian nasional melainkan
pengembangan aspek intelektual , personal , dan sosial agar peserta didik tidak
hanya belajar untuk lulus tapi untuk kepentingan masa datang ,(9) persepsi
terhadap input bukan hanya sebagai masukan peserta didik untuk keperluan
sebagai raw input yang menentukan hasil akhir melainkan sebagai klien yang
memerlukan pelayanan jasa sekolah ,(10) evaluasi tidak hanya dilaksanakan pada
titik –titik waktu tertentu dan bersifat seragam,akan tetapi dilaksanakan
sepanjang waktu dengan menekankan kebuhan sekolah ,(11) Kontrol sekolah bukan
semata-mata dari atasan , tapi dari orang tua peserta didik dan masyarakat
sekitarnya,(12) pengambilan keputusan tidak boleh hanya ditangan kepala sekolah
dengan perkenan atasan, melainkan berdasarkan hasil rapat guru-guru ,orang tua
peserta didik , dan kepala sekolah .(13) peranan orang tua siswa dan masyarakat
tidak hanya terbatas pada penyediaan dana ,akan tetapi sangat diharapkan
terlibat dalam seluruh proses pendidikan ,kecuali menentukan nilai dan
kelulusan .
Kesimpulan
Berdasar
dari uraian pada halaman sebelumnya maka dapat disimpulkan bahawa demokratiasi
dalam pengelolaan sekolah/Madrasah masih merupakan suatu keharusan ,guna
mengatasi kebekuan kreatifitas baik guru maupun tenaga personil lainnya ,tampa
itu maka pendidikan berkualitas sulit diwujudkan menjadi suatu kenyataan.
Saran
(1).Kepala
sekolah hendaknya jangan merasa puas terhadap hasil yang telah dicapai sebab
terkadang mamatikan kreatifitas .(2).Dalam hal pengambilan keputusan disekolah
keterlibatan semua pihak sangat diharapkan,agar keberhasilan yang dicapai
merupakan keberhasilan bersama.(3).Sebagai pengelola sekolah diharapkan
memiliki minimal tiga keterampilan yakni ; keterampilan konseptual ,
keterampilan humanis , keterampilan tekhnis.
DAFTAR PUSTAKA
1 . Armstrong Michael ,2003 . How to be can even better
manajer (menjadi
manajer yang lebih baik lagi) .Batam centre,
29432 ; Binarupa Aksara ,PO.BOX.238.
2 . Budiardjo Miriam , 1982 . Dsar – dasar Ilmu Politik .Jkarta
;PT Gramedia .
3 . Husba Mustafa , 2005. Administrasi
Pendidikan .Makassar ; PT Pustaka Nusantara Padaidi.
4 . Imron Ali , 2002. Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia
.Jakarta : Bigraf
Publishing .
5 . Kabai Zaenuddin .2007. Kreatifitas
dan Inovasi Kepala Sekolah Dalam Memajukan Sekolah Sebuah Tinjauan.Bantaeng;
(makalah) Seleksi Calon Kepala Sekolah .
6 . -------------------------- 2005
.Reformasi Sosial Budaya Kearah Demokratisasi Anti-KKN Melalui pengembangan
Manajemen Pendidikan Bantaeng :(makalah) Pengembangan Profesi Guru untuk
kenaikan pangkat dari IV/ a ke IV /b.

8 Munandar utami , 1999 .Pengembangan kreativitas anak Berbakat.Jakarta
:
PT.Rineka C
9 .Mulyasa ,2003 . Kurikulum Berbasis
Kompetensi ,Bandung
: PT Remaja Rosdakarya.
10 .Rivai ,Veithzal ,2003 . Kepemimpinan
dan prilaku organisasi.Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
11 . Sardiman , 2003 . Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar .Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada .
12 . Syafaruddin ,2005. Manajemen
Pembelajaran .Jakarta : Quantum Teaching.
13 . Salusu .J. 2003 . .Pengembangan
Keputusan Stratejik Untuk Organisasi Publik dan Organisasi non Profit
.Jakarta : PT.Gramedia Widia Srana Indonesia
14. U U .RI NO.20.TH.2003 . SISDIKNAS
.Jakarta :BP.Cipta Jaya .
15 . Wahjosumidjo .2003. Kepemimpinan
Kepala Sekolah .Jakarta :PT.Rajagrafindo Persada .
16 . Zamroni . 2003 .Pendidikan
untuk Demokrasi .Jakarta ;BIGRAF Publishing .
MANAJEMEN SEKOLAH :Pengertian, Fungsi dan
Bidang Manajemen
oleh : Akhmad Sudrajat, M.Pd.
A.Pengertian Manajemen Sekolah
Dalam konteks pendidikan, memang masih
ditemukan kontroversi dan inkonsistensi dalam penggunaan istilah manajemen. Di
satu pihak ada yang tetap cenderung menggunakan istilah manajemen, sehingga
dikenal dengan istilah manajemen pendidikan. Di lain pihak, tidak sedikit pula
yang menggunakan istilah administrasi sehingga dikenal istilah adminitrasi
pendidikan. Dalam studi ini, penulis cenderung untuk mengidentikkan keduanya,
sehingga kedua istilah ini dapat digunakan dengan makna yang sama. Selanjutnya,
di bawah ini akan disampaikan beberapa pengertian umum tentang manajemen yang
disampaikan oleh beberapa ahli. Dari Kathryn . M. Bartol dan David C. Martin
yang dikutip oleh A.M. Kadarman SJ dan Jusuf Udaya (1995) memberikan rumusan bahwa :“Manajemen adalah
proses untuk mencapai tujuan – tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari
empat fungsi utama yaitu merencanakan (
planning
), mengorganisasi (
organizing
), memimpin (
leading
), dan mengendalikan (
controlling
). Dengan demikian, manajemen adalah sebuah
kegiatan yang berkesinambungan”.Sedangkan dari Stoner sebagaimana dikutip
oleh T. Hani Handoko (1995) mengemukakan
bahwa :“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber
daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang
telah ditetapkan”.Secara khusus dalam konteks pendidikan, Djam’an Satori (1980)
memberikan pengertian manajemen pendidikan dengan menggunakan istilah
administrasi pendidikan yang diartikan sebagai “keseluruhan proses
kerjasama dengan
memanfaatkan semua sumber personil dan materil
yang tersedia dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien”. Sementara itu, Hadari Nawawi (1992) mengemukakan bahwa “administrasi pendidikan
sebagai rangkaian kegiatan atau keseluruhan proses pengendalian usaha kerjasama
sejumlah orang untuk mencapai tujuan pendidikan secara sistematis yang
diselenggarakan di lingkungan tertentu terutama berupa lembaga pendidikan
formal”. Meski ditemukan pengertian manajemen atau administrasi yang beragam,
baik yang bersifat umum maupun khusus tentang kependidikan, namun secara
esensial dapat ditarik benang merah tentang pengertian manajemen pendidikan,
bahwa : (1) manajemen pendidikan merupakan suatu kegiatan; (2) manajemen
pendidikan memanfaatkan berbagai sumber daya; dan (3) manajemen pendidikan
berupaya untuk mencapai tujuan tertentu.
B.Fungsi Manajemen
Dikemukakan di atas bahwa manajemen pendidikan
merupakan suatu kegiatan. Kegiatan dimaksud tak lain adalah tindakan-tindakan
yang mengacu kepada fungsi-fungsi manajamen. Berkenaan dengan fungsi-fungsi
manajemen ini, H. Siagian (1977) mengungkapkan pandangan dari beberapa
ahli, sebagai berikut: Menurut G.R.
Terry terdapat empat fungsi manajemen, yaitu : 1)
planning
(perencanaan); 2)
organizing
(pengorganisasian); 3)
actuating
(pelaksanaan); dan 4)
controlling
(pengawasan).
Sedangkan menurut Henry Fayol terdapat lima fungsi manajemen, meliputi
:1)
planning
(perencanaan);
2)
organizing
(pengorganisasian); 3)
commanding
(pengaturan); 4)
coordinating
(pengkoordinasian); dan 5)
controlling
(pengawasan).
ementara itu, Harold Koontz dan Cyril O’
Donnel mengemukakan lima fungsi manajemen, mencakup : 1)
planning
(perencanaan); 2)
organizing
(pengorganisasian); 3)
staffing
(penentuan staf); 4)
directing
(pengarahan); dan 5)
controlling
(pengawasan).
Selanjutnya, L. Gullick mengemukakan tujuh
fungsi manajemen, yaitu :
1)
planning
(perencanaan);
2)
organizing
(pengorganisasian);
3)
staffing
(penentuan staf);
4)
directing
(pengarahan);
5)
coordinating
(pengkoordinasian);
6)
reporting
(pelaporan); dan
7)
budgeting
(penganggaran).
Secara skematik, T. Hani Handoko (1995)
mempetakan fungsi-fungsi manajemen dari beberapa ahli, sebagaimana tampak dalam gambar 1 berikut:
Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa persamaan yang tercermin
pada fungsi-fungsi
planning, organizing, dan controlling
. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya merupakan
cara penyebutan yang berbeda, namun sesungguhnya mengandung isi dan makna yang
sama. Untuk memahami lebih jauh tentang fungsi-fungsi manajemen pendidikan, di
wah akan dipaparkan tentang fungsi-fungsi
manajemen pendidikan dalam perspektif persekolahan, dengan merujuk kepada
pemikiran G.R. Terry, meliputi : (1)
perencanaan (
planning
); (2) pengorganisasian (
organizing
); (3) pelaksanaan (
actuating
) dan (4) pengawasan (
controlling
).
1.Perencanaan (
planning
)
Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan
untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai
tujuan tersebut. Sebagaimana disampaikan oleh Louise E. Boone dan David L.
Kurtz (1984) bahwa:
planning may be defined as the proses by which manager set objective,
asses the future, and develop course of action designed to accomplish these
objective.
Sedangkan
T. Hani Handoko (1995) mengemukakan bahwa :“ Perencanaan (
planning
) adalah
pemilihan atau penetapan tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijaksanaan,
proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan
untuk mencapai tujuan. Pembuatan keputusan banyak terlibat dalam fungsi
ini.” Arti penting perencanaan terutama
adalah memberikan kejelasan arah bagi setiap kegiatan, sehingga setiap kegiatan
dapat diusahakan dan dilaksanakan seefisien dan seefektif mungkin. T. Hani Handoko mengemukakan sembilan manfaat perencanaan bahwa perencanaan: (a) membantu manajemen untuk menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan lingkungan; (b) membantu dalam kristalisasi
persesuaian pada masalah-masalah utama; (c) memungkinkan manajer memahami
keseluruhan gambaran; (d) membantu penempatan tanggung jawab lebih tepat; (e)
memberikan cara pemberian perintah untuk beroperasi; (f) memudahkan dalam melakukan koordinasi di
antara berbagai bagian organisasi; (g) membuat tujuan lebih khusus, terperinci
dan lebih mudah dipahami; (h) meminimumkan
pekerjaan yang tidak pasti; dan (i) menghemat waktu, usaha dan
dana.Indriyo Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan langkah-langkah pokok dalam
perencanaan, yaitu :
a.Penentuan tujuan dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut : (1) menggunakan kata-kata yang sederhana, (2) mempunyai sifat fleksibel, (3) mempunyai sifat
stabilitas, (4) ada dalam perimbangan sumber daya, dan (5) meliputi semua tindakan yang
diperlukan.b.Pendefinisian gabungan situasi secara baik, yang meliputi unsur
sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
sumber daya modal. c.Merumuskan kegiatan yang akan dilaksanakan secara jelas
dan tegas.Hal senada dikemukakan pula oleh T. Hani Handoko (1995) bahwa terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu : (a) menetapkan tujuan atau serangkaian
tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan
dan hambatan; (d) mengembangkan rencana
atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.Pada bagian lain, Indriyo
Gito Sudarmo dan Agus Mulyono (1996) mengemukakan bahwa atas dasar luasnya
cakupan masalah serta jangkauan yang terkandung dalam suatu perencanaan, maka
perencanaan dapat dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu : (1) rencana global yang
merupakan penentuan tujuan secara menyeluruh dan jangka panjang, (2) rencana strategis
merupakan rencana yang disusun guna menentukan tujuan-tujuan kegiatan atau
tugas yang mempunyai arti strategis dan mempunyai dimensi jangka panjang, dan (3) rencana operasional yang merupakan
rencana kegiatan-kegiatan yang berjangka
pendek guna menopang pencapaian tujuan jangka panjang, baik dalam perencanaan
global maupun perencanaan strategis. Bernard Taylor sebagaimana disampaikan
oleh T. Hani Handoko (1996) memerinci
perbedaan antara perencanaan operasional dan perencanaan strategik, sebagaimana
disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 1.
Perbedaan Perencanaan Operasional
dan Perencanaan Strategik
Perencanaan Operasional
Perencanaan Strategik
Pusat bahasanMasalah-masalah Kelangsungan dan
SasaranBatasanHasil yang diperoleh
InformasiOrganisasiKepemimpinanPemecahan masalah
pengoperasianLaba sekarangLingkungan sumber
daya sekarangEfisiensi dan stabilitasDunia bisnis
sekarangBirokrasi/stabilKonservatifBerdasarkan pengalaman masa lalu.Resiko
rendah
pengembangan jangka panjang.Laba di waktu yang
akan datang.Lingkungan sumber daya waktu yang akan datang.Pengembangan potensi
mendatang.Kesempatan di waktu yang akan
datang.Kewiraswastaan/fleksibelMengilhami perubahan radikal Antisipasi,
menemukan pendekatan – pendekatan baru Resiko tinggiSumber : T. Hani Handoko. 1995.
Manajemen
(Edisi
2). Yogyakarta : BPFE. h. 93
Perencanaan strategik akhir-akhir ini menjadi
sangat penting sejalan dengan perkembangan lingkungan yang sangat pesat dan
sangat sulit diprediksikan, seperti
perkembangan teknologi yang sangat pesat, pekerjaan manajerial yang
semakin kompleks, dan percepatan perubahan lingkungan eksternal lainnya. Pada
bagian lain, T. Hani Handoko memaparkan secara ringkas tentang langkah-langkah
dalam penyusunan perencanaan strategik, sebagai berikut:a.Penentuan misi dan tujuan,
yang mencakup pernyataan umum tentang misi, falsafah dan tujuan. Perumusan misi
dan tujuan ini merupakan tanggung jawab kunci manajer puncak. Perumusan ini
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dibawakan manajer. Nilai-nilai ini dapat
mencakup masalah-masalah sosial dan etika, atau masalah-masalah umum seperti
macam produk atau jasa yang akan diproduksi atau cara
No comments:
Post a Comment