Tuesday, August 7, 2012

KEPEMIMPINAN ISLAM


Penulis : Rahmad F

A.               Definisi kepemimpinan
Para peneliti biasanya mendefinisikan kepemimpinan menurut pandangan pribadi mereka, serta aspek-aspek fenomenal dari kepentingan yang paling baik bagi para pakar yang bersangkutan. Bahkan Stogdil membuat kesimpulan bahwa: there are almost as many definitions of leadership as there are persons who have attempted to define the concept. Kepemimpinan diterjemahkan kedalam istilah: sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola interaksi, hubungan kerjasama antar peran, kedudukan dari satu jabatan administrative, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh.

Dalam suatu definisi terkandung suatu makna atau nilai-nilai yang dapat dikembangkan lebih jauh, sehingga dari suatu definisi dapat diperoleh suatu pengertian yang jelas dan menyeluruh tentang sesuatu. Satu diantara definisi kepemimpinan yang bermacam-macam tersebut, mengemukakan:
“leadership is interpersonal influence exercise in a situation,and directed,through the communication process, toward the attainment of specified goal or goals”
Dari definisi yang berbeda-beda tersebut mengandung kesamaan asumsi yang bersifat umum, seperti:
a. didalam satu fenomena kelompok melibatkan interaksi antara dua orang atau lebih.
b. didalam melibatkan proses mempengaruhi, dimana pengaruh yang sengaja (intentional influence) digunakan oleh pemimpin terhadap bawahan

B.      Kepemimpinan didalam Islam
           
Manusia didunia ini diciptakan oleh Yang Maha Kuasa untuk menduduki 2 posisi. Yaitu menduduki posisi sebagai hamba dan menduduki posisi menjadi khalifah/pemimpin. Manusia menjadi hamba Allah SWT meliputi 3 perkara, yaitu:
1.      Mengerjakan semua perintah Allah SWT
2.      Menjauhi semua yang dilarang/diharamkan Allah SWT
3.      Ridha (menerima dengan ikhlas) semua hukum-hukum atau ketentuan Allah SWT
            Sedangkan kedudukan manusia sebagai khalifah, mempunyai arti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia didunia ini karena dibekali dengan akal pikiran, sehingga manusia dapat berfikir untuk memimpin, menjaga, dan melestarikan dunia. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT QS. Al-Baqarah:30, sebagai berikut:
  
            “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”
            Firman tersebut, adalah menunjuk pada penciptaan Nabi Adam dan anak cucunya yang disebut manusia dan dibebani tugas untuk memakmurkan bumi. Tugas yang disandangnya itu menempatkan setiap manusia sebagai pemimpin yang menyentuh dua hal penting dalam kehidupan dimuka bumi. Tugas pertama adalah menyeru dan menyuruh orang lain berbuat amar makruf. Sedang tugas yang kedua adalah melarang dan menyeru orang lain untuk meninggalkan perbuatan mungkar.
            Manusia yang diciptakan sebagai khalifah atau pengganti merupakan makhluk yang mewakili Allah SWT dan melaksanakan kepemimpinan melalui kegiatan-kegiatan yang diridhoi-Nya. Untuk melaksanakan tugas yang mulia, namun sangat berat itu difirmankan Allah SWT dalam QS. Al-A’raf:69, yaitu:


“dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh”
            Firman tersebut menunjukkan bahwa perbuatan manusia yang disebut kepemimpinan tidak lepas dari perhatian dan penilaian Allah SWT. Oleh karena itu, secara spiritual kepemimpinan harus diartikan sebagai kemampuan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya, baik secara bersama-sama maupun perseorangan. Manusia sebagai pemimpin hanya akan diridhai jika kepemimpinannya dilaksanakan sesuai dengan kehendak-Nya, sebagaimana secara sempurna telah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam memimpin umat Islam baik dizamannya maupun hingga akhir zaman kelak.
            Sedangkan dari sisi lain dari dimensi spiritual, yaitu dari dimensi empiris, kepemimpinan merupakan proses yang berisi rangkaian kegiatan yang saling mempengaruhi, berkesinambungan dan terarah pada suatu tujuan. Rangkaian kegiatan itu berwujud kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan dan pikiran orang lain, agar bersedia melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin dan terarah pada tujuan yang telah disepakati bersama.
            Seseorang yang menduduki posisi/jabatan pemimpin, dalam kenyataannya mungkin saja menunjukkan gejala ketidakmampuan mewujudkan kepemimpinan. Dengan kata lian, tidak semua Kepala atau Ketua dan sejenisnya mampu memimpin, karena tidak memiliki kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar bersedia melakukan sesuatu yang diinginkannya. Sebaliknya banyak pula ditemui orang yang memiliki kemampuan memimpin, namun tidak memperoleh kesempatan untuk menduduki posisi/ jabatan kepala atau ketua atau sejenisnya. Apabila keadaan seperti itu terjadi disuatu lingkungan berupa tidak berfungsinya seorang pemimpin formal dan peranannya diambil alih atau dijalankan oleh orang lain, maka berarti tampillah seorang pemimpin informal. Pemimpin tersebut, tanpa diangkat atau ditunjuk oleh suatu kekuatan atau kekuasaan tertentu, ternyata diakui, diterima, dipatuhi kepemimpinannya oleh sejumlah orang lain dilingkungannya. Dilingkungan ummat Islam pada umumnya ulama merupakan pemimpin informal, yang diakui dan diterima ummat Islam kepemimpinnya tanpa batas waktu tertentu.
            Kepemimpinan dalam Islam dimaksudkan sebagai kemampuan mendorong terwujudnya kegiatan tolong-menolong antar sesama saudara seagama, karena pemeluk agama Islam yang satu  bersaudara dengan yang lain, meskipun berbeda suku, bangsa atau keturunannya. Kegiatan tolong-menolong dimaksudkan adalah dalam berbuat amal kebaikan. Sehubungan dengan itu berfirman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah:2 yaitu:
   
“dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
Demikianlah seharusnya yang dilaksanakan para pemimpin yang beragama Islam, baik yang memimpin bidang keagamaan maupun dibidang umum termasuk pemerintahan. Kepemimpinan yang dilaksanakan dilingkungan suatu  organisasi/kelompok yang memiliki nggota secara definitif yang terdiri dari pemeluk agama Islam, justru harus menempatkan maksud Allah SWT tersebut diatas sebagai tugas pokok, kewajiban dan tanggung jawabnya.
Dilingkungan ummat Islam setiap pemimpin memikul kewajiban dan tanggung jawab menciptakan dan membina hubungan manusiawi yang efektif, tidk saja dalam keagamaan, namun dalam semua bidang kehidupan. Upaya mewujudkan tanggung jawab itu semakin penting niai dan artinya, jika dilakukan oleh seorang pemimpin berdasarkan kesadaran bahwa ummat Islam bersaudara antara yang satu dengan yang lainnya. Semua ummat Islam yang berkesempatan menjadi pemimpin, patut menyadari bahwa jabatan yang baik itu, merupakan karunia, titipan dan pinjaman dari Allah SWT. Pada suatu saat karunia-Nya itu akan diambil kembali, sehingga sungguh-sungguh sangat merugi jika tidak dimanfaatkan untuk diri-sendiri dan dalam mendorong orang lain, agar semakin bertaqwa.
Berhubungan dengan kepribadian, seorang pemimpin memiliki kepribadian yang tercermin dalam sikap dan perilakunya dalam melaksanakan kepemipinannya yang didalam kepribadiannya terdapat unsure keimanan yang tinggi kepada Allah SWT. Pemimpin yang demikin merupakan orang yang berada pada ridha Allah SWT yang akan menerima ganjaran lebih baik dari segala sesuatu yang pernah dikerjakan dalam memimpin.
Pola kepribadian seorang pemimpin yang efektif, harus relevan dengan seluruh atau sebagian besar dari sifat-sifat didalam kepribadian anggota organisasinya. Relevansi itu merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam usahanya dalam mempengaruhi anggota organisasinya agar berbuat sesuatu yang terarah pada tujuan bersama. Dalam ajaran Islam berarti mampu mempengaruhi anggota organisasinya agar berbuat kebajikan, baik secara perseorangan maupun melalui kerja sama yamg efektif. Dengan kata lain, penyesuaian kepribadian antara pemimpin dan anggota organisasi akan berlangsung efektif bilamana kedua belah pihak mendasari dengan keimanan yang tinggi kepada Allah SWT.
Disisi lain ternyata juga bahwa kepribadian dengan sifat-sifat dasar yang dimiliki pemimpin, hanya akan terwujud menjadi perilaku kepemimpinan yang efektif, apabila didorong oleh suatu motivasi yang kuat. Bagi ummat Islam, keimanan yang tinggi sebagai dasar kepribadian, bilamana didorong oleh motivasi mencari ridho Allah SWt yang kuat, maka akan menghasilkan perilaku kepemipinan yang berisi perbuatan amal kebajikan. Motivasi yang terkuat dalam kepemimpinan menurut ajaran Islam , tidak ada yang lain selain untuk memperoleh ridha Allah SWT, yang hanya dimiliki oleh seorang pemimpin yang didalam kepribadiannya memiliki unsur berupa ketaqwaan pada Allah SWT.
Setiap pemimpin sebagai individu, untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif dan diridhai Allah SWT dengan kepribadiannya sebagai roang yang beriman harus menampilkan sikap dan perilaku sebagai berikut:
1.      Mencintai kebenaran dan hanya takut kepada Allah SWT.
2.      Dapat dipercaya, bersedia dan mampu mempercayai orang lain.
3.      Memiliki kemampuan dalam bidangnya dan berpandangan luas didasari kecerdasan yang memadai.
4.      Senang bergaul, ramah tamah, suka menolong dan memberi petunjuk serta terbuka pada kritik orang lain.
5.      Memiliki semangat untuk maju, semangat pengabdian dan kesetiakawanan, serta kreatif dan penuh inisiatif.
6.      Bertanggung jawab dalam mengambil keputusan dan konsekuen, berdisiplin serta bijaksana dan melaksanakanannya.
7.      Aktif memelihara kesehatan jasmani dan rohani.
Berhubungan dengan kepribadian seorang pemimpin, salah satu unsur pemimpin memiliki kepribadian yang baik yaitu, pemimpin harus mengetahui semua jenis kebutuhan manusia dalam menjalankan dan menjalani hidup dan kehidupannya. Untuk itu, kebutuhan manusia dapat dirinci jenisnya sebagai berikut:
1.      Kebutuhan Fisik (Jasmaniah)
a.       Kebutuhan makan dan minum
b.      Kebutuhan sandang dan papan
c.       Kebutuhan seks untuk meneruskan keturunannya
d.      Kebutuhan akan udara dan istirahat yang cukup
e.       Kebutuhan melakukan aktivitas berupa bekerja, bermain, olah raga dan lain sebagainya.
2.      Kebutuhan Psikologis (Rohaniah)
a.       Kebutuhan rasa aman dan terbebas dari rasa takut
b.      Kebutuhan pada kepastian dan jaminan masa depan
c.       Kebutuhan sosial berupa perasaan diakui, diterima, dihormati dan dihargai keberadaan diri dalam kehidupan bersama.
3.      Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan ini berbentuk perasaan mendapatkan perlindungan dari Yang Maha Kuat, Maha Kuasa dan Maha Penyayang. Orang-orang yang tidak mendapat petunjuk, dengan kebodohan tapi juga kesombongan, dalam memenuhi kebutuhan ini, memilih matahari, api, pohon, gunung, patung, kuburan, dewa dan lain-lainnya menjadi perlindungan. Selain itu ada pula yang mempertuhankan diri sendiri dengan hanya yakin dan percaya dengan akalnya dan menyatakan Tuhan tidak ada, pertanda kesombongan yang sudah di luar batas. Orangorang itu mengira, satu-satunya kekuatan untuk menguasai alam semesta adalah akalnya atau dirinya sendiri.
Berbeda keadaan dengan orang yang mendapat petunjuk yang dalam memenuhi kebutuhan ini di hatinya memperoleh nikmat iman dan ketaqwaan, sehingga hanya mencari perlindungan kepada Allah SWT.

C.    Mencari  yang dapat diteladani dari kepemimpinan Rasulullah SAW.

         Kenyataan utama dalam kepribadian Nabi besar Muhammad SAW, sebagai manusia yang kepimimpinannya patut diteladani adalah ketangguhan beliau untuk menjadi pribadi yang tidak dipengaruhi keadaan masyarakat disekitarnya yang masih dalam keadaan jahiliyah. Kepribadian seperti itu merupakan dasar atau landasan yang kokoh bagi seorang pemimin.karena bermakna juga sebagai seorang yang memiliki prinsip hidup dan kokoh memegang prinsip itudalam menjalani kehidupannya.
Dari sudut pandangan Islam, kenyataan seperti disebutkan diatasmerupakan faktor yang harus memperkuat keimanan dengan meyakini bahwa kepribadian beliaumerupakan karunia Allah SWT. Dengan kata lain  Allah SWT memberikan perlindungan kepada beliau, sehingga tidak menjadi orang dewasa yang sama kepribadiannya dengan orang-orang jahiliyah disekitarnya. Rasulullah SAW memiliki memiliki kepribadian yang terpuji, selain itu juga beliau memiliki sifat-sifat wajib yang dapat dicontoh dan diteladani oleh seorang pemimpin,sifat-sifat wajib itu sebagai berikut:
1. Siddiq(benar)
Sifat ini berarti Rasulullah mencintai dan berpihak kepada kebenaran yang datangnya dari Allah SWT, sehingga seluruh pikiran,sikap, emosi yang ditampilkan dalam perilaku,ucapan dan diamnya beliau merupakan sesuatu yang pasti benar.

2. Amanah(terpercaya)
Sifat ini berarti Rasulullah dapat dipercaya, karena mampu memelihara kepercayaan dengan merahasiakan sesuatu yang harus dirahasiakan dan sebaliknya selalu mampu menyampaikan sesuatu yang harus disampaikan.

3.Tabligh(menyampaikan)
Sifat ini sejalan dengan sifat amanah,meskipun yang dimaksud terutama sekali bukan terpercaya, tetapi kemampuan dalam menyampaikan atau mendakwahkan wahyu Allah SWT. Dengan demikian semua wahyu yang disampaikan menjadi pedoman dalam kehidupan beliau.

4.fatanah(pandai)
Sifat ini berarti Allah SWT pasti membekali Rasulullah dengan tingkat kecerdasan yang tinggi,kecerdasan itutidak hanya diperlukan untuk memahami dan menjelaskan wahyu, akan tetapi karena beliau mendapat kepercayaan untuk memimpin umat.

5.Maksum(bebas dari dosa)
Sifat ini berarti Rasulullah SAW merupakan seseorang yang bersifat mulia, yang tidak dapat dan tidak mungkin ditipuoleh setan. Dengan demikian beliau merupakan orang yang paling sempurna dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan dari Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Nawawi Hadari. kepemimpinan menurut islam. Gadjah mada university press,Yogyakarta, 2001.

Sumidjo Wahjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2003

No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  الطريقة   المادة الترتيب (أقوم أمام الباب قائلا)   إلقاء السّلام ...