Saturday, July 7, 2012

PENALARAN ABDUKTIF



BAB I
PENDAHULUAN
Penulis : Rahmad F
              Manusia menggunakan informasi untuk melakukan penalaran dan memecahkan masalah, dan dilakukan dengan informasi yang terbatas. Kita mungkin tidak selalu dapat menjelaskan proses berpikir yang dilakukan manusia, namun kita dapat mengidentifikasi hasil pemikiran tersebut. Berpikir membutuhkan sejumlah pengetahuan yang berbeda. Beberapa aktifitas berpikir bersifat langsung dan pengetahuan yang dibutuhkan terbatas. Sedangkan aktifitas yang lain membutuhkan pengetahuan dalam jumlah yang cukup besar dari domain yang lain.
abduktif adalah penalaran untuk merumuskan sebuah hipotesis berupa pernyataan umum yang kemungkinan kebenarannya masih perlu diuji coba lebih lanjut.

FILSAFAT ILMU


Penulis : Rahmad F

  1. PENGERTIAN FILSAFAT ILMU
Secara etimologis filsafat ilmu merupakan gabungan dari dua kata, yaitu filsafat  dan ilmu. Filsafat yang berasal dari bahasa Filsafat yang berasal dari bahasa Yunani philo yang memiliki arti cinta dan shopia yang berarti kebijaksanaan. Sedangkan Ilmu berasal dari bahasa Arab ‘alama  yang berarti tahu. Dengan demikian, secara etimologis filsafat ilmu adalah filsafat yang membahas ilmu.
Secara terminologis filsafat ilmu merupakan suatu cara untuk membicarakan ilmu tetapi filsafat ilmu itu sendiri bukan termasuk bagian dari ilmu itu sendiri. Filsafat memiliki karakter tersendiri saat membicarakan ilmu, yaitu radikal, sisitematis, dan logis.
Ketika filsafat membahas hakikat kenyataan ia dikenal dengan ontologi. ketika membahas pengetahuan atau cara-cara mengetahui kenyataan disebut epistimologi. Dan ketika berbicara tentang nilai dari suatu kenyataan disebut aksiologi.

Friday, July 6, 2012

PENGARUH GLOBALISASI TERHADAP EKSISTENSI KEBUDAYAAN DAERAH

BAB I
 PENDAHULUAN
Penulis : Rahmad F

A. LATAR BELAKANG

Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab, dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Globalisasi sendiri merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahun yang lalu, dan mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar lima atau sepuluh tahun terakhir. Sebagai istilah, globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai sebuah proses ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia secara mendasar.

ISLAM PASCA PERANG DUNIA KE II

(Perjuangan kemerdekaan Dan Negara Bangsa)
Penulis : Rahmad F

A. Pendahuluan
Perang Dunia Kedua terjadi pada tahun 1939, adalah perang antara Blok Negara Sekutu melawan Jerman, Italia dan Jepang. Blok Negara sekutu terdiri atas Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina dan Belanda.
Pada awal abab ke 20 sebagai konsekwensi politik etis Belanda, Lahirlah elit-elit baru Nasionalis selain elit-elit Islam, mereka sering di sebut golongan nasionalisme sekuler, yang beridiologi Komunisme dan Nasionalisme.
Islam di Indonesia baik secara historis maupun sosiologis sangat komplek, terdapat banyak masalah, misilnya tentang sejarah dan perkembangan awal Islam. Oleh karna itu para sarjana sering berbeda pendapat. Harus di akui bahwa penulisan sejarah Indonesia diawali oleh golongan Orientalis yang sering berusaha untuk meminimalisasi peran Islam, di samping usaha para sarjana muslim yang ingin mengemukakan fakta sejarah yang lebih jujur.
Suatu kenyataan bahwa kedatangan Islam ke Indonesia di lakukan secara damai, berbeda dengan penyebaran islam di Timur Tengah yang dalam beberapa kasus di sertai dengan pendudukan wilayah oleh militer Muslim, Islam dalam batas tertentu di sebarkan oloh pedagang, kemudian di lanjutkan oleh para guru Agama(da´i) dan pengembara Sufi.

Aktifitas Keagamaan Remaja


BAB I
PENDAHULUAN
Penulis : Rahmad F
A.Latar Belakang Masalah
Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu berproduksi. Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
    Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 12-18 tahun. Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun. Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Gagasan Erickson ini dikuatkan oleh James Marcia yang menemukan bahwa ada empat status identitas diri pada remaja yaitu identity diffusion/ confussion, moratorium, foreclosure, dan identity achieved (Santrock, 2003, Papalia, dkk, 2001, Monks, dkk, 2000, Muss, 1988). Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.
B.Rumusan Masalah
1.  Bagaimana perkembangan moral remaja?
2.  Bagaimana kegiatan keagamaan remaja ?
3.  Apa saja permasalahan di masa remaja ?
4.  Bagaimana solusi dalam mendorong aktifitas keagamaan remaja ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkembangan Moral Remaja
Istilah moral berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan/niali-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
1. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan

MEMAHAMI KAJIAN AGAMA KATOLIK

PENDAHULUAN
Penulis : Rahmad F

Tasawuf falsafi atau tasawuf filosofis merupakan tasawuf yang memadukan visi mistis dan visi rasional. Tasawuf ini mulai muncul dengan jelas dalam khasanah islam sejak abad keenam hijriyah, meskipun para tokoh-tokohnya mulai dikenal setelah seabad kemudian. 
    Tasawuf ini juga mempunyai bentuk dan karakteristik yang berbeda dengan tasawuf yang lain terutama tasawuf sunni, namun juga mempunyai ciri yang hampir sama yaitu memfokuskan dalam dzikir. Ajaran tasawuf falsafi yang sangat terkenal ada empat bentuk diman antara yang satu dengan yang lain saling berkaitan, yaitu: al-Fana, al-Ittihad, al-Hulul, dan al-Wahdat as-Syuhud. Dalam pembahasan nantinya juga akan kami singgung masalah tasawuf Ibn Arabi, diman ajarannya mempengaruhi ajaran al-Wahdat as-Syuhud yang dibawa oleh Umar Ibn al-Faridh (w.632h).
Berikut ini, secara umum akan kami bahas pokok-pokok ajaran para sufi falsafi dan karakteristik ajaran mereka.  

PEMBAHASAN

Tasawuf filosofis ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistis dan visi rasional pengasasnya. Berbeda dengan tasawuf sunni, semisal tasawuf al-Ghozali, tasawuf filosofis menggunakan terminologi filosofis dalam pengungkapannya. Terminologi filosofis tersebut berasal dari bermacam-macam ajaran filsafat, yang telah mempengaruhi para tokoh-tokohnya.

A. Obyek Tasawuf Filosofis Dan Karakteristiknya
    Para pengkaji tasawuf filosofis, berpendapat bahwa perhatian para penganut aliran ini terutama diarahkan untuk menyusun teori-teori wujud dengan berlandaskan rasa (dzawq), yang merupakan titik-tolak ajaran tasawuf mereka.

Proposal Penelitian Kuantitatif (Skripsi)


Suatu penelitian yang pada dasarnya menggunakan pendekatan deduktif-induktif. Pendekatan ini berangkat dari suatu kerangka teori, gagasan para ahli, ataupun pemahaman peneliti berdasarkan pengalamannya, kemudian dikembangkan menjadi permasalahan-permasalahan beserta pemecahan-pemecahannya yang diajukan untuk memperoleh pembenaran (verifikasi) dalam bentuk dukungan data empiris di lapangan.
 Format Proposal Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
    Di dalam bagian ini dikemukakan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan, baik kesenjangan teoretik ataupun kesenjangan praktis yang melatarbelakangi masalah yang diteliti. Di dalam latar belakang masalah ini dipaparkan secara ringkas teori, hasil-hasil penelitian, kesimpulan seminar dan diskusi ilmiah ataupun pengalaman/pengamatan pribadi yang terkait erat dengan pokok masalah yang diteliti. Dengan demikian, masalah yang dipilih untuk diteliti mendapat landasan berpijak yang lebih kokoh. (lihat pendahuluan)

Post Terbaru

  الطريقة   المادة الترتيب (أقوم أمام الباب قائلا)   إلقاء السّلام ...