Monday, April 2, 2012

Pendidikan Seks Bagi Remaja


BAB I
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Perilaku seks bebas yang terjadi pada remaja dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua terhadap anak yang disebabkan karena kesibukan masing-masing sehingga anak tidak memperoleh pengetahuan tentang seks bebas dari orang tua dan oleh sebab itulah kadang kala anak
terjerumus pada pergaulan yang salah. Perilaku seks bebas juga dapat terjadi jika remaja kurang mempunyai pemikiran yang matang untuk berbuat sesuatu ditambah lagi karena dorongan dari teman sebaya.
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang tepat. Maka dalam makalah ini akan di bahas pendidikan seks bagi remaja.

B. Rumusan masalah
Mengapa perlu pendidikan seks bagi ramaja ?
Apa tujuan  pendidikan seks bagi remaja ?
Bagaimana penaggulangan seks bebas remaja ?

BAB II
PEMBAHASAN

Perlunya Pendidikan Seks Bagi Remaja
Dewasa ini pergaulan bebas di Indonesia sangat memprihatinkan, oleh karana itu perlunya pendidikan sex bagi remaja. Pendidikan seks sebenarnya mempunyai pengertian yang jauh lebih luas, yaitu upaya memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata lain, pendidikan seks pada daasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan  tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut. Dengan demikian, pendidikan seks ini bisa juga disebut pendidikan kehidupan berkeluarga.
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994), secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan Seks terdiri dari dua segi:
Pertama, pengetahuan secara biologis yang termasuk dalam pengetahuan alat-alat reproduksi perempuan dan laki-laki, proses reproduksi yaitu kehamilan dan kelahiran, serta pengetahuan dan pemahaman cara penularan PMS dan HIV/AIDS.
Kedua, pengetahuan dengan pendekatan sosial/psikologis yang membahas soal seks, perkembangan diri, soal kontrasepsi, mengenal perilaku seksual beresiko dan hak-hak manusia untuk keselamatan kita serta keputusan untuk melakukan hubungan seks.
                Dalam hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.
                Jika para orang tua dapat secara arif dan bijaksana menyikapi permasalahan yang dialami oleh anak-anak dan lingkungan sekitarnya terhadap masalah seks ini, arti seks itu sendiri akan berubah menjadi sangat indah dan berarti bagi kelangsungan hidup manusia[1]. Pendidikan seks yang hanya berupa larangan atau berupa kata “tidak boleh” tanpa adanya penjelasan lebih lanjut adalah sangat tidak efektif. Dikatakan tidak efektif karena pendidikan seperti ini tidak cukup untuk mempersiapkan remaja dalam menghadapi kehidupannya yang semakin sulit. Dengan menjalin komunikasi terbuka antara orang tua dan anak , beban masalah yang dirasakan si anak semakin berkurang [2].
Tujuan Pendidikan Seks Bagi Remaja
Pendidikan seks selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek  psikologis dan moral. Pendidikan seks yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral juga.
Tujuan dari pendidikan seks bagi  remaja antara lain :
1. Untuk membekali diri tentang pengetahuan yang berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut dengan pribadi wanita khususnya yang berkaitan dengan urusan kewanitaan, seperti masa subur, kehamilan, penyakit kelamin, akibat dari pergaulan bebas, dan sebagainya. Pengetahuan seperti ini dimaksudkan agar remaja memahami apa yang akan terjadi pada dirinya, jika melakukan pergaulan bebas, atau melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, sehingga mereka mampu membekali diri untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang mengarah kepada perbuatan tercela dan membahayakan.
 2.      Jika pendidikan seks bagi remaja tidak diberikan, maka terdapat kecenderungan bahwa mereka akan melakukan hal-hal yang mengarah kepada perbuatan zina, karena pada masa remaja merupakan masa mulai berkembang dan berfungsinya organ tubuh khususnya organ yang mengarah kepada berfungsinya alat kelamin. Secara otomatis mereka akan terdorong ingin tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seks dan terdorong ingin ikut mencobanya. Bagi remaja yang kurang memiliki pengetahuan tentang seks dan usaha menanggulanginya, maka akan sangat mudah terjerumus ke jalan yang tersesat, bahkan mereka besar kemungkinan akan mengalami hamil sebelum nikah atau terjerumus kepada jalan menuju perzinaan. Sebagai contoh dengan pergaulan yang kurang terkendali terhadap teman kencannya, akhirnya mereka melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, dan ditambah iman yang kurang kuat, akhirnya mereka justru masuk ke lembah prostitusi.
3.      Pendidikan seks bagi remaja diberikan memiliki tujuan utama yaitu agar mereka memiliki bekal yang cukup tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seks, pergaulan bebas, serta memahami akibat dari semua perbuatan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mereka memiliki iman yang kuat, sehingga mampu menanggulangi diri dari perbuatan yang tercela bahkan mengarah kepada pergaulan bebas dan kebebasan seksualitas. Karena hal ini sangat dilarang oleh Allah dan akan diberi laknat sampai di akherat nanti.
 Beberapa bahaya dari pergaulan bebas dapat di jabarkan antara lain :
1.    Beberapa penyakit yang siap mendatangi seperti, herpes, HIV/ AIDS, Raja singa, dan penyakit lainnya. Penyakit ini tentu sudah diketahui sangat membahayakan dan sampai sekarang masih belum ada obatnya.
2.    Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan permasalahan baru, apabila masih kuliah atau sekolah tentu saja orang tua akan sangat kesal. Maka akan takut untuk jujur kepada orang tua akhirnya memutuskan untuk melakukan dosa baru yaitu aborsi ataupun bunuh diri.
3.    Apabila menikah di usia muda, permasalahan yang belum siap di hadapi akan datang, seperti masalah keuangan, masalah kebiasaan, masalah anak.
4.    Nama baik keluarga akan tercoreng. Keluarga akan menghadapi masalah yang di buat dari efek buruk dari seks bebas ini.
5.    Apabila hamil dan pasangan tidak mau bertanggung jawab, apa yang akan lakukan? Akan banyak pikiran buruk yang akan mengganggu , seperti ingin bunuh diri, berpikir tidak rasional yang mengakibatkan gangguan mental atau gila.
C. Cara Penaggulangan Seks Bebas Bagi Remaja
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi perilaku yang menyimpang menurut Al Qur'an Surat An-Nur ayat 58-60 antara lain :
1.       Selalu menegakkan tata aturan baik aturan agama maupun aturan dalam keluarga yang mengarah kepada batas menutup aurat. Remaja yang memiliki iman yang kuat, memahami ajaran Islam secara sempurna akan memiliki budi pekerti yang baik dan memiliki kemampuan untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Demikian juga aturan dalam keluarga, bahwa orang tua selalu mengajarkan agar berpakaian yang rapi dan sopan sehingga tidak mengundang fitnah.
2.       Anak selalu diberi bimbingan tentang seks dan fungsinya, serta cara menanggulangi diri dari penyimpangan seks yang dianggap tabu dan melanggar syariat Islam. Pendidikan seks bagi remaja, diberikan jika mereka benar-benar siap dan ingin mengetahui tentang seks dan problematikanya. Oleh karena itu selain diberikan tentang pendidikan seks dan fungsi reproduksi, juga diberikan upaya penanggulangan secara Islam, yaitu menghindarkan diri dari segala sesuatu yang mengundang fitnah dan kesesatan.
3.       Selalu dibiasakan menjaga diri dalam keluarga, sehingga mereka mampu memiliki iman yang kuat dan budi pekerti yang luhur. Dalam hal ini peran orang tua dituntut agar menjadi teladan yang baik bagi anggota keluarganya, khususnya bagi anak-anaknya yang sedang menginjak remaja. Mereka harus selalu diberi bimbingan tentang perilaku yang baik dan menghindarkan diri dari perilaku yang tidak sopan dan mengarah kepada pergaulan bebas, karena hal itu sangat dilarang oleh Islam.
4.       Memberi pengetahuan dan bimbingan tentang perkembangan biologisnya khususnya menyangkut seks dan auratnya yang sedang dialami anak-anak mereka, sehingga anak-anak tersebut tidak akan mengalami salah pergaulan yang mengarah kepada pelanggaran seksualitas. Dengan pengetahuan seperti ini, mereka akan semakin siap dan mampu menjaga diri serta memiliki pengetahuan yang cukup untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan yang cerah, khususnya persiapan untuk berumah tangga.
 5.       Selalu menanamkan pemahaman bahwa dibolehkannya melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya jika telah melaksanakan akad nikah atau perkawinan, karena hal ini memiliki tujuan yang utama yaitu membentuk keluarga bahagia san sejahtera. Dalam hal ini remaja dibekali tentang larangan hubungan seks sebelum nikah, dan dibekali pula kewajiban-kewajiban seorang wanita jika telah memiliki suami atau telah sah menjadi suami istri.
6.       Memberi penjelasan kepada anak usia remaja bahwa pemenuhan hasrat seks tidak sekedar mendapatkan kesenangan saja, tetapi agar ditanamkan pula bahwa seks merupakan kodrat Tuhan yang harus kita lakukan dengan mengikuti aturan yang telah ditentukan agar tetap berada dalam jalan kebenaran.
BAB III
PENUTUP
Masa remaja adalah masa peralihan dimana seseorang berpindah dari kanak-kanak menjadi dewasa, dalam masa ini berbagai perubahan jasmaniah, rohaniah, dan sosial terjadi dengan jelas. Perubahan itu biasanya disertai oleh bernacam-macam problema yang timbul karena tidak dipersiapakannya jiwa remaja untuk menghadapi perubahan tersebut ditambah lagi dengan tidak dimengertinya orang tua, guru dan masyarakat tentang ciri pertumbuhan remaja itu sendiri dan oleh sebab itu timbul berbagai problema remaja dan bila problema itu tidak terselesaikan maka akan muncul kenakalan remaja. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan perhatian orang tua dan masyarakat dalam menghadapi problema remaja agar tidak menjurus pada kenakalan remaja.




[1] Ajen Dianawati, Pendidikan Seks Untuk Remaja, Depok, Penerbit Kawan Pustaka, 2003, hlm. 7-8.
[2] Ibid, hlm. 9-10


No comments:

Post a Comment

Post Terbaru

  الطريقة   المادة الترتيب (أقوم أمام الباب قائلا)   إلقاء السّلام ...