BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seks bebas merupakan hubungan yang dilakukan oleh laki-laki
dan perempuan tanpa adanya ikatan perkawinan. Perilaku seks bebas yang terjadi
pada remaja dapat disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua terhadap anak
yang disebabkan karena kesibukan masing-masing sehingga anak tidak memperoleh
pengetahuan tentang seks bebas dari orang tua dan oleh sebab itulah kadang kala
anak
terjerumus pada pergaulan yang salah. Perilaku seks bebas juga dapat terjadi jika remaja kurang mempunyai pemikiran yang matang untuk berbuat sesuatu ditambah lagi karena dorongan dari teman sebaya.
terjerumus pada pergaulan yang salah. Perilaku seks bebas juga dapat terjadi jika remaja kurang mempunyai pemikiran yang matang untuk berbuat sesuatu ditambah lagi karena dorongan dari teman sebaya.
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual
sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan
jenis. Padahal pada masa remaja informasi tentang masalah seksual sudah
seharusnya mulai diberikan, agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain
atau dari sumber-sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali.
Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat
remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, Tentu saja hal tersebut akan
sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki
pengetahuan dan informasi yang tepat. Maka dalam makalah ini akan di bahas
pendidikan seks bagi remaja.
B. Rumusan masalah
Mengapa perlu pendidikan seks bagi ramaja ?
Apa tujuan pendidikan
seks bagi remaja ?
Bagaimana penaggulangan seks bebas remaja ?
BAB II
PEMBAHASAN
Perlunya Pendidikan Seks Bagi Remaja
Dewasa ini pergaulan bebas di Indonesia sangat
memprihatinkan, oleh karana itu perlunya pendidikan sex bagi remaja. Pendidikan
seks sebenarnya mempunyai pengertian yang jauh lebih luas, yaitu upaya
memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial
sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata lain,
pendidikan seks pada daasarnya merupakan upaya untuk memberikan
pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral,
etika serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi
tersebut. Dengan demikian, pendidikan seks ini bisa juga disebut pendidikan
kehidupan berkeluarga.
Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994),
secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai
persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses
terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual,
hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah
pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang
berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan bagaimana
melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.
Pendidikan Seks terdiri dari dua segi:
Pertama, pengetahuan secara biologis yang termasuk dalam
pengetahuan alat-alat reproduksi perempuan dan laki-laki, proses reproduksi
yaitu kehamilan dan kelahiran, serta pengetahuan dan pemahaman cara penularan
PMS dan HIV/AIDS.
Kedua, pengetahuan dengan pendekatan sosial/psikologis yang
membahas soal seks, perkembangan diri, soal kontrasepsi, mengenal perilaku
seksual beresiko dan hak-hak manusia untuk keselamatan kita serta keputusan
untuk melakukan hubungan seks.
Dalam
hal ini pendidikan seksual idealnya diberikan pertama kali oleh
orangtua di rumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya
sendiri. Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau terbuka
terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan seksual. Selain itu tingkat
sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan yang heterogen di Indonesia
menyebabkan ada orang tua yang mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks
tetapi lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami permasalahan tersebut.
Dalam hal ini maka sebenarnya peran dunia pendidikan sangatlah besar.
Jika
para orang tua dapat secara arif dan bijaksana menyikapi permasalahan yang
dialami oleh anak-anak dan lingkungan sekitarnya terhadap masalah seks ini,
arti seks itu sendiri akan berubah menjadi sangat indah dan berarti bagi
kelangsungan hidup manusia[1]. Pendidikan seks
yang hanya berupa larangan atau berupa kata “tidak boleh” tanpa adanya
penjelasan lebih lanjut adalah sangat tidak efektif. Dikatakan tidak efektif
karena pendidikan seperti ini tidak cukup untuk mempersiapkan remaja dalam
menghadapi kehidupannya yang semakin sulit. Dengan menjalin komunikasi terbuka
antara orang tua dan anak , beban masalah yang dirasakan si anak semakin
berkurang [2].
Tujuan Pendidikan Seks Bagi Remaja
Pendidikan seks selain menerangkan tentang aspek-aspek
anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seks yang
benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur
dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan akhlak dan moral
juga.
Tujuan dari pendidikan seks bagi remaja antara lain :
1. Untuk membekali diri tentang pengetahuan yang berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut dengan pribadi wanita khususnya yang berkaitan dengan urusan kewanitaan, seperti masa subur, kehamilan, penyakit kelamin, akibat dari pergaulan bebas, dan sebagainya. Pengetahuan seperti ini dimaksudkan agar remaja memahami apa yang akan terjadi pada dirinya, jika melakukan pergaulan bebas, atau melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, sehingga mereka mampu membekali diri untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang mengarah kepada perbuatan tercela dan membahayakan.
Tujuan dari pendidikan seks bagi remaja antara lain :
1. Untuk membekali diri tentang pengetahuan yang berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut dengan pribadi wanita khususnya yang berkaitan dengan urusan kewanitaan, seperti masa subur, kehamilan, penyakit kelamin, akibat dari pergaulan bebas, dan sebagainya. Pengetahuan seperti ini dimaksudkan agar remaja memahami apa yang akan terjadi pada dirinya, jika melakukan pergaulan bebas, atau melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, sehingga mereka mampu membekali diri untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang mengarah kepada perbuatan tercela dan membahayakan.
2. Jika
pendidikan seks bagi remaja tidak diberikan, maka terdapat kecenderungan bahwa
mereka akan melakukan hal-hal yang mengarah kepada perbuatan zina, karena pada
masa remaja merupakan masa mulai berkembang dan berfungsinya organ tubuh
khususnya organ yang mengarah kepada berfungsinya alat kelamin. Secara otomatis
mereka akan terdorong ingin tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan
seks dan terdorong ingin ikut mencobanya. Bagi remaja yang kurang memiliki
pengetahuan tentang seks dan usaha menanggulanginya, maka akan sangat mudah
terjerumus ke jalan yang tersesat, bahkan mereka besar kemungkinan akan
mengalami hamil sebelum nikah atau terjerumus kepada jalan menuju perzinaan.
Sebagai contoh dengan pergaulan yang kurang terkendali terhadap teman
kencannya, akhirnya mereka melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah, dan
ditambah iman yang kurang kuat, akhirnya mereka justru masuk ke lembah
prostitusi.
3. Pendidikan seks bagi remaja
diberikan memiliki tujuan utama yaitu agar mereka memiliki bekal yang cukup
tentang hal-hal yang berkaitan dengan hubungan seks, pergaulan bebas, serta
memahami akibat dari semua perbuatan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar mereka
memiliki iman yang kuat, sehingga mampu menanggulangi diri dari perbuatan yang
tercela bahkan mengarah kepada pergaulan bebas dan kebebasan seksualitas.
Karena hal ini sangat dilarang oleh Allah dan akan diberi laknat sampai di
akherat nanti.
Beberapa bahaya dari pergaulan bebas dapat di jabarkan antara lain :
Beberapa bahaya dari pergaulan bebas dapat di jabarkan antara lain :
1. Beberapa penyakit yang siap mendatangi
seperti, herpes, HIV/ AIDS, Raja singa, dan penyakit lainnya. Penyakit ini
tentu sudah diketahui sangat membahayakan dan sampai sekarang masih belum ada
obatnya.
2. Hamil di luar pernikahan akan menimbulkan
permasalahan baru, apabila masih kuliah atau sekolah tentu saja orang tua akan
sangat kesal. Maka akan takut untuk jujur kepada orang tua akhirnya memutuskan
untuk melakukan dosa baru yaitu aborsi ataupun bunuh diri.
3. Apabila menikah di usia muda, permasalahan
yang belum siap di hadapi akan datang, seperti masalah keuangan, masalah
kebiasaan, masalah anak.
4. Nama baik keluarga akan tercoreng. Keluarga
akan menghadapi masalah yang di buat dari efek buruk dari seks bebas ini.
5. Apabila hamil dan pasangan tidak mau
bertanggung jawab, apa yang akan lakukan? Akan banyak pikiran buruk yang akan
mengganggu , seperti ingin bunuh diri, berpikir tidak rasional yang
mengakibatkan gangguan mental atau gila.
C. Cara Penaggulangan Seks Bebas Bagi Remaja
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk menanggulangi
perilaku yang menyimpang menurut Al Qur'an Surat An-Nur ayat 58-60 antara lain
:
1. Selalu menegakkan
tata aturan baik aturan agama maupun aturan dalam keluarga yang mengarah kepada
batas menutup aurat. Remaja yang memiliki iman yang kuat, memahami ajaran Islam
secara sempurna akan memiliki budi pekerti yang baik dan memiliki kemampuan
untuk menghindari hal-hal yang dilarang oleh Allah. Demikian juga aturan dalam
keluarga, bahwa orang tua selalu mengajarkan agar berpakaian yang rapi dan
sopan sehingga tidak mengundang fitnah.
2. Anak selalu diberi
bimbingan tentang seks dan fungsinya, serta cara menanggulangi diri dari penyimpangan
seks yang dianggap tabu dan melanggar syariat Islam. Pendidikan seks bagi
remaja, diberikan jika mereka benar-benar siap dan ingin mengetahui tentang
seks dan problematikanya. Oleh karena itu selain diberikan tentang pendidikan
seks dan fungsi reproduksi, juga diberikan upaya penanggulangan secara Islam,
yaitu menghindarkan diri dari segala sesuatu yang mengundang fitnah dan
kesesatan.
3. Selalu dibiasakan
menjaga diri dalam keluarga, sehingga mereka mampu memiliki iman yang kuat dan
budi pekerti yang luhur. Dalam hal ini peran orang tua dituntut agar menjadi
teladan yang baik bagi anggota keluarganya, khususnya bagi anak-anaknya yang
sedang menginjak remaja. Mereka harus selalu diberi bimbingan tentang perilaku
yang baik dan menghindarkan diri dari perilaku yang tidak sopan dan mengarah
kepada pergaulan bebas, karena hal itu sangat dilarang oleh Islam.
4. Memberi pengetahuan
dan bimbingan tentang perkembangan biologisnya khususnya menyangkut seks dan
auratnya yang sedang dialami anak-anak mereka, sehingga anak-anak tersebut
tidak akan mengalami salah pergaulan yang mengarah kepada pelanggaran
seksualitas. Dengan pengetahuan seperti ini, mereka akan semakin siap dan mampu
menjaga diri serta memiliki pengetahuan yang cukup untuk mempersiapkan diri
menghadapi masa depan yang cerah, khususnya persiapan untuk berumah tangga.
5. Selalu
menanamkan pemahaman bahwa dibolehkannya melakukan hubungan seks dengan lawan
jenisnya jika telah melaksanakan akad nikah atau perkawinan, karena hal ini
memiliki tujuan yang utama yaitu membentuk keluarga bahagia san sejahtera.
Dalam hal ini remaja dibekali tentang larangan hubungan seks sebelum nikah, dan
dibekali pula kewajiban-kewajiban seorang wanita jika telah memiliki suami atau
telah sah menjadi suami istri.
6. Memberi penjelasan
kepada anak usia remaja bahwa pemenuhan hasrat seks tidak sekedar mendapatkan
kesenangan saja, tetapi agar ditanamkan pula bahwa seks merupakan kodrat Tuhan
yang harus kita lakukan dengan mengikuti aturan yang telah ditentukan agar
tetap berada dalam jalan kebenaran.
BAB III
PENUTUP
Masa remaja adalah masa peralihan dimana
seseorang berpindah dari kanak-kanak menjadi dewasa, dalam masa ini berbagai
perubahan jasmaniah, rohaniah, dan sosial terjadi dengan jelas. Perubahan itu
biasanya disertai oleh bernacam-macam problema yang timbul karena tidak
dipersiapakannya jiwa remaja untuk menghadapi perubahan tersebut ditambah lagi
dengan tidak dimengertinya orang tua, guru dan masyarakat tentang ciri
pertumbuhan remaja itu sendiri dan oleh sebab itu timbul berbagai problema
remaja dan bila problema itu tidak terselesaikan maka akan muncul kenakalan
remaja. Oleh sebab itu sangat dibutuhkan perhatian orang tua dan masyarakat
dalam menghadapi problema remaja agar tidak menjurus pada kenakalan remaja.
No comments:
Post a Comment