Tuesday, October 28, 2025

KERAJAAN MELAYU DHARMASRAYA



 



Kerajaan Dharmasraya memiliki raja-raja penting seperti Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa (1183 M), Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa (1286 M), dan Adityawarman (mulai 1347 M). Masa kepemimpinan Adityawarman menandai pemindahan pusat pemerintahan ke Pagaruyung atau Suruaso. 
Daftar raja dan masa pemerintahan

  • Srimat Trailokyaraja Maulibhusana Warmadewa: Berkuasa pada tahun 1183 M. Ia memerintah wilayah kekuasaan yang membentang hingga Thailand Selatan.
  • Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa: Naik takhta pada tahun 1286 M, yang ditandai dengan pengiriman arca Amoghapasa dari Kerajaan Singhasari.
  • Srimat Sri Akarendrawarman: Menjadi raja pada tahun 1316 M, dan memerintah hingga tahun 1347 M.
  • Adityawarman (Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama Rajendra Maulimali Warmadewa): Memulai pemerintahannya sekitar tahun 1347 M. Pada masa ini, pusat pemerintahan dipindahkan dari Dharmasraya ke Pagaruyung atau Suruaso. Ia adalah raja yang membawa kerajaan mencapai puncak kejayaannya. 








Lokasi Kerajaan Dharmasraya berada di tepi Sungai Batanghari, wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pusat pemerintahan awal kerajaan ini terletak di wilayah ini. Beberapa situs arkeologi penting yang menjadi bukti keberadaan kerajaan ini, seperti Candi Padang Roco, juga terletak di wilayah tersebut. 

  • Lokasi pusat pemerintahan: Awalnya berada di tepi Sungai Batanghari, wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten Dharmasraya.
  • Pusat budaya dan sejarah: Banyak peninggalan penting ditemukan di kawasan ini, termasuk situs percandian yang menunjukkan pengaruh Hindu-Buddha.
  • Contoh situs penting:
    • Candi Padang Roco: Terletak di Jorong Sungai Langsat, Kenagarian Siguntur, Kecamatan Sitiung, Kabupaten Dharmasraya.
    • Candi Pulau Sawah: Terletak di sisi utara Sungai Batanghari, di Jorong Siguntur.
    • Candi Bukik Awang Maombiak: Terletak di atas bukit kecil di Jorong Siguntur. 


Peninggalan Kerajaan Dharmasraya sebagian besar berupa candi, arca, dan prasasti yang ditemukan di sepanjang aliran Sungai Batanghari, khususnya di Kabupaten Dharmasraya dan daerah sekitarnya di Sumatra Barat. Peninggalan ini menunjukkan bahwa kerajaan bercorak Hindu-Buddha ini merupakan pusat kekuasaan yang penting pada masanya. 
Berikut adalah beberapa peninggalan utama Kerajaan Dharmasraya:
Candi
  • Kompleks Candi Padang Roco: Berlokasi di Nagari Siguntur, situs ini merupakan salah satu pusat peribadaban dan pemerintahan Kerajaan Melayu kuno di Dharmasraya.
    • Di kompleks ini terdapat tiga candi: Candi UtamaCandi Perwara, dan Candi Ketiga.
    • Di kawasan ini juga ditemukan Arca Bhairawa, yang merupakan persembahan dari Kerajaan Singasari.
  • Kompleks Candi Pulau Sawah: Terletak di Kabupaten Dharmasraya, candi-candi di kompleks ini adalah bukti eksistensi Kerajaan Melayu Dharmasraya yang berlatar belakang Hindu-Buddha. 
Arca
  • Arca Bhairawa: Arca batu raksasa setinggi 4,41 meter ini pernah ditemukan di situs Padang Roco. Arca ini melambangkan Bhairawa, perwujudan Dewa Siwa dan Buddha sebagai raksasa yang menakutkan, dan sering dikaitkan dengan Raja Adityawarman. Saat ini, arca tersebut menjadi koleksi utama Museum Nasional di Jakarta.
  • Arca Amoghapasa: Arca ini adalah hadiah dari Raja Kertanegara dari Singasari kepada Kerajaan Dharmasraya sebagai tanda persahabatan pada abad ke-13. Arca ini ditemukan di situs Padang Roco bersama dengan Prasasti Padang Roco. 
Prasasti
  • Prasasti Padang Roco: Prasasti yang berangka tahun 1286 M ini berisi catatan penting mengenai pengiriman Arca Amoghapasa dari Jawa (Singasari) ke Dharmasraya.
  • Prasasti Grahi: Berisi perintah dari Raja Dharmasraya kepada bupati Grahi (Mahesanapati Galanai) untuk membuat arca Buddha.
  • Prasasti Suruaso: Prasasti yang ditemukan di daerah Tanah Datar ini diperkirakan peninggalan Kerajaan Dharmasraya dan terkait dengan masa kekuasaan Adityawarman. 
Benda-benda pusaka lainnya
  • Di samping peninggalan arkeologi, ada juga beberapa benda pusaka yang diwariskan secara turun-temurun oleh ahli waris kerajaan di kawasan Siguntur, seperti keris, tombak, dan wadah emas. 




KERAJAAN MEDANG KAMULAN 732 -1042

 



Kerajaan Medang memiliki beberapa raja penting yang memerintah pada periode yang berbeda, dimulai dari masa Jawa Tengah dan kemudian pindah ke Jawa Timur. Beberapa raja tersebut adalah Sanjaya (pendiri, sekitar 732–746 M), Mpu Sindok (pemindah pusat ke Jawa Timur, 929–947 M), Sri Isyana Tunggawijaya (947–985 M), Sri Makutawangsawardhana (985–990 M), Dharmawangsa Teguh (990–1016 M), dan Airlangga (1019–1042 M). 
Raja-raja utama dan tahun pemerintahannya

  • Sanjaya: Sekitar 732–746 M. Dikenal sebagai pendiri Kerajaan Medang, yang berpusat di Jawa Tengah.
  • Mpu Sindok: 929–947 M. Raja pertama dari dinasti Isyana yang memindahkan pusat kerajaan ke Jawa Timur setelah bencana alam dan ancaman dari Sriwijaya.
  • Sri Isyana Tunggawijaya: 947–985 M. Putri Mpu Sindok yang melanjutkan tahta di Jawa Timur.
  • Sri Makutawangsawardhana: 985–990 M. Putra dari Sri Isyana Tunggawijaya.
  • Dharmawangsa Teguh: 990–1016 M. Cucu dari Mpu Sindok dan raja terakhir Kerajaan Medang di Jawa Timur, yang memerintah hingga istananya dihancurkan oleh serangan (peristiwa Mahapralaya).
  • Airlangga: 1019–1042 M. Menantu Dharmawangsa Teguh yang berhasil memulihkan kerajaan dan mengundurkan diri pada tahun 1042, lalu membagi kerajaannya menjadi dua. 



Kerajaan Medang Kamulan berlokasi di Jawa Timur, dengan pusatnya berpindah-pindah di beberapa tempat seperti Watanmas di Jombang dan Tamlang di Nganjuk. Lokasinya didukung oleh penemuan prasasti seperti Prasasti Paradah dan Prasasti Anjuk Ladang, yang menunjukkan bahwa Watugaluh di Jombang pernah menjadi ibu kota kerajaan. 

  • Lokasi utama: Jawa Timur, dengan ibu kota yang berpindah-pindah, termasuk Watanmas (Jombang) dan Tamlang (Nganjuk).
  • Ibu kota awal: Prasasti menunjukkan Watugaluh di Jombang pernah menjadi ibu kota.
  • Bukti arkeologis: Beberapa bukti arkeologis seperti Prasasti Paradah dan Prasasti Anjuk Ladang mendukung lokasi ini.
  • Wilayah kekuasaan: Wilayah kekuasaannya membentang dari Nganjuk di barat, Pasuruan di timur, Surabaya di utara, dan Malang di selatan. 





Peninggalan Kerajaan Medang meliputi candi-candi besar seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan Candi Sewu, serta berbagai prasasti penting seperti Prasasti Mpu Sindok, Prasasti Anjuk Ladang, Prasasti Kalkuta, dan Prasasti Tengaran. Candi-candi tersebut menjadi bukti kejayaan arsitektur dan kebudayaan pada masa itu, sementara prasasti memberikan informasi tentang peristiwa sejarah, silsilah raja, dan peraturan pemerintahan. 
Candi
  • Candi Borobudur: Mahakarya terbesar yang menjadi bukti kejayaan Kerajaan Medang. 
  • Candi Prambanan: Salah satu candi Hindu terbesar di dunia, dibangun pada masa Kerajaan Medang. 
  • Candi Sewu: Candi Buddha yang dibangun pada masa pemerintahan dinasti Syailendra. 
  • Candi Kalasan: Dibangun atas perintah Maharaja Wisnu dari dinasti Syailendra. 
  • Candi Mendut: Candi Buddha yang juga merupakan peninggalan Kerajaan Medang. 
  • Candi Sari: Candi yang terletak di Sleman, Yogyakarta. 
  • Candi Pawon: Candi Buddha yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah. 
  • Candi Gunung Wukir: Salah satu candi yang ditemukan di Magelang, Jawa Tengah. 
Prasasti
  • Prasasti Mpu Sindok: Berisi tentang pemerintahan Mpu Sindok dan permaisurinya, Sri Wardhani. 
  • Prasasti Anjuk Ladang: Berisi tentang pembangunan candi di Desa Anyok Lodang dan menjadi awal dari Kerajaan Medang Kamulan. 
  • Prasasti Kalkuta: Berisi peristiwa hancurnya istana Dharmawangsa dan silsilah raja-raja Medang Kamulan. 
  • Prasasti Tengaran: Berisi tentang pemerintahan Mpu Sindok bersama Sri Wardhani. 
  • Prasasti Bangil: Berisi tentang perintah Mpu Sindok untuk membangun candi sebagai tempat peristirahatan mertuanya. 



Post Terbaru

  Rahmad Fitriyanto Arti per ayat Ayat 1: "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Aku berlindung kepada Tuhan manusia'". Ayat 2: ...